Mengisahkan seorang gadis desa rupawan, Ling Yi namanya, yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat bersamaan, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya pun menjadi saksi bisu atas segala kepedihan, kesedihan, amarah, serta kebencian yang mengepul dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, akan ku habisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Para Gadis
"Tapi... memangnya kau tidak bisa, apa, berubah wujud dan mendekati mereka? Supaya kita bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan,"
"Bisa, sih. Tapi bukankah itu tidak sopan? Bagaimana jika mereka sedang membicarakan tentang rahasia mereka? Rahasia para gadis, misalnya," sahut Yan Cheng dengan wajah polosnya.
"Hm... benar juga. Ck! Ya sudahlah!" cetus Xiao Feng kesal yang kemudian fokus pada Ling Yi, sama halnya dengan Yan Cheng, tanpa peduli dengan telinga mereka yang sama sekali tidak bisa mendengar suara apa-apa dari para gadis yang menjadi objek pengamatan mereka.
Di sisi lainnya, kedua gadis ini pun masih terus asyik dengan obrolan panjang mereka.
"Jadi, sedekat apa hubunganmu dengan Yan Cheng dulu?"
"Oh! Soal itu, apa kakak tau? Eh... t-tapi..."
"Hm? Kenapa?"
"T-tapi... ini rahasia kita berdua saja, ya?" bisik Ning Ning di telinga Ling Yi.
Ling Yi pun sampai terkekeh geli di buatnya.
"Hihi... iya, Ning Ning, aku mengerti kok,"
Ning Ning pun tersenyum puas dan melanjutkan kisahnya.
"Jadi, dulu itu, dia suka sekali marah-marah, lho. Melarangku ini lah, melarangku itu lah. Tapi, kalau aku menangis, malah dia yang paling pertama mendatangi dan menghiburku. Hihi..."
"Eh? Benarkah? Haha... lucunya..."
"Em! Dia itu, memang sering sekali memarahiku. Apalagi, dulunya aku ini adalah anak yang cukup nakal. Tapi di balik itu, aku lalu mengerti kalau sebenernya hatinya kak Yan Cheng juga sangat baik, dan hangat. Dan dia selalu ada di saat aku membutuhkannya. Pokoknya, dia yang terbaik, deh! Hihi..."
"Cih! Benar-benar... cerewet sekali, ya, dia," batin Yan Cheng sembari terkekeh kecil menyaksikan kehebohan Ning Ning saat bercerita.
Di sebelahnya, Xiao Feng sang sahabat pun ikut terpanah dengan dunianya sendiri, dengan tatapan dan lamunannya yang juga mengarah pada gadis incarannya.
"Ling Yi, syukurlah kamu bisa tersenyum lagi. Aku beruntung karena telah memilih gadis yang tepat untuk di jadikan sebagai sahabatmu. Aku harap kamu bisa selamanya tersenyum seperti itu, Ling Yi, "
Hhacchimmm!
Begitulah bunyi bersin Ling Yi yang terdengar nyaring, namun tetap lembut di telinga mereka.
"Eh! K-kenapa? Apa dia sakit?" Batin Xiao Feng khawatir dengan kaki yang sempat tergerak maju, namun masih bisa tertahan.
"Ck! Sudah tahu udaranya dingin, kenapa tidak masuk saja, sih?" batin Yan Cheng kesal setelah mendengar Ling Yi bersin.
"Aduh... siapa, sih, yang sedang membicarakanku?" batin Ling Yi heran akibat bersin yang datang tiba-tiba.
Ia pun mengusap-usap hidung mancungnya yang terasa gatal, kemudian mulai menyadari bahwa hawa di sekitar mereka memang sudah menjadi semakin dingin.
"K-kamu kenapa, kak? Apa kamu baik-baik saja? M-maaf, ya, jadi membuatmu berlama-lama di luar seperti ini,"
"Ah tidak, tidak. Aku baik-baik saja, kok. Haha... tenang saja, Ning Ning, "
"B-benarkah? Apa tidak sebaiknya kita masuk ke dalam saja? Udaranya semakin dingin, lho, kak. Kalau nanti kakak sakit bagaimana?"
Ling Yi pun tersenyum mendengarnya, dan menggeleng pelan.
"Tidak, ah. Aku mau di sini saja. Tunggu sebentar lagi, ya?"
"Hm... baiklah..." sahut Ning Ning pasrah.
Ling Yi pun tersenyum puas dengan kedua mata indahnya yang semakin sayu. Ia kemudian menoleh, mendongak, dan terdiam menatapi rembulan malam yang sukses mencuri perhatiannya.
Bulan purnama itu terlihat cukup menawan yang masih setia bersinar dengan terangnya. Jutaan bintang di sekelilingnya pun turut berkedip-kedip, menghiasi dan menambah keindahan di langit malam itu.
