NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 32

"Eyang menunggu cucu dari kalian, jangan terlalu asyik berduaan. Ingat, setiap pernikahan itu akan lebih terikat jika ada anak di antara kalian."

"Anak?"

Tubuh Jasmine jadi merinding sebadan-badan jika mengingat perkataan Bunda Raya tadi sore. Apalagi raut wajah Adimas yang datar dan sama sekali tidak merespon terkait hal itu. Jasmine semakin merasa bahwa 'anak' adalah sesuatu yang terlampau sulit untuk mereka gapai. Apalagi jangankan berhubungan suami-istri, bersentuhan tangan pun jarang mereka lakukan.

Lebih tepatnya Adimas terus menghindari dirinya.

Jika dulu Jasmine akan merasa sedih, maka sekarang tidak seperti dulu. Ia jauh lebih bisa mengontrol perasaannya untuk Adimas sekarang. Meski ia pun ingin mempunyai anak dari Adimas, namun mengingat Adimas yang belum bisa menerima dirinya membuat Jasmine harus berpikir ulang tentang kehadiran anak di antara mereka.

Jasmine tidak ingin anaknya hadir tanpa adanya rasa saling mencintai kedua orang tuanya. Jasmine tidak ingin hal yang ia alami akan dirasakan anaknya nanti.

Tiba-tiba ia mendengar derap langkah kaki menuju dapur. Jasmine yang sedang menghias donat pun mulai waspada. Adimas tidak mungkin pulang secepat ini. Jasmine melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul delapam malam. Mana mungkin Adimas hanya keluar menemui Rindu selama 2 jam?

"Donat lagi?" Suara Adimas membuat Jasmine menoleh cepat. Lelaki itu kini berada di depannya, seperti biasa dengan wajah datar terlampau angkuh.

Jasmine mengangguk. "Mas Danish nagih terus. Kan nggak enak kalau nggak dikirim." Jasmine lalu melanjutkan aktivitasnya tanpa terganggu dengan Adimas yang menatap setiap pergerakannya.

"Danish kirim pesan ke kamu? Dia punya nomor kamu?" Entah hanya perasaan Jasmine saja, namun nada bicara Adimas terdengar sedikit meninggi.

"Iya."

"Dia tidak suka donat. Tidak perlu repot-repot mengirimkannya makanan manis itu."

Jasmine tersenyum puas melihat beberapa donat yang telah ia hias. Suasana hatinya terlalu baik sehingga komentar Adimas hanya ia anggap angin lalu.

"Ini untuk keponakannya. Mas Danish sudah bilang kok kalau dia tidak makan makanan manis. Kebetulan keponakannya suka banget donat," ujar Jasmine dengan sumringah, namun hanya ditanggapi dengan decakan Adimas.

Adimas kemudian menggulung lengan kemejanya. Masih mempertahankan raut datar yang membuat Jasmine gemas ingin menarik bibir Adimas agar bisa tersenyum. Lelaki itu kemudian mengambil apronnya dan segera mengambil beberapa bahan masakan di kulkas.

Jasmine yang sedang menyusun donat itu di sebuah wadah makanan pun heran. "Mas mau ngapain?"

"Masak. Saya lapar." Adimas berjalan dengan membawa bahan masakan yang tadi ia ambil dari kulkas.

Kini posisi mereka berdiri berdampingan. Dapur yang memang tidak terlalu luas, membuat lengan mereka bersentuhan. Hanya sentuhan kecil namun membuat jantung Jasmine berdebar tidak karuan.

"Kamu kenapa diam?" tanya Adimas menoleh pada Jasmine sambil mulai mengeksekusi bahan masakan di dekatnya.

"Aku ke situ aja ya, Mas. Di sini sempit." Jasmine menunjuk ruang makan yang tampak kosong di depannya.

"Tunggu di sini." Adimas kemudian mengambil alih wadah berisi donat tersebut lalu membawanya ke meja makan yang berada di depan mereka. "Kamu di sini saja. Bantu saya masak. Kamu belum makan malam, kan?" tanya Adimas sekembalinya dari meja makan.

