NovelToon NovelToon
Glass Wing

Glass Wing

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita / Saudara palsu / Dark Romance
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Vidiana

—a dark romance—
“Kau tak bisa menyentuh sayap dari kaca… Kau hanya bisa mengaguminya—hingga ia retak.”

Dia adalah putri yang ditakdirkan menjadi pelindung. Dibesarkan di balik dinding istana, dengan kecantikan yang diwarisi dari ibunya, dan keheningan yang tumbuh dari luka kehilangan. Tak ada yang tahu rahasia yang dikuburnya—tentang pria pertama yang menghancurkannya, atau tentang pria yang seharusnya melindunginya namun justru mengukir luka paling dalam.

Saat dunia mulai meliriknya, surat-surat lamaran berdatangan. Para pemuda menyebut namanya dengan senyum yang membuat marah, takut, dan cemburu.

Dan saat itulah—seorang penjaga menyadari buruannya.
Gadis itu tak pernah tahu bahwa satu-satunya hal yang lebih berbahaya daripada pria-pria yang menginginkannya… adalah pria yang terlalu keras mencoba menghindarinya.

Ketika ia berpura-pura menjalin hubungan dengan seorang pemuda dingin dan penuh rahasia, celah di hatinya mulai terbuka. Tapi cinta, dalam hidup tak pernah datang tanpa darah. Ia takut disentuh, takut jatuh cinta, takut kehilangan kendali atas dirinya lagi. Seperti sayap kaca yang mudah retak dan hancur—ia bertahan dengan menggenggam luka.

Dan Dia pun mulai bertanya—apa yang lebih berbahaya dari cinta? Ketertarikan yang tidak diinginkan, atau trauma yang tak pernah disembuhkan?

Jika semua orang pernah melukaimu,
bisakah cinta datang tanpa darah?



Di dunia tempat takdir menuliskan cinta sebagai kutukan, apa yang terjadi jika sang pelindung tak lagi bisa membedakan antara menjaga… dan memiliki?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Lyeria berdiri di depan jendela kamarnya. Udara malam membelai kulitnya, tapi bukan dingin itu yang membuat tubuhnya menggigil—melainkan beban yang mulai tak bisa lagi ia diamkan.

Ia tahu.

Ia tidak bisa membiarkan semuanya terus seperti ini.

Ferlay telah membatalkan pertunangannya, dan kini seluruh istana menuding Lyeria sebagai penyebabnya. Sebagian membenci. Sebagian menduga-duga. Tapi satu hal yang pasti: jika dia tidak segera mengambil langkah, semuanya akan hancur.

Dan jika itu terjadi… akan ada pertumpahan darah.

Bukan sembarang darah—darah saudara.

Ferlay adalah anak dari Lekky Darmount, pembunuh bayaran paling ditakuti dalam sejarah dunia bawah.

Ellion adalah pangeran pewaris Argueda.

Xasfier adalah panglima tertinggi Garduete.

Leon adalah raja yang bahkan musuh enggan mengusik terlalu jauh.

Dan ketiganya adalah kakaknya.

Jika mereka sampai tahu seberapa jauh Ferlay telah bertindak, seberapa dalam pria itu sudah melukai Lyeria…

Mereka tidak akan tinggal diam.

Dan Lyeria tahu, jika harus memilih antara mati atau melihat kakak dan orang yang selama ini melindunginya saling menumpahkan darah, dia lebih memilih mati.

Tangannya meraih Gulf—alat komunikasi pribadi miliknya.

Bukan untuk menghubungi Ellion. Bukan Xasfier. Bukan Leon.

Tapi Elvero.

Satu-satunya keluarga yang mungkin bisa memahami,

dan mungkin cukup netral untuk berdiri di tengah tanpa terbakar di kedua sisi.

Setelah lama terdiam, Lyeria menekan nomor itu. Hatinya berdegup tak karuan. Bibirnya gemetar.

Panggilan tersambung.

“Elvero…” suaranya serak.

“Aku butuh bantuanmu.”

...****************...

Lyeria berlari. Sekuat tenaga.

Napasnya nyaris habis. Jantungnya berdetak begitu cepat hingga terasa seperti akan meledak.

Hanya satu hal yang ada di benaknya:

menyelamatkan Putri Nata.

Dua jam lalu, sebuah pesan pribadi dari Nata tiba-tiba masuk ke Gulf-nya. Bukan sekadar kata-kata.

Isinya getir.

Patah hati. Kekecewaan. Kepasrahan.

Putri Nata mengaku—bahwa ia benar-benar mencintai Ferlay.

Bahwa selama ini, dia mencoba menjadi versi terbaik dari dirinya demi mendapat tempat di hati pria itu.

Namun nyatanya, Ferlay justru memilih Lyeria.

Pertunangan mereka dibatalkan sepihak.

Dan kabar itu menghancurkan Nata dari dalam.

Lyeria awalnya membisu.

Tak tahu harus berkata apa.

Tak tahu apakah dia punya hak untuk menenangkan perempuan yang hatinya hancur karena dirinya.

