Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Kesalahan Fatal
Orang yang bernama Elang Wiranata ternyata seorang pria berusia di bawah Andra jika dilihat dari penampilan fisiknya. Berperawakan tinggi tegap dan juga berwajah tampan. Aura kepemimpinan terlihat jelas di wajah pria yang menjadi relasi bisnis Andra tersebut.
Kirana bahkan sampai tertegun melihat ketampanan kolega sang bos. Mungkin karena rumah tangganya dengan Bryan segera berakhir, sehingga wajar ketika matanya menatap penuh kekaguman pada sosok pria lain. Sebab, selama menjadi istri Bryan, dia berusaha menjaga pandangan dari pria lain apalagi sampai menganggumi pria selain Bryan.
"Apa kabar, Pak Andra? Senang akhirnya bisa bertemu kembali dengan Bapak." Elang menyapa dan berjabatan tangan dengan Andra.
"Seperti yang Pak Elang lihat, masih sehat walaupun sudah semakin tua." Andra menjawab dengan berkelakar dibarengi tawa kecil.
Kirana sampai melirik ke arah Andra. Baru kali ini ia melihat bosnya itu bercanda dan tertawa. Sangat berbeda dari apa yang yang sehari-hari dia lihat selama di kantor. Andra memang selalu tampil berwibawa, namun terkesan kaku.
"Siapa bilang Pak Andra sudah tua? Pak Andra masih terlihat gagah, awet muda. Masih terlihat ganteng di usia Pak Andra saat ini." Sepertinya Elang memang sudah lama mengenal Andra, karena mereka berdua terlihat akrab.
"Pak Elang bisa saja." Andra tersenyum pendapat pujian dari Elang.
"Silakan, Pak." Elang lalu mempersilakan Andra duduk di kursi meja yang ia pesan sebelumnya.
"Terima kasih ..." Andra pun duduk di kursi yang ditunjukkan oleh Elang.
Kini tatapan Elang berpindah kepada sosok Kirana yang berdiri di samping Andra sedikit agak ke belakang.
"Ini ..." Elang menunjuk pada Kirana, seolah bertanya siapa wanita yang bersama Andra saat ini, karena biasanya sekretaris Andra atau Nathan yang selalu mendampingi Andra jika bertemu dengannya untuk membicarakan masalah bisnis.
Andra menoleh pada Kirana yang masih berdiri. Terlihat Kirana masih canggung mendampinginya bertemu dengan koleganya.
"Duduklah!" Andra menyuruh Kirana untuk segera duduk di sampingnya.
"Baik, Pak." Kirana menuruti apa yang diminta oleh Andra.
"Ini asisten pribadi saya, Pak Elang." Andra memperkenalkan Kirana pada Elang.
"Oh, saya pikir calon Nyonya Pak Andra." Dengan tertawa kecil, Elang mengatakan hal yang membuat Kirana dan Andra saling berpandangan secara spontan dan salah tingkah.
Kirana bahkan langsung menundukkan wajahnya, karena malu disebut calon istri Andra. Entah, dia tak tahu warna mukanya saat ini, yang pasti semburat merah sudah mulai mewarnai pipi mulusnya. Bukan karena dia berharap menjadi calon istri Andra, tapi karena dia tidak pantas untuk posisi itu. Sehingga candaan kolega bosnya itu terkesan seperti meledeknya.
"Pak Andra nggak berniat mencari pendamping lagi? Pasti banyak wanita yang antri ingin menjadi istri Pak Andra." Rupanya Elang tak mengakhiri topik pembicaraanya tentang calon pendamping bagi Andra.
"Pak Elang ada-ada saja. Saya sudah tua, sudah nggak pantas mencari pendamping lagi. Malu sama umur." Andra berkilah, walaupun belakangan ini wanita di sampingnya itu mulai mencuri perhatiannya.
"Hahaha ... untuk kaum Adam seperti kita, kayaknya nggak ada istilah tua untuk mencari pendamping kembali Pak Andra." Elang menampik anggapan Andra soal batasan usia dalam mencari pendamping bagi laki-laki.
