Terobsesi dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan membuat Violet Kalalova rela menjadi yang ke 2. Gadis cantik itu sedikit gila, tengil, dan nekat. Apapun akan dia lakukan untuk membuat keinginan nya terpenuhi, salah satunya menarik perhatian Jeriko Mahendra agar membuatnya menjadikan seorang istri, namun ada alasan dibalik itu semua. Ia menyimpan rahasia besar yang selama ini membuatnya merasakan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Pelakor
Lova masuk ke dalam mobilnya setelah selesai kuliah. Ini sudah 2 minggu sejak perjanjian pernikahan itu dilakukan. Lova masih menemui Kenzo, namun ada perbedaan di antara keduanya, menghindarnya Lova ketika Kenzo akan mengecup bibir gadis itu.
Begitu juga dengan Jeriko yang sudah terhitung 4 kali menginap di apartemen mereka. Malam sabtu dan malam minggu, sejauh ini semua masih berjalan dengan semestinya, Serina juga tidak protes mengingat bagaimana sibuknya suaminya itu, meski dalam hatinya ada sedikit rasa mengganjal mengingat Jeriko tidak pulang ketika akan libur kerja.
Lova berniat berbelanja terlebih dahulu sebelum pulang, Jeriko sudah memberinya uang dan tentu ia tidak menolaknya. Mau bagaimanapun Lova sekarang istri Jeriko.
Sebelum memilih beberapa bahan untuk memasak, Lova mengirimkan pesan kepada tante Gina. Beliau memang tidak protes dengan Lova yang sekarang jarang pulang, lebih sering menginap di rumah teman nya. Bukan berati beliau tidak peduli dengan keponakan nya itu, melainkan Lova memang setelah perpisahan kedua orang tuanya menjadi gadis yang sedikit susah diatur, meski begitu tante Gina tidak keberatan selama Lova bisa menjaga diri, juga Lova tetap bertahan sejauh ini pun sudah suatu kebanggaan untuk beliau.
"Eh, Lova kan?"
Kepala Lova menoleh, matanya sedikit melebar kala melihat wanita modis yang tersenyum ke arahnya. Tanpa disadari Lova menatap dari ujung kaki hingga rambut, semua yang melekat pada wanita di depan nya ini merupakan barang-barang mewah, sangat berbeda dengan dirinya apa lagi ibunya sekarang.
"Saya dengar, kamu pacar keponakan menantu saya ya?"
Memutar bola matanya jengah. Lova tidak berniat menjawab, ia memilih untuk pergi saja dari pada meladeni wanita di depan nya. Darahnya sedari tadi sudah berdesir ingin melakukan sesuatu pada wanita itu. Jika tidak di tempat umum, rasanya Lova ingin langsung memaki saja.
"Eh, tunggu sebentar."
"Apa lagi? Nggak usah sok kenal deh," tolak Lova hanya dibalas kekehan mengejek oleh wanita di depan nya.
"Saya rasa kamu sudah tahu kalau Serina sudah menikah. Dan mungkin kamu juga sudah bertemu dengan suaminya. Gimana menurut kamu Lova? Serina pintar bukan mencari suami? Tampan, kaya dan bertanggung jawab."
Lova menyeringai. Dalam hatinya berkata jika suami Serina yang sedang dibanggakan itu juga suami dirinya.
"Lumayan juga, tapi saya penasaran, kenapa laki-laki sepertinya mau sama Serina? Anak pelakor."
"Jaga bicaramu Lova," peringat wanita tersebut.
Jihan, mama dari Serina.
"Kenapa tidak terima? Memang itu kan kenyataan nya?"
"Oh iya tante, dijaga ya menantunya, takut-takut kalau dia berpaling dari anak sok polos tante."
Setelah mengatakan itu. Lova pergi dengan seringai di wajahnya. Namun tidak sampai di situ saja, suara Jihan masih terdengar.
"Pantes ditinggal mas Arkan, anak sama mama sama saja tidak bermoral."
Lova mengepalkan tangan nya, meski ia sudah beberapa langkah ia maju, namun suara itu masih terdengar jela di rungunya.
Ekor mata Lova melirik ke arah botol minuman yang terdapat di sampingnya, ia memejamkan matanya sejenak, mencoba mengenyahkan pikiran nya yang bisa saja membuatnya bertindak nekat dan menjadi masalah.
"Sial," gumam Lova kesal sendiri.
Ia menoleh ke belakang, Jihan sudah tidak lagi berada di tempatnya, tetapi masih dapat Lova lihat mengingat jarak mereka yang belum terlalu jauh.
"Oke, dengan cara lain juga bisa," gumamnya menegakan tubuhnya. Lova berjalan dengan pasti menuju kemana Jihan berada, tepat ketika keduanya semakin dekat, dengan sengaja Lova menabrak tubuh wanita modis tersebut hingga tersungkur. Posisi Jihan yang sedang fokus memilih barang di rak belanja memudahkan Lova melakukan nya.
"Kamu." Jihan membolakan matanya saat melihat siapa pelaku yang sudah membuatnya tersungkur, jatuhnya Jihan sangat tidak etis apa lagi estetik. Memalukan.
"Oh, maaf tante saya tidak sengaja." Lova pura-pura merasa bersalah, tangan nya terulur membantu Jihan untuk bangkit, namun dengan cepat Jihan tepis. Meski begitu Lova tetap berusaha membantunya, mengingat beberapa orang ada yang melihat ke arah mereka.