"Padahal aku bisa taruh sendiri. Sekalian ini aku langsung aku bawa karena aku juga udah selesai di dapur," sahut Jasmine akan beranjak pergi sengaja mengabaikan pertanyaan Adimas. Ia jelas tidak ingin berada di dekat Adimas karena itu membuat ritme jantungnya tidak beraturan.

Adimas menahan lengan Jasmine. "Saya minta kamu di sini. Kamu boleh makan masakan saya kalau kamu menemani saya masak."

"Makasih Mas tapi aku udah makan. Lagipula aku mau pergi sekarang."

Kedua alis Adimas saling bertaut, membuat Jasmine merutuki kebodohannya. Ia lupa memberitahu Adimas bahwa malam ini ia ingin menemui ustadzahnya. Sekalian membawa donat sebagai ucapan terima kasih kepada sahabat suaminya itu.

Adimas melepaskan cekalannya pada lengan Jasmine. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Mata tajamnya menyorot mata Jasmine yang menatap ke sembarang arah. Jasmine semakin merasa terpojok karena posisinya berdiri juga berada di pojok dapur dengan Adimas yang berdiri sebagai penghalangnya keluar.

"Keluar? Kemana? Sejak tadi kamu tidak mengatakan apapun kepada saya."

"Barusan aku bilang." Jasmine masih mengedarkan pandangannya ke sembarang arah.

"Kamu tahu maksud saya, Jasmine," desis Adimas menatap Jasmine lekat. "Lihat saya!" Tangan Adimas tiba-tiba menangkup wajah Jasmine membuat Jasmine akhirnya menatap lurus ke mata Adimas.

Jasmine menelan ludahnya dengan susah payah. Antara salah tingkah dan gugup bercampur jadi satu. Padahal selama ini Jasmine cukup lihat menutupi rasa gugupnya. Namun, saat matanya bertemu langsung dengan Adimas seperti ini jantungnya rasanya berdebar semakin kuat. Tangannya terkepal kuat menahan tubuhnya agar tidak lemas seketika.

"Stay cool, Jas. Jangan sampai Mas Adimas tahu kamu sudah jatuh cinta beneran sama dia," lirih Jasmine dalam hati.

"Kenapa tidak bilang? Apa sekarang kamu benar-benar tidak menganggap saya suami kamu?"

Jasmine menggeleng cepat. "Bukan begitu. Tadi aku kira Mas bakalan lama di tempatnya Rindu. Tumben banget pulangnya cepat, mana belum makan malam."

"Kamu tidak suka saya pulang cepat?" desis Adimas.

"Suka! Eh...." Jasmine keceplosan membuat Adimas menyunggingkan senyum tipis. Jasmine pun akhirnya menghela napasnya. "Iya aku suka Mas pulang cepat. Cuma nggak nyangka bakalan secepat ini, kan tadi katanya nggak makan malam di rumah. Jadi aku makan malam duluan. Masa iya aku kelaparan di rumah sementara Mas makan malam di luar sama sahabat Mas itu."

Tatapan Adimas semakin lekat. Seolah mencari celah Jasmine. "Kamu cemburu?"

Jasmine berdecak kesal. Ia melepaskan tangan Adimas dari wajahnya. "Nggak ada seorang istri yang nggak cemburu kalau suaminya lebih perhatian pada perempuan lain dibanding dirinya. Pun ada, itu artinya si istri udah nggak punya rasa sama suaminya."

Dengan gaya angkuhnya, Adimas kemudian memasukkan tangan ke saku celananya. Meski dengan rambut yang tidak serapi biasanya, namun lelaki itu tetap saja terlihat tampan di mata Jasmine. Bagaimana bisa ia tidak cemburu kalau suami tampannya ini lebih mencintai perempuan lain daripada dirinya?

"Jadi kamu punya rasa sama saya?" tanya Adimas dengan senyum remeh.

"Ya iyalah. Minimal rasa menghargai dan menghormati. Bagaimanapun proses pernikahannya, tetap saja hubungan kita sah di mata negara dan agama. Jadi sudah menjadi kewajiban saya untuk menumbuhkan perasaan terhadap Mas."

"Tapi saya tidak mempunyai perasaan sama kamu. Itu bagaimana? Yakin kamu mau bersikap hormat dan menghargai saya sementara saya tidak demikian?"