"Untuk hal itu, nanti saja saya pikirkan Pak Elang. Oh ya, Bagaimana progres pemasaran di wilayah Pak Elang?" Andra mengalihkan pembicaraan ke hal yang lebih serius dan bersangkutan dengan kerjasama perusahaannya dan perusahaan milik Elang. Andra tak ingin terus dicecar pertanyaan seputar jodoh oleh Elang.
"Lumayan, Pak Andra. Mulai menampakkan kenaikan yang cukup signifikan. Sepertinya nama besar perusahaan Bapak cukup membantu mendongkrak penjualan di perusahaan saya." Tak menampik, Elang mengatakan kalau peran perusahaan Andra sedikit banyak mempengaruhi penjualan produk perusahaannya.
"Syukurlah kalau begitu, saya ikut senang mendengarnya." Andra kembali menoleh pada Kirana. "Mana dokumen kerjasama dengan perusahaan Pak Elang, Kirana?" Andra meminta map yang dibawa Kirana.
"Ini, Pak." Merasa tidak melakukan kesalahan apapun Kirana menyodorkan map yang diminta oleh bosnya.
Namun, dia melihat ekspresi kaget Andra, sampai memicingkan mata ketika membuka map yang dibawa olehnya tadi. Dia tidak tahu apa yang menyebabkan bosnya itu terlihat terkejut saat membuka map.
Tak lama Andra menutup kembali map itu dan mengembalikannya kepada Kirana. Dia pun mencondongkan tubuhnya ke arah Kirana seraya berbisik. "Bukan yang ini, yang punya PT Elang Cakrawala."
Kirana bingung mendengar ucapan Elang, apalagi pria itu berbicara dengan berbisik ke telinganya. Dia pun membuka map kerjasama yang dikembalikan Andra. Betapa terkejutnya Kirana ketika melihat isi yang ada di dalam map itu ternyata arsip milik PT Mitra Usaha Bersama.
Seketika Kirana merasa panik. Dia membuka tumpukan lembaran dalam map, tak ada satupun yang bersangkutan dengan perusahaan milik Elang.
"Ya Allah, Kenapa jadi PT Mitra Usaha Bersama? Padahal tadi aku sudah menyiapkan dokumen PT Elang Cakrawala," gumam Kirana dengan gusar.
"Coba cari di tas kamu!" ujar Andra, karena Kirana menggunakan tote bag yang bisa memuat map.
Walaupun Kirana yakin dia tidak menaruh arsip lain itu tasnya, namun Kirana tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Andra kepadanya. Dia tidak menemukan arsip itu di tasnya. Dia tak mengerti, bagaimana dokumen itu bisa tertukar dengan milik PT Mitra Usaha Bersama? Padahal dia sudah sangat teliti memisahkan dua dokumen itu.
Kirana merasa bersalah, meskipun ia tidak tahu bagaimana kesalahan ini bisa terjadi. Apalagi Ini pertama kalinya dia melakukan tugas itu. Dengan perasaan takut Kirana menoleh kepada Andra.
"Maaf, Pak, nggak ada," ucapnya lirih. Kirana tidak tahu harus bagaimana? Karena kesalahan membawa dokumen ia anggap suatu kesalahan yang fatal dan memalukan. Bukan hanya memalukan bagi dirinya secara pribadi, tapi juga memalukan bagi Andra di hadapan relasi bisnis perusahaan.
Dengusan nafas Andra terdengar selepas Kirana berbicara. Dia pun lalu mengambil ponselnya, dan segera menghubungi Nathan.
"Maaf, Pak Elang, sepertinya ada kesalahan." Andra meminta maaf kepada Elang, karena hal ini menghambat pembahasan mereka tentang kerjasama kedua perusahaan.
"Ada masalah, Pak Andra?" tanya Elang.
"Ada kesalahan dokumen, saya benar-benar minta maaf karena keteledoran ini." Sambil menunggu ponselnya tersambung dengan Nathan, Andra menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak bisa berbohong menutupi kesalahan pegawainya pada Elang, karena waktu Elang akan banyak tersita gara-gara dokumen yang tertukar. Dia merasa seperti amatiran yang baru melakukan kerjasama dengan perusahaan lain.