"Ini untuk mama yang udah anda buat hancur hidupnya," bisik Lova ketika membantu mama Serina atau Jihan berdiri.
Jihan menatap Lova tajam. Namun gadis itu malah tersenyum sangat manis.
"Dan ini belum seberapa dengan apa yang kalian lakukan, tunggu kejutan dari saya."
Setelah mengatakan itu, Lova benar-benar pergi menjauh dengan perasaan puas. Tindakan nya memang tidak seberapa dibanding dengan perlakuan Serina dan mamanya kepada keluarganya. Tetapi melihat wajah marah mama Serina tadi cukup membuat Lova merasa puas.
Tidak langsung pulang ke rumah. Sore ini Lova sengaja berkunjung ke suatu tempat, dimana setiap kali ia menginjakan tempat itu membuatnya merasa terpuruk, kenangan di masa lalu kembali teringat.
Berdiri di pinggiran taman. Lova menatap punggung seseorang yang duduk di kursi roda. Tepat di tengah-tengah taman, seakan sedang menikmati sore yang hampir senja. Wajah Lova datar, tatapan matanya menyiratkan akan kesedihan yang mendalam, bagaimanapun kehidupan nya selama ini, tetap saja ia tidak sekuat itu sebenarnya.
'Harusnya mama tidak berada di tempat seperti ini'
'Maaf ma, aku belum bisa berbuat apa-apa, tapi aku janji mereka akan merasakan apa yang kita rasakan'
Setelah bergelut dengan isi pikiran nya. Lova melangkah pelan menuju dimana mamanya berada. Gadis itu terduduk di depan kursi roda yang kini membuat empunya menyadari keberadaan nya.
"Ma," lirih Lova mengecup punggung tangan wanita di depan nya.
Meski masih terawat, tetapi jelas penampilan mamanya jauh berbeda dengan dulu. Hati Lova mencelos mengingat bagaimana penampilan mama Serina sekarang.
Ah, mengingat itu membuat degupan di jantung Lova berpacu dengan sangat cepat. Kepalanya ia sandarkan pada wanita itu meski tidak mendapat sambutan.
"Lova bawain kue lapis kesukaan mama. Kita masuk sekarang ya ma."
Meski tidak ada jawaban, tetapi Lova tetap memberikan senyumnya. Ia mendorong kursi roda itu sampai masuk.
...****************...
Jalanan di malam hari ini cukup padat, sekitar jam 7 malam Lova baru pulang, dan sekarang masih terjebak di jalan pulang. Untuk mengusir kebosanan, Lova menyalakan radio, ia mendengar sembari menjalankan mobilnya dengan kecepatan lambat.
"Macet gila," keluhnya.
Melirik ponselnya yang berada di samping kemudi, gadis itu meraihnya, matanya menyipit mendapati puluhan panggilan dari Kenzo, namun tidak hanya Kenzo saja yang mencoba menghubunginya, melainkan Belvi juga melakukan hal yang sama. Sudah pasti Kenzo mencarinya karena beberapa hari ini ia memang menghindari cowok itu, dan jelas sangat kentara sekali yang dilakukan Lova itu.
"Sorry Ken," gumamnya menaruh kembali ponselnya.
Sementara di tempat lain. Jeriko baru saja tiba di rumah. Serina langsung menyambutnya dengan senyum manis gadis itu, setelah 2 malam Jeriko tidak tidur di rumah, tentu sekarang malam yang ditunggu oleh Serina, meski tidak terjadi apa-apa di antara keduanya, tetap saja melihat Jeriko yang berada di rumah merupakan suatu kebahagiaan dan kelegaan untuk Serina.
"Aku udah siapin air hangat untukmu," ujar Serina mengambil alih jas yang sudah dilepas dari tubuh tegap suaminya.
Jeriko hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Ia menatap kepergian Serina setelah menyambutnya pulang. Jika diingat, sangat berbeda sekali dengan Lova yang selalu menyambutnya dengan penampilan seksi. Gadis itu terlalu berani untuk bertindak sedikit nakal di depan Jeriko, meski sampai saat ini belum terjadi lagi tragedi seperti sebulan yang lalu.
Lova selalu menggodanya, meski tidak begitu terlihat, tetapi Jeriko cukup tahu jika Lova sengaja menggodanya, tidak hanya dengan berpakaian seksi saja, tetapi juga Lova pernah dengan sengaja menabrakan dirinya, berakhir dengan sedikit menekan buah dadanya pada dada bidang Jeriko.
Sialan, mengingat tindakan nakal istri ke duanya membuat wajah Jeriko merah padam, ada perasaan sangat ingin menemui Lova saat ini, tetapi jika sudah bertemu, sikap yang ditunjukan Jeriko terkesan acuh dan sangat menjaga imagenya.
"Kamu sedang mikirin apa Jeri?"
Eyang Sema menyadarkan lamunan Jeriko tentang Lova.
"Ma, aku ke kamar dulu," balas Jeriko tidak menjawab apa yang eyang Sema tanyakan, tidak mungkin jika ia mengatakan sedang memikirkan pacar dari keponakan nya. Atau malah mengatakan memikirkan istri ke duanya
Tidak, ini belum saatnya.
Jerikho belum tau apa apa ya soal lova
buat kabar kenzo mungkin dia masih atur strategi biar bisa balik lagi ma kamu lov 🤭🤭🤭