Zira mengetahui kekasih nya selingkuh dengan sahabatnya sendiri dua hari sebelum ijab kabul diucapkan.
Namun Zira tetap bertahan dan melanjutkan pernikahan karena tak mau orangtu malu.
Sayangnya sang tunangan memilih pergi dengan kekasihnya dan meninggalkan nya, di tengah orang banyak. Zira malu dan putus asa. Begitu juga dengan orangtuanya.
Tiba tiba muncullah seorang pria yang bersedia menikahi Zira, menggantikan posisi sang kekasih.
Dia adalah Juan, pria muda yang sudah beberapa kali bertemu dengan Zira secara tidak sengaja. Entah apa yang membuatnya mengajukan diri dan mau menikah dengan zira.
Bagaimana kisahnya???
Akankah rumah tangga mereka berjalan baik? atau berujung di meja perceraian??
Akan kah kedua nya saling cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamie kembar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Nisa
Pagi ini seperti biasanya Juan bangun lebih dulu dan mengerjakan sholat subuh. Zira yang sudah bangun hanya memandang takjub pada Juan.
Dijaman sekarang ini, masih ada cowok yang rajin sholat, sungguh luarbiasa. Aku saja ntah kapan terakhir kali sholat. mungkin ketika masih ada mama. bathin Zira.
"Kamu nggak sholat?"
pertanyaan Juan menyadarkan Zira dari lamunannya.
"Aku?"
eh...
"enggak" jawab Zira malu.
"Kenapa? aku rasa kau tidak sedang datang bulan?" ucap Juan lagi.
Kali ini dia menghadap kearah Zira sambil melipat sajadah nya.
"Kau!!" ucap Zira menunjuk wajah Juan.
Kalimat yang Juan ucapkan sangat vulgar dan pribadi menurutnya.
"Bukan kah yang aku katakan benar," ucapnya berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang.
"Sebagai umat muslim kita wajib melaksanakan sholat lima waktu. Dan aku sebagai suami mu wajib mengingatkan mu untuk itu! Aku akan berdosa jika aku tidak mengajakmu sholat karena aku adalah imam di keluarga ini. Dan aku ikut menanggung dosanya jika aku tidak bisa mengajak istri ku beribadah." ucap Juan lagi.
Zira hanya menunduk malu.
Bagaimana ini, mana mungkin aku bilang kalau aku nggak bisa sholat, bisa malu aku.
"ehmm... nanti aku sholatnya, sekarang aku mau buat sarapan dulu." ucap Zira segera bangkit dan berlari ke dapur.
Juan hanya memandang kepergian Zira.
aku tahu kamu tidak bisa sholat bahkan aku tidak menemukan mukena di dalam koper pakaianmu kemaren.
Juan memakai pakaiannya dan turun ke bawah. Dia sudah terlihat rapi dengan kemeja biru muda dan celana panjang hitamnya.
"Mana sarapanku?" tanya Juan.
"Sebentar," ucap Zira.
Melihat Zira belum selesai, Juan kembali berdiri dan berjalan kearah Zira memasak.
Juan memberikan piring kepada Zira, Zira yang asyik kaget melihat tiba tiba Juan berada di belakangnya dan memberikan nya piring. Posisi mereka berdua sangat dekat, bisa di katakan hampir sama dengan Juan memeluk Zira dari belakang. Zira dapat merasakan hangat hembusan nafas Juan di telinganya.
"Maaf, aku cuma ingin membantumu." ucap Juan tepat di telinganya.
Nafas Juan dan suaranya yang serak membuat tubuh Zira seperti tersengat aliran listrik.
Zira masih terbengong, detik berikutnya dia tersadar dan menuangkan nasi goreng ke piring yang dibawa oleh Juan.
"Lain kali tak perlu membantu ku, dan jangan dekat dekat dengan ku" ucap Zira disela sarapannya.
"Apa ada yang salah?" tanya Juan.
"Pernikahan kita Hanay sebatas kontrak, aku sudah bilang tidak ada kontak fisik." ucap Zira mengingatkan.
Juan yang kesal meletakkan sendoknya. Hilang sudah selera makannya karena sikap Zira.