Namun kata terakhir dari Nata membekas tajam:

“Aku akan mengakhiri semuanya di menara kuil. Tempat aku dulu membayangkan menikah dengan Ferlay.”

Sekarang, tempat impian itu berubah menjadi altar kematian.

Dan Lyeria tidak bisa diam.

Maka dia lari.

Melawan waktu.

Melawan jarak.

Melawan segalanya—demi satu nyawa yang tidak boleh hilang karena cinta yang salah arah.

Petir menyambar di langit kelam saat Lyeria tiba di kaki kuil tua itu—sebuah tempat sakral yang kini dipenuhi aura pilu.

Menara.

Di puncaknya berdiri sosok perempuan berpakaian putih.

Gaun pengantin menjuntai ditiup angin, membentuk siluet yang nyaris tak nyata—seolah mimpi, atau roh yang hendak pergi.

Putri Nata.

Ia cantik… tapi rapuh.

Tatapannya kosong ke langit. Ke ujung dunia. Ke akhir dari segalanya.

“Nata!”

Lyeria menjerit, suaranya kalah oleh deru badai.

“Putri Nata, jangan! Turun dari sana! Kita bisa bicara! Aku mohon!”

Lyeria berlari, mendaki undakan batu yang licin, mengabaikan teriakan tubuhnya yang kelelahan.

Tapi semesta terasa terlalu lambat.

Satu kilatan petir mengoyak langit.

Satu detik yang mengubah segalanya.

Tubuh putih itu melayang.

Seolah terbang.

Lalu jatuh—meluncur dari ketinggian dengan gerakan yang terlalu tenang, terlalu damai, seolah ia memang ingin berakhir.

Dan dunia runtuh.

Tubuh Putri Nata menghantam tanah basah… tepat di depan Lyeria.

Gaunnya mengembang seperti bunga yang patah.

Wajahnya damai, seperti telah memilih takdirnya sendiri.

Lyeria terpaku.

Kakinya gemetar. Napasnya tercekat.

Dunia terasa hening, seolah waktu membeku.

Air hujan bercampur dengan air matanya.

Namun darah di tanah tak bisa dibersihkan oleh apa pun.

Dia terlambat.

“Kakak…! Kakakkkkk!”

Sebuah teriakan menembus hujan.

Lyeria menoleh pelan.

Caleb.

Tubuhnya basah kuyup. Napasnya memburu.

Entah dari mana dia datang, tapi sorot matanya begitu panik—liar.

Dia berlari, terjatuh, lalu merangkak menuju tubuh putih yang terbujur di tanah.

Putri Nata.

“Kakak… bangun… bangun…”

Caleb memeluk tubuh itu erat, seolah bisa memanaskannya kembali.

Seolah bisa menahannya agar tidak pergi.

Air matanya bercampur lumpur dan hujan. Teriaknya pecah menjadi isakan yang tak bisa dihapus siapa pun.

Lyeria hanya diam.

Terduduk di tanah yang basah.

Tangannya bergetar.

Darah hangat Putri Nata masih membekas di kulitnya, merembes di sela jemarinya.

Ia tak bisa menghapusnya. Tak bisa bergerak. Tak bisa bicara.

Hanya bisa menatap.

Pemakaman Putri Nata berlangsung dalam keheningan yang berat.

Ia bukan bagian dari keluarga kerajaan, tapi status kebangsawanannya tinggi.

Pengaruh keluarganya tersebar luas di kalangan politik, militer, dan akademi.

Itu sebabnya, meskipun bukan darah biru, semua kursi baris depan dipenuhi oleh tokoh-tokoh penting—berpakaian gelap, menunduk dalam duka, dan diam dalam tekanan.

Lyeria berdiri jauh di belakang.

Pakaian hitam pekat, topi bundar berjaring renda menutupi wajahnya.

Tak seorang pun tahu siapa yang berdiri di balik cadar itu. Tapi beberapa mata sempat melirik, menduga, berbisik pelan.

Di sisi kirinya, Leon berdiri tegak, diam seperti batu.

Ia tidak mengatakan apa pun, tapi genggaman tangannya di jari Lyeria cukup keras untuk menyampaikan satu hal:

“Bertahanlah.”

“Kau tidak salah.”

“Jangan goyah.”

Tapi Lyeria tidak percaya.

Dialah alasan Ferlay memutuskan pertunangan itu.

Dialah alasan mengapa Putri Nata, perempuan kuat yang pernah berkata akan menunggu Ferlay seumur hidupnya, memilih terjun dari menara kuil dengan gaun pengantin di tubuhnya.

Dan sekarang… semuanya telah berakhir.

Tubuh Putri Nata telah dimakamkan.

Tapi desas-desus tak pernah ikut dikuburkan.

Isu tentang gadis muda yang merebut hati pembunuh bayaran legendaris mengalir deras dari bibir ke bibir.

Di kejauhan, Caleb berdiri diam.

Wajahnya beku. Matanya merah. Tak bergerak sedikit pun selama pemakaman.