Dalam diam, Ling Yi dan Ning Ning pun terus menatap dan menikmati keindahan langit bersama-sama, dengan senyuman yang sama-sama manis terukir jelas di wajah cantik mereka.
"Cantiknya..."
"Indahnya..."
Begitulah takjub mereka bersamaan dalam hati masing-masing.
Namun tak lama berselang, senyuman Ling Yi perlahan luntur lantaran mulai di buat bingung dengan ratusan pertanyaan tentang perasaannya sendiri yang tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya.
"Ning Ning itu hebat, ya? Biarpun lebih muda dariku, ia bisa dengan mudah sadar, dan jujur pada perasaannya sendiri. Sedangkan aku?"
"Aku bahkan masih belum tau tentang perasaanku yang sebenarnya. Xiao Feng, Yan Cheng, apa mereka berdua benar-benar hanya sebatas teman bagiku? Atau, apa salah satu dari mereka telah mendapat tempat spesial dalam hatiku? Tapi, siapa?"
"Lalu, bagaimana dengan mereka? Alasan untuk rasa peduli, dan rasa sayang mereka padaku, apa itu memang sesuatu yang spesial? Atau hanya sebatas teman? Aish... sebenarnya yang mana, sih, yang benar?"
"Tapi, Kenapa rasanya aku mudah sekali merelakan Yan Cheng untuk Ning Ning? Kenapa aku merasa, seolah aku bahagia karena bukan Xiao Feng yang di sukai oleh Ning Ning? Kenapa hanya Xiao Feng yang sering terlintas dalam pikiranku? Tunggu! J-jangan-jangan... a-aku..."
Di sisi lain, Xiao Feng merasa sudah tak tahan lagi dan tiba-tiba melangkah maju.
"Aish! Tidak bisa di biarkan!" Batinnya kesal.
Yan Cheng yang berada di sebelah Xiao Feng pun dengan sigap menarik tangan pria itu untuk menghentikan langkahnya.
Happp
"Hei! Kau mau apa?" Bisik Yan Cheng heran.
Bukannya menatap sinis, Xiao Feng yang tengah di tanyai itu malah tersenyum miring dengan santainya.
"Kau tidak lihat, apa, malamnya sudah semakin larut? Udaranya juga sudah semakin dingin. Jika terus di biarkan bisa-bisa Ling Yi sakit nanti. Daripada seperti itu, lebih baik aku memeluknya dan menghangatkannya, kan?" Sahutnya enteng, kemudian melepaskan genggaman tangan Yan Cheng dan melanjutkan niatnya.
"Ck! Tidak boleh di biarkan!" Kesal Yan Cheng, yang kemudian dengan cepat mengikuti Xiao Feng.
Di sisi lain, Ling Yi masih sibuk bergelut dengan pikirannya.
"Terbayang-bayang wajahnya, kapanpun, dan dimanapun. I-itu artinya jatuh cinta, kan? T-tapi..." Ling Yi pun semakin di buat terbata-bata oleh lamunan liarnya. "I-itu... tidak mungkin, kan?!Ti-tidak!"
"Tidak mungkin!" cetusnya spontan, sampai tak sadar telah terbangun tegak dari duduknya.
Ning Ning di sebelahnya pun terkejut menatap gadis itu.
"K-kenapa, kak? Ada apa?"
"Hm?! Ah ti-tidak, tidak. Tidak ada apa-apa, kok. Hehe..." jawabnya terbata-bata sembari tertawa canggung.
"Ling Yi!"
Degg
Saat berbalik, seketika Ling Yi pun menemukan Xiao Feng yang tengah melangkah mendekat, di ikuti oleh Yan Cheng di belakangnya.
"A-apa? Kok mereka berdua bisa ada di sini, sih?" batin Ling Yi dan Ning Ning bersamaan lantaran sama-sama di buat terkejut dengan kehadiran dua pria itu.
"K-kalian? Sedang apa?" Tanya Ling Yi penasaran.
Dengan raut wajah kesalnya, Xiao Feng pun membeberkan pertanyaan bertubi-tubi pada gadis yang di anggapnya nakal itu.
"Apa? Bukankah kami yang harusnya bertanya? Sedang apa kalian di sini? Kenapa malam-malam begini masih di luar, hm?"
Namun, meski Xiao Feng tengah berusaha untuk serius, entah kenapa wajahnya tetap saja terlihat menggemaskan di mata Ling Yi, membuat gadis itu tak mampu menyembunyikan senyumnya geli.
"Ee... hihi... i-itu..."
makin penasaran kalau nggak lanjut soalnya/Scream//Scream//Scream/
buat Sang author kita tercinta
semangat..../Determined//Determined//Determined/