Jasmine menghela napasnya. Perkataan Adimas memang terlalu frontal dan menyakiti hati serta harga dirinya.

"Ya sudah. Itu urusan Mas. Pertanggungjawabannya sama Allah langsung," sahut Jasmine enteng. Ingatan Jasmine kembali ke topik awal pembicaraan mereka. "Jadi aku sudah boleh pergi?" Jasmine menatap Adimas dengan penuh harap.

"Saya lapar. Kamu temani saya masak dulu." Adimas bahkan tidak lagi menatap Jasmine saat meminta Jasmine menemaninya.

Jasmine menatap jam dinding. Kalau ia menemani Adimas masak lalu makan, maka ia akan kemalaman nanti. Apalagi ia tahu Adimas mana mau mengantarnya ke tempat ustadzahnya itu. Lelaki itu tidak secepat itu berubah. Tatapan tajamnya semakin menampakkan bahwa ia masih membenci Jasmine.

Tentang Rindu. Gadis yang menjadi sahabat lama Adimas. Dialah yang menjadi prioritas Adimas sejak dulu. Seorang gadis yang membuat Adimas membencinya. Gadis dengan wajah lembut namun menorehkan luka di hati Jasmine. Anehnya sekarang Jasmine lah yang dianggap pelaku, sementara Rindu adalah korban.

Kalau bukan karena ingin Jasmine lupakan kenangan buruk itu, mungkin Jasmine tidak akan mau sekedar menyapa gadis itu.

"Kenapa diam? Keberatan?"

Suara datar Adimas membuat Jasmine tersentak. Apalagi tatapan Adimas yang begitu mengintimidasinya.

"Mas ngizinin aku pergi, kan?" tanya Jasmine pelan.

"Hmmmh...." Hanya gumaman itu yang menjadi jawaban Adimas untuk pertanyaan Jasmine.

Akhirnya Jasmine pun harus pasrah menemani Adimas memasak. Ia benar-benar hanya menemani karena kalau soal masak-memasak, resikonya ia bisa membakar dapur sehingga membuat Adimas sangat melarangnya melakukan itu.

Tugasnya hanya melihat Adimas memotong sayuran, menggeprek bawang dan menatap kagum kecepatan Adimas memotong bawang. Meski tidak sehebat Adrian, namun kecepatan dan ketepatan tangan itu membuat Jasmine yakin lelaki itu sudah sangat sering berada di dapur.

Beberapa menit kemudian, seporsi sapo tahu seafood pun siap dinikmati. Jasmine yang tadinya sudah kenyang mendadak tergerak untuk menikmati makanan itu. Namun melihat Adimas yang hanya menuangkan satu piring nasi membuat Jasmine mengurungkan niatnya.

Ia menghindari keluarnya kata-kata ketus dari mulut Adimas.

Lelaki itu kemudian melangkah menuju meja bar yang berada dekat Jasmine berdiri dengan membawa hasil masakannya. Sedangkan Jasmine yang bingung melakukan apa kemudian berinisiatif mencuci piring bekas masakan Adimas dengan hati dongkol. Lelaki itu bahkan sudah duduk untuk segera makan.

Saat Jasmine sedang menghidupkan keran, saat itulah tangan Adimas mematikan kembali keran air. Jasmine hendak protes namun urung karena tangannya segera ditarik Adimas.

"Saya tidak minta kamu menemani saya masak untuk mencuci piring." Adimas kemudian menarik kursi makan. "Duduk di sini. Saya tidak mau kamu kelaparan malam-malam hanya karena tidak saya tawari makanan."

Meskipun masih dalam keadaan bingung dan dongkol, Jasmine pun menurut. Berarti sekarang ia akan menemani Adimas makan. Ini akan membuatnya terjebak bersama Adimas dalam waktu yang lama.

"Buka mulut kamu!" Jasmine tersadar. Kini di depannya Adimas sudah menyodorkan sendok dengan makanan disitu siap disuapkan untuk Jasmine.

"Buat saya?" tanya Jasmine ragu.

"Iya. Memangnya ada siapa lagi di sini selain kita berdua?"

"Mas serius mau suapin saya? Pakai sendoknya Mas? Kita bakalan makan dengan sendok yang sama?"