Namun ketika peti jenazah diturunkan, hanya suara tangisnya yang terdengar, menembus kabut duka yang menyesakkan dada.

Lyeria menunduk lebih dalam.

Tangan yang mengenakan sarung beludru mencengkram keras kain di perutnya.

Semua ini karena dirinya.

Seminggu telah berlalu sejak pemakaman Putri Nata.

Ferlay belum juga kembali.

Ia tidak berdiri di sisi makam. Tidak menunduk dalam duka. Tidak menatap tubuh tak bernyawa wanita yang telah menunggunya selama tujuh tahun.

Tidak satu pun dari itu.

Yang datang hanya sebuket bunga putih—black dahlia dan baby’s breath—dikirim dengan kartu kecil bertuliskan:

“Turut berduka. Ferlay.”

Tidak ada tanda tangan. Tidak ada pelayat. Hanya itu.

Seolah Nata bukan siapa-siapa.

Seolah tujuh tahun yang ia berikan hanyalah angka.

Seolah wanita itu tidak pernah berlutut menangis di depan Riana, tidak pernah mengajukan diri untuk dijodohkan, tidak pernah menahan luka saat tahu pria yang ia cintai menyimpan hati untuk wanita lain—Lyeria.

Sementara semua orang berkabung, Ferlay sibuk dengan bisnisnya.

Negosiasi senjata. Perpindahan aset rahasia. Pembersihan wilayah kekuasaan.

Dunia gelap tidak menunggu orang mati, dan Ferlay tidak punya waktu untuk menoleh ke belakang.

Bagi dunia, sikap itu adalah pengkhianatan.

Bagi keluarga Nata, itu penghinaan.

Bagi Lyeria—itu tamparan.

Bagaimana bisa Ferlay, yang mencium dan mengancamnya seakan ia adalah satu-satunya di dunia…

Bisa melupakan seorang wanita yang begitu lama ada dalam hidupnya, hanya dengan sebuket bunga?

Atau…

Apakah ini memang wajah asli Ferlay Darmount?

...****************...

Lyeria duduk di bangku taman sekolah bangsawan Garduete. Angin musim gugur berembus pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering yang gugur ke tanah seperti kenangan yang tak ingin dikenang. Suasana sekolah tetap ramai, namun baginya semuanya terasa jauh—seperti dunia yang sedang ia tinggalkan perlahan.

Baru saja ia selesai berbicara dengan Elvero. Dan seperti yang dijanjikan sepupunya itu, semuanya telah diurus.

Dia bisa pergi kapan saja.

Lyeria menunduk menatap jemarinya. Sudah tak ada lagi bekas darah Putri Nata di sana, tapi rasanya masih lengket. Hantu-hantu perasaan bersalah, ketakutan, dan luka terus menghantuinya setiap kali ia memejamkan mata.

Mungkin… lebih baik jika dia tidak bertemu Ferlay untuk sementara waktu.

Bukan karena ia ingin lari. Tapi karena ia tahu, jika bertemu sekarang, entah dia akan jatuh lebih dalam—atau hancur sepenuhnya.

Lyeria mendengar suara langkah itu, namun tak segera berbalik. Mungkin karena hatinya terlalu lelah menebak siapa yang datang.

Tapi saat ia menoleh, tubuhnya menegang.

Caleb.

Berdiri beberapa langkah di belakangnya, mengenakan seragam sekolah yang rapi, rambutnya basah terkena embun pagi, dan sorot matanya… datar. Tak ada kemarahan, tak ada kesedihan, hanya kekosongan yang menakutkan.

“Aku ingin berbicara denganmu,” katanya pelan, suaranya serak namun tegas.

Lyeria tidak menjawab.

Hanya diam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk pelan.

Ia berdiri, mengikuti langkah Caleb tanpa bertanya. Tidak tahu akan dibawa ke mana, tidak tahu apa yang akan dibicarakan.

Tapi ia mengikuti.

Bukan karena rasa penasaran, bukan karena berani—melainkan karena… mungkin ini sesuatu yang harus ia hadapi. Apapun bentuknya.

Mereka berjalan dalam hening. Melewati jalanan berbatu taman, menuruni tangga kecil menuju area yang lebih sepi. Angin menyibak anak rambut di pelipis Lyeria, dan untuk sesaat, ia menggenggam tangannya sendiri. Dingin.

Tapi bukan hanya udara yang dingin.

Sesuatu yang lain. Sesuatu yang menunggu di ujung pembicaraan ini—seperti musim dingin yang belum benar-benar tiba.

1
Vlink Bataragunadi 👑
hmmmm.... ada yg cemburu?
Vlink Bataragunadi 👑: oooh gitu, siap kak, aku ke sana dulu /Chuckle/
Vidiana A. Qhazaly: Mungkin supaya paham alur yg ini bisa baca di morning dew dulu klik aja profilku
total 2 replies
Vlink Bataragunadi 👑
kynya rameeee, tp awal bab byk kata kiasan yg aku blm ngerti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!