Putri Perawan Milik Daddy Season 2

Aishe tampak mengetuk-ngetuk pensil yang ada di jemari tangannya sambil sesekali dia dia menatap ke arah layar laptop nya, Sedangkan selena beberapa kali mondar-mandir tepat di hadapan aishe sambil berusaha untuk Terus berfikir.

Setelah semua orang pergi sisa nya mereka yang mengurus perusahaan, mencoba menyakinkan para pemegang saham memang sulit, tapi menjatuhkan Eden demi misi tercapai juga pilihan yang terlalu sulit untuk Aishe dan Selena.

"Aku hanya tidak ingin ada yang terluka"

Ucap Aishe pelan.

"Kau tahu siapa yang bisa kita andalkan?"

Selena bertanya sambil menggigit ujung ballpoint nya.

"Saat laporan di buat, kita harus bersiap-siap dengan keadaan ter buruknya, besok dapat di pastikan Saham Al Jaber meroket turun secara drastis, para pemegang saham setengah nya pasti secara perlahan mengambil ancang-ancang untuk meninggalkan Al Jaber dan setengah nya lagi akan ikut hancur bersama kita"

Selena tampak menghembuskan nafasnya.

"Aku tidak yakin semua akan terjun bebas di 1-2 hari saja, aku takut semua akan merugi dalam beberapa waktu"

Aishe Mencoba mengetuk-ngetuk jemari nya ke kening nya, dia berusaha memejamkan bola matanya sejenak.

"Apa kita harus menghubungi nya?"

Aishe bertanya ragu-ragu ke arah untie Selena nya itu.

"Apa kita masih ada pilihan lain?"

Selena bertanya sambil menatap dalam bola mata Aishe.

Sang keponakan menggigit pelan bibir bawah nya, kemudian Aishe menggeleng pelan.

"Oke"

Ucap Aishe pelan, Seketika Aishe mengambil gagang telpon yang ada di hadapannya, mencoba memencet beberapa nomor disana.

"Selamat siang tuan ....... "

*************

"Untie baik-baik saja?"

Aishe bertanya pelan ke arah untie Malika.

Wanita yang masih terlihat cantik itu hanya mengangguk pelan.

"Dulu untie fikir, dengan diam nya untie dan pura-pura menjadi gila akan memperbaiki semua nya, bisa membuat Karl berubah, tapi rupanya"

Seketika air mata untie Malika tumpah.

"Bahkan aries menjadi lebih menggila, untie telah gagal menjadi seorang istri dan seorang ibu"

Aishe menyentuh pelan wajah untie Malika nya, dia menggeleng pelan.

"Untie tidak salah, hanya saja kadang kita yang kurang bijaksana menyikapi sesuatu karena takut mungkin malu berbagi aib pada orang lain"

"Untie hanya tidak menemukan orang yang tepat untuk bicara dan berbagi keluh kesah saat itu"

Ucap Aishe pelan.

"Karena itu ini waktu nya memperbaiki keadaan, kita bisa membuat semua nya berubah, tidak lagi mengorbankan orang lain yang tidak bersalah"

Lanjut Aishe.

Untie Malika menggenggam erat tangan Aishe.

"Maafkan untie"

Aishe menggeleng cepat.

"Untie tidak salah apa-apa"

Aishe menggenggam balik erat tangan untie Malika, menatap wajah itu begitu dalam.

"All it's well, percayalah"

Mereka diam dalam keheningan untuk waktu yang cukup lama.

Untie aima dan Selena dengan langkah cepat membuat laporan kepada pihak kepolisian, membuka kasus pelecehan sek.sua.lisme pada anak di bawah umur dan membuka kembali kasus kematian pekerja konstruksi di 24 tahun yang lalu.

Mereka tahu resiko setelah hari esok pasti sangat besar, mereka telah mempersiapkan semuanya dengan sematang-matang nya, Dan Aishe yakin jika Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan mereka, dan pasti akan ada kebahagiaan untuk orang-orang yang telah banyak terluka di hari kemarin terutama korban pertama nya, keluarga Burja putra mereka Eden Burja.