"Kalau kamu tidak mau ya sudah saya makan sendiri saja." Adimas sudah bersiap untuk mengarahkan sendok ke mulutnya sendiri, tapi Jasmine dengan cepat menahannya.

"Mau. Aku mau!" seru Jasmine semangat lalu membuka mulutnya lebar-lebar tanpa tahu malu.

Satu suapan berhasil ia lahap dengan cepat. Matanya menatap Adimas dengan senang. Jika berakhir bergini seharusnya sejak tadi saja ia mengiyakan permintaan Adimas.

"Ini enak banget Mas!" serunya dengan tawa pelan.

"Makan pelan-pelan, Jasmine!"

Cengiran Jasmine pun muncul. "Kalau begini terus, kayaknya aku bakalan semakin jatuh cinta sama kamu." Jasmine terdiam sebentar, menatap Adimas yang mengunyah makanan dengan pelan.

"Aku jadi kepikiran tentang anak. Bagaimana kalau kita buat anak malam ini, Mas?"

Saat itulah Adimas yang sedang mengunyah langsung terbatuk dan menatap Jasmine dengan geram. Namun, pemandangan lain justru tertangkap mata cantik Jasmine. Telinga lelaki itu mendadak langsung memerah.

*

*

*

Maaf ya updatenya lamaa. Kondisi tanganku akhir-akhir ini sedang tidak membaik. Makanya rehat dulu.

btw jangan lupa dikomen ya. Like dan subscribe juga.

1
Dewi Meliasari
semangat kkk..moga cepat sembuh y☺️☺️☺️
Jeng Ining
mdh²an cepet pulih sehat kembal ya Kak, terimakasih sudah sempat update🙏
Edelweis Namira: Aamiin Terima kasih yaaa doanya
total 1 replies
Cookies
Syafakillah thor, ditunggu lanjutannya
Edelweis Namira: Aamiin..Makasih ya
total 1 replies
Jeng Ining
udh makin luluh makin jatuh hati si Adimas ini.. cm kepalanya masih tertutup kabut tipu muslihat si Rindu si polos lemah lembut itu😩
Cookies
lanjut thor
hasana
nyesek jadi jasmin
Safrudin Suekko
Up lagi kak
Nuraeny Prince's
adimas bego kok di piara
Edelweis Namira: Mata batinnya masih tertutup kayaknya
total 1 replies
aira imut
kok belum apdet apdet kak
Edelweis Namira: Udah yaaa. terima kasih kak. ditunggu feedbacknya yaah
total 1 replies
Jeng Ining
hati cemburu berat kepala gengsi ya bgtu... ga diajak ngomong jengkel setengah hidup giliran diajak ngomong tar kluar ketusnya😂😂😂🤭
Edelweis Namira: Bawaannya suudzon mulu sama orang dia mah
total 1 replies
hasana
nunggu adimas sadar
Edelweis Namira: Lama dia sadarnya
total 1 replies
Titik Sofiah
lanjut lanjut Thor
Titik Sofiah
penasaran sebenar.a apa yg dilakukan Jasmine ke rindu Ampe si Adimas benci Ama Jasmine
Titik Sofiah
Awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
hasana
kasian jasmin
Jeng Ining
hemmm sudh kudugem, klo Rindu ke dapur krn panas dimas dn rama ngomongin Jasmine, kmudian mw cari masalah dn playing victim 🙄
Edelweis Namira: Tapi realitanya emg suka gitu, yg terbiasa buat masalah akan selalu dianggap tukang buat masalah sekalipun ia gak salah
total 1 replies
Jeng Ining
cahbodo kamu Dim, kalo emng kalem bakalan tau diri, ga bakal peluk² laki org apalagi di rumh si laki yg pasti jg ada bininya😮‍💨😏
Edelweis Namira: Adimas emg bodoh emang
total 1 replies
Jeng Ining
haiyyyaaahhh.. gimana nasibnya ituh bawang, gosong kek ayam tadi kah🤭👋
Jeng Ining: 🤟😂😂/Facepalm/
Edelweis Namira: suka speechless emang kalo suami modelan Adimas
total 2 replies
Lembayung Senja
knp ndak up date..crita satunya juga ndak dlanjut
Fauziah Rahma
padahal tidak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!