Sementara Kirana hanya tertunduk dengan perasaan tak karuan. Antara bingung, takut, malu dan rasa bersalah bercampur menjadi satu di hatinya saat ini.
"Halo, ada apa, Pak?" Setelah menunggu beberapa saat, suara Nathan akhirnya terdengar di telinga Andra.
"Tan, Coba kamu lihat di meja Kirana, apa ada dokumen PT Elang Cakrawala?" Andra langsung memberi perintah kepada Nathan untuk mengecek barang yang ia butuhkan saat ini.
"Oh, sebentar saya lihat dulu, Pak," jawab Nathan.
"Di mana tadi kamu menyimpan dokumen lainnya?" tanya Andra pada Kirana yang terlihat wajahnya tegang dan memucat.
"Tadi saya pisahkan di laci meja saya, Pak," jawab Kirana seraya menggigit bibirnya.
"Coba kamu lihat di laci meja, Tan. Dan suruh orang secepatnya mengantar kemari!" Setelah memberi perintah, Andra langsung mematikan panggilan telepon dengan Executive Assistant nya itu. Dia tak menyebut posisinya saat ini karena Nathan tahu, ke mana ia pergi bertemu dengan Elang Wiranata.
"Sekali lagi saya minta maaf karena jadi menghambat waktu Pak Elang." Selepas berbicara dengan Nathan, kembali Andra meminta maaf kepada Elang karena kesalahan yang sangat memalukan itu.
"Oh, nggak masalah Pak Andra. Sembari menunggu dokumen itu datang, sebaiknya kita makan siang saja dulu, bagaimana?" Untungnya Elang dapat memaklumi masalah yang terjadi sehingga ia menyarankan untuk menikmati makan siang terlebih dahulu agar waktu mereka tidak terbuang lama.
"Baiklah, saya setuju dengan usulan Pak Elang. Sekali lagi saya benar-benar minta maaf, Pak." Andra setuju dengan saran Elang.
Tiga puluh menit kemudian, akhirnya salah seorang pegawai yang mengantar dokumen milik PT Elang Cakrawala tiba juga di restoran tempat Andra melakukan pertemuan dengan Elang Wiranata, sehingga pembahasan tentang kerjasama kedua perusahaan mereka pun bisa dilanjutkan.
Satu jam Andra dan Elang membahas tentang kerjasama perusahaan mereka, sementara Kirana serius mendengarkan dan mencatat beberapa poin dari percakapan Andra dengan relasi bisnis bosnya itu, meskipun hatinya tak tenang karena kesalahan membawa dokumen kerjasama.
"Saya minta maaf atas keteledoran saya, Pak." Dalam perjalanan pulang menuju kantor, Kirana menyampaikan permintaan maaf kembali pada Andra.
"Saya tahu kamu sedang ada masalah, Tapi sebaiknya kamu lebih fokus dengan pekerjaan jika berada di kantor." Andra menasehati Kirana karena menganggap Kirana ceroboh.
"Sebenarnya dokumen itu sudah saya persiapkan dengan benar, Pak. Sejak saya terima dari Rachel, sudah saya teliti dan saya pisahkan agar tidak tertukar." Bukan bermaksud membela diri, hanya saja Kirana merasa janggal karena dokumen itu bisa tertukar.
Mendengar pernyataan Kirana, Andra lalu mengambil ponselnya dan kembali menghubungi Nathan.
"Halo, Pak. Apa ada yang tertinggal lagi?" Nathan mengira jika ada dokumen yang perlu diantar kembali.
"Coba kamu cek rekaman CCTV di depan ruangan saya, terutama yang mengarah ke meja Kirana. Segera kabari saya secepatnya!" Andra langsung mencurigai sesuatu setelah mendengar penjelasan Kirana tadi.
"Baik, Pak. Akan saya kirimkan rekamannya," jawab Nathan.
*
*
*
Bersambung ....
kalau bukan Rachel ,siapa ya kandidat lain yang patut dicurigai...
pak duda ini yah
bikin Kirana grogi aja aah
sama2 grogi ....status jugasudah sama single...
Pak Andra keceplosan bikin Kirana grogi😄