"Siang ini aku akan ke kafe." ucap Zira sebelum Juan berangkat ke kantor.
Juan berlalu tanpa menjawab ucapan Zira.
Mengapa dia jadi marah sih, aku akan cuma mengingatkan nya saja. Dan aku juga tidak mau sampai aku jatuh cinta padanya, ingat Zira hanya enam bulan setelah itu dia bukan siapa siapa mu lagi. Jangan jatuh cinta padanya , bisik hati Zira.
Setelah selesai mencuci piring Zira keluar dan mengunci apartemen nya. Dia akan ke kafe sebentar kemudian berbelanja bahan makanan seperti janjinya kemaren.
Zira memasuki lift dan tak sengaja bertemu dengan dokter Nisa.
"Selamat pagi, anda sudah baikan?" tanya dokter Nisa pada Zira.
"Anda kenal dengan saya?" tanya Zira balik.
"Ya, saya dokter yang mengobatimu kemaren. Oh ya saya dokter Nisa. Kita satu gedung hanya beda lantai saja." ucap dokter Nisa berkenalan.
"Zira" jawab Zira membalas jabat tangan dokter Nisa.
"Kok sendirian, mana Juan?" tanya dokter Nisa.
"Dia sudah berangkat lebih dulu ke kantor." jawab Zira.
Juan, dia memanggil nama, sedekat apa hubungan mereka. Kenapa dia sepertinya begitu mengenal suamiku.
"Oh...anda mau kemana?" tanya nya lagi.
"Saya mau belanja" jawab Zira.
"Jahat banget si Juan, istri nya disuruh belanja sendiri. Oh ya, saya dan Juan sudah lama kenal mbak, dia itu baik, ganteng, suka menolong, dan setahu saya dia tidak punya pacar. Jadi saya kaget waktu dia bilang mbak istrinya." ucap dokter Nisa.
Pintu lift terbuka dan Zira segera berlalu meninggalkan dokter Nisa.
"Saya duluan" ucapnya
Zira merasa kesal mendengar ucapan dokter Nisa. Hatinya menjadi panas saat dokter Nisa memuji suaminya
Sok akrab banget dia, mana keliatannya ganjen lagi. apa mungkin dia suka sama mas Juan?
terserah lah, aku pusing.
Zira terus melangkah menuju mobilnya dan melajukannya menuju kafe. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, untung jalanan sunyi, hingga dia bisa dengan mudah sampai di kafe.
Zira membanting tubuhnya ke sofa. Kata kata dokter Nisa yang memuji Juan masih terngiang ngiang di telinganya.
Zira mengambil air putih dan meneguknya dengan sekali tenggak. Setelahnya dia duduk dan bersandar.
*ada apa denganku mengapa aku marah, mengapa aku tidak suka?
Zira* mengusap wajahnya kemudian berjalan ke mejanya dan fokus memeriksa laporan yang sudah menumpuk dimejanya.
Jam satu siang Zira keluar dari ruangan nya.
"Mila saya balik dulu." ucap Zira
"Baik Bu"
Zira melajukan mobilnya menuju supermarket, dia akan berbelanja kebutuhan rumah mereka.
Triiiiing sebuah pesan masuk di ponsel Zira. Tertulis nama my lovely.
Siapa ini, aku tidak pernah merasa menyimpan nama ini, bathinnya.
Zira menepikan mobilnya dan membaca pesan yang dikirim oleh si pengirim aneh.
"Aku akan menjemput mu, kau sedang berada di mana?"
Your husband
Zira terkejut, ternyata Juan yang mengiriminya pesan.
Zira membalas dengan mengatakan jika dia belanja di supermarket dan mengirimkan alamatnya.
Juan langsung bergerak menuju supermarket yang di katakan Zira, dia ingin mengajak Zira makan siang bareng.
Zira terus melangkah masuk ke dalam dan mulai memilih bahan makanan yang di butuh kan.
Asyiik memilih hingga tak terasa trolinya sudah hampir penuh. Zira berjalan menuju sayur dan daging.
Zira terus mendorong trolinya, namun penggilan seseorang mengagetkan nya dan membuatnya menoleh.
Siapa ya yang manggil Zira???