NovelToon NovelToon
Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xavier remaja dingin yang hidup dalam keluarga penuh rahasia, dipertemukan dengan Calista—gadis polos yang diam-diam melawan penyakit mematikan. Pertemuan yang tidak di sengaja mengubah hidup mereka. Bagi Calista, Xavier adalah alasan ia tersenyum. Bagi Xavier, Calista adalah satu-satunya cahaya yang mengajarkan arti hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Abak-anak dari rumah berisik

Pyar! Pyar!

Baru saja Calista memasuki rumah, suara pecahan kembali terdengar. Ia menghentikan langkahnya, meremas ujung rok dengan mata terpejam.

"Kamu gak usah bohong, Mas. Kamu memang selingkuh dari aku!"

"Hey, aku buru pulang, ya. Tapi kamu malah nuduh-nuduh yang enggak-enggak!"

Pertengkaran kedua orang tuanya membuat penglihatan Calista berkunang-kunang. Ia memejamkan mata, tangannya refleks memegangi kepala yang terasa sakit.

"Ahkhhh...." rintihnya pelan sebelum tubuhnya limbung. Brugh!

"Calista!"

Kedua orang tuanya serentak menoleh, lalu panik menghampiri gadis itu yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

"Sayang... bangun, Nak," ucap Veronika—Mama Calista dengan suara bergetar.

"Ini semua gara-gara kamu, Vero!" Nathan—Papa Calista menatap tajam istrinya.

"Kenapa kamu nuduh aku, hah?" balas Veronika keras, menolak disalahkan.

"Karena memang kamu yang mulai! Kamu yang bikin keributan duluan sampai Calista harus lihat!"

Dari dapur, Bibi Arum yang mendengar kegaduhan segera berlari. Napasnya memburu ketika melihat Calista pingsan, sementara kedua orang tuanya masih saja bertengkar.

"Tuan, Nyonya... hentikan dulu. Non Calista harus segera dibawa ke rumah sakit!" suaranya tegas memotong perdebatan.

Keheningan seketika menyelimuti ruangan. Tanpa kata lagi, Nathan mengangkat tubuh Calista, dan bersama Veronika mereka bergegas membawanya ke rumah sakit.

~Rumah Sakit~

Di dalam ruang ICU, Calista langsung mendapat perawatan intensif dari dokter dan perawat. Dari balik kaca, Nathan, Veronika, dan Bibi Arum, hanya bisa menunggu dengan wajah diliputi kekhawatiran.

Ting! Suara notifikasi ponsel memecah kesunyian. Nathan segera merogoh sakunya, lalu menatap layar dengan ekspresi berubah.

"Aku harus ke kantor dulu," ucap Nathan sambil menyodorkan ponselnya pada Veronika, seolah ingin memastikan bahwa ia tidak berbohong.

Veronika hanya melirik sekilas, lalu mengangguk dingin tanpa sepatah kata pun. Ia sudah terlalu lelah untuk berdebat. Melihat respon itu, Nathan menghela napas berat. "Kalau ada apa-apa, kabarin aku secepatnya."

Tanpa menunggu balasan, ia berbalik dan melangkah meninggalkan ruang ICU. Tinggal Veronika dan Bibi Arum yang menatap pintu ruangan, hati mereka sama-sama gelisah menunggu kabar kondisi Calista.

Klik! Suara pintu terbuka. Dokter keluar dari ruangan dengan wajah tenang namun serius. Veronika dan Bibi Arum sontak berdiri, buru-buru menghampirinya.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanya Veronika dengan suara berat.

"Untuk sementara kondisi putri Anda sudah stabil. Hanya saja, dia kelelahan dan mengalami tekanan pikiran yang cukup berat," jawab dokter dengan nada hati-hati.

Veronika menghela napas panjang. Rasa bersalah menyergap hatinya, menyadari pertengkarannya dengan Nathan kembali membuat penyakit putrinya kambuh.

"Maafkan Mama, Nak..." gumamnya lirih.

Dokter menatapnya tajam namun penuh pengertian. "Sebelum pingsan apakah Calista kembali melihat pertengkaran kalian?" tanya dokter yang sudah sangat memahami kondisi pasiennya.

Veronika terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Iya Dok... kami tidak sadar," jawabnya dengan penuh rendah.

Dokter menghela napas, lalu menggeleng pelan," Anak seusia Calista sangat peka, apalagi kalau menyangkut orang tuanya. Untuk sementara jangan menambah bebannya dengan pertengkaran kalian. Yang ia butuhkan sekarang adalah ketenangan. Kalian tahu kan, penyakit yang diderita Calista bukan penyakit biasa." ia menatap Veronika lebih dalam. "Jika kalian masih seperti itu... siap-siap saja kehilangan Calista."

Ucapan itu membuat Veronika meneteskan air mata, kepalanya menggeleng keras. "Iya, Dok. maafkan kami."

Dokter hanya mengangguk singkat.

"Dok... bolehkah kami menjenguk Calista sekarang?" pinta Veronika hati-hati.

"Silahkan," jawab dokter sambil menghela napas. "Tapi tolong jaga suasana hati Calista. Dia sudah seperti adik sendiri bagi saya." Ucapnya tegas namun penuh kelembutan.

Setelah itu, dokter meninggalkan ruangan, menyisakan Veronika dan Bibi Arum yang saling pandangan dengan hati campur aduk.

•○•

Veronika dan Bibi Arum memasuki ruangan ICU dengan hati berdebar. Aroma obat-obatan langsung menyergap masuk hidung mereka. Di atas ranjang, Calista terbaring pucat, namun bibirnya masih mampu melengkungkan senyum kecil menyