Bai Xue nona muda keempat dari keluarga bangsawan Bai. Di asingkan di perbatasan saat usianya baru mencapai tujuh tahunan. Saat kembali ke Ibu Kota di usianya yang kesembilan belas tahun. Dia di jebak adik kelimanya, sehingga harus bermalam bersama Tuan muda kedua Jiang. Dan dengan terpaksa Bai Xue harus menikah menjadi Nyonya kedua di kediaman Jiang.
Di tahun ke tiga pernikahannya, wanita muda itu di temukan terbunuh dengan banyaknya sayatan di sekujur tubuhnya. Wajah cantiknya bahkan tidak lagi dapat di kenali.
Semua penderitaan yang ia jalani sepanjang hidupnya seperti mimpi menakutkan. Sehingga wanita muda itu dapat terbangun kembali dengan jiwa yang telah berpindah ketubuh gadis muda berusia enam belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ruang hati untuk satu orang
Sekitar jam enam pagi kereta yang di tumpangi Bai Qi memasuki gerbang utama Ibu Kota. Kereta di arahkan kembali kekediaman kedua Bai. Dan saat dia sampai kakak ketiganya dan kakak keduanya telah menunggu di depan kediaman.
Bai Qi turun dari kereta memberikan salamnya dengan kelembutan seorang gadis muda. "Kakak kedua, kakak ketiga."
Kakak ketiganya menatap cemberut kearah adik keempatnya. Tanpa mengatakan apapun dia langsung masuk kedalam kediaman.
"Ada apa?" Bai Qi menatap kakak keduanya.
"Kita masuk lebih dulu," ujar Tuan muda kedua Bai Muchen mengajak adik keempatnya masuk.
Di aula utama, Tuan muda ketiga Bai Muyang menatap kesal kearah adik keempatnya juga kakak keduanya.
Bai Qi mendekat. "Kakak ketiga, apa aku melakukan kesalahanan?" Duduk di samping kakak ketiganya.
"Qi er, kamu bahkan tidak memberitahuku tentang pertunanganmu dengan Panglima Zhi Yuxuan. Kalian berdua telah melukai perasaanku." Tuan muda ketiga Bai Muyang memalingkan pandangannya.
"Pertunangan kami juga belum tentu akan terjadi. Entah kapan dia akan kembali," ujar Bai Qi meyakinkan kakak ketiganya.
Kedua kakaknya menatap dirinya.
"Kamu tidak tahu dia telah kembali?" Ujar Tuan muda kedua Bai Muchen.
"Siapa maksud kakak kedua?" Bai Qi menatap binggung.
"Zhi Yuxuan sudah kembali sejak kemarin. Dia belum mendatangimu?" Kata Tuan muda ketiga Bai Muyang. "Pernikahan kalian bahkan sudah di tetapkan. Tapi dia belum menemui calon istrinya. Benar-benar tidak masuk akal."
"Dia sudah kembali?" Menatap kearah kedua kakaknya. Kedua kakaknya mengangguk. "Tunggu. Pernikahan apa?" Bai Qi masih tidak bisa mengerti maksud dari kedua kakaknya.
Belum sempat pertanyaan gadis muda itu di jawab. Dari arah luar pelayan berlari masuk kedalam aula utama. "Tuan muda kedua, Tuan muda ketiga, Nona muda. Pihak istana datang."
"Lihat, ini jawaban yang kamu inginkan." Tuan muda ketiga Bai Muyang berjalan keluar dari ruangan.
"Qi er." Tuan muda kedua menatap lembut kearah adik keempatnya baru setelahnya keluar di ikuti Bai Qi.
Di halaman depan kediaman Kasim kepala sudah ada di sana bersama sepuluh Kasim lainnya. Setelah semua orang yang ada di kediaman kedua Bai datang. Kasim mengangkat gulungan surat berlapiskan emas di tangannya. "Nona muda keempat Bai Qi terima titah dari Kaisar."
Semua orang berlutut.
Gulungan surat di buka. "Berkat anugerah Kaisar di hari yang bahagia ini. Nona keempat Bai Qi memiliki sifat yang mulia dan berbudi luhur. Memiliki ikatan suci dengan Panglima perang Zhi Yuxuan. Dengan surat ini ikatan di antara keduanya secara resmi di sahkan. Pernikahan akan di langsungkan di bulan keempat awal tanggal." Gulungan surat di tutup kembali lalu di sodorkan kehadapan Bai Qi. "Nona keempat Bai Qi terima titahnya.
Untuk beberapa saat Bai Qi menatap binggung. Di saat dia sadar kembali gadis muda itu bersujud. "Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia." Bangkit menerima titah pernikahan.
Kasim segera kembali keistana setelah menyelesaikan tugasnya.
Tuan muda ketiga masih menatap marah dan kesal kepada adik ketiganya juga kakak keduanya. Setelah rombongan dari istana meninggalkan kediaman kedua Bai.
Bai Qi merangkul lengan kakak ketiganya. "Kakak, maaf. Aku tidak tahu akan menjadi seperti sekarang ini. Kakak ketiga..." Gadis muda itu terus merayuannya.
Melihat tingkah adiknya Tuan muda ketiga merasa tidak tega. Hatinya luluh seketika. "Baiklah. Kali ini kakak tidak akan mempermasalahkannya. Tapi kamu harus segera kembali kerumah menjelaskan semua yang terjadi kepada Ibu dan Ayah."
"Baik. Hari ini aku akan kembali. Lian, siapkan semua keperluan untuk aku kembali ke kota Liang." Bai Qi segera memberikan perintah kepada pelayan setianya.
"Baik." Pelayan Lian membawa semua pelayan wanita untuk berbenah.
Dari arah luar kediaman suara keramaian terdengar di barengi derap kaki kuda. "Yuhhh..." Kekang kuda di tarik. Di barisan terdepan Zhi Yuxuan duduk tenang di atas kudanya menatap kearah Bai Qi yang masih ada di halaman depan kediaman. Dia turun di ikuti enam puluh pasukan berkuda yang ada di bawah kendalinya.
Semua orang yang ada di sekitar kediaman kedua Bai terdiam penuh kekaguman. Namun rasa takut juga terlihat jelas di mata mereka. Menyaksikan Panglima perang paling ganas turun dari kudanya.
Tuan muda kedua Bai Muchen dan Tuan muda ketiga Bai Muyang menarik adik keempat mereka Bai Qi. Mereka berdua seperti tembok besar penghalang di antara dua kekasih yang baru saja di pertemuan setelah sekian lama.
Zhi Yuxuan melangkah masuk. Tepat di hadapan kedua Tuan muda Bai, pria muda itu memberikan hormatnya. "Kakak ipar kedua, kakak ipar ketiga."
"Panglima," saut Tuan muda kedua Bai Muchen membalas. Namun berbeda dengan Tuan muda ketiga Bai Muyang yang justru hanya memberikan anggukan pelan.
Bai Qi menatap diam kearah calon suaminya. Pria muda gagah dengan wajah tegas dan tampan sudah kembali dari perang besar. Tidak ada suara yang ia ucapkan untuk memberikan penyambutan. Gadis muda itu tidak pernah menyangka Zhi Yuxuan benar-benar menepati janjinya.
Tuan muda kedua Bai Muchen menatap kearah adik keempatnya lalu menatap kearah calon adik iparnya. "Muyang kita harus pergi." Menarik adik ketiganya.
"Kakak kedua," Tuan muda ketiga Bai Muyang menahan langkahnya.
"Jangan menambah masalah yang tidak perlu," ujar Tuan muda kedua Bai Muchen menarik paksa adik ketiganya.
Di saat kedua Tuan muda Bai pergi dari kediaman.
Zhi Yuxuan mendekat. "Aku sudah menyiapkan hadiah untuk Ayah dan Ibu mertua."
Bai Qi mengangguk. "Baik. Aku akan segara menyiapkan keperluan untuk kembali."
"Baik." Zhi Yuxuan menatap penuh kelembutan.
Mereka melangkah masuk menuju halaman kediaman tempat Bai Qi tinggal. Di sana sepuluh pelayan wanita tengah sibuk menata semua keperluan Nona muda mereka. Yang akan segara berangkat menuju kota Liang. Langkah Bai Qi terhenti di halaman kediaman pribadinya. Dia menatap kearah Zhi Yuxuan. "Pernikahan telah di tetapkan. Namun..." Tatapan lembut itu tersembunyi banyak kekhawatiran. "Apa panglima benar-benar yakin ingin menikah denganku?"
Zhi Yuxuan menatap mata indah di depannya lalu berkata, "Iya. Selain denganmu. Aku tidak akan menikahi wanita lain." Melangkah lebih dekat. "Qi er, apa yang kamu takutkan?"
'Benar. Apa yang aku takutkan?' Hati Bai Qi menjadi gelisah.
Pria muda penuh kehangatan itu semakin mendekat. Dia meraih pinggang ramping Bai Qi lalu menariknya kedalam pelukannya. Di saat kedua mata saling bertemu Zhi Yuxuan tersenyum lembut. "Aku juga tidak tahu kenapa aku seperti ini. Sejak melihatmu untuk pertama kalinya. Hati ini telah memberikan ruang untuk kamu tempati." Membenamkan wajahnya kearah pundak gadis mungil di depannya. "Aku sangat merindukanmu."
Bai Qi terdiam di dalam pelukan Zhi Yuxuan. Rasa takut akan pernikahan menghilang tanpa jejak di dalam hatinya. Dia meraih punggung pria muda itu dengan erat. Memberikan tanggapan dan persetujuannya.
Dari arah lain pelayan Lian datang. "Nona muda semua sudah siap." Segera menundukkan kelapanya.
Zhi Yuxuan melepaskan pelukannya begitu juga Bai Qi.
Di hari itu juga mereka melakukan perjalanan menuju kota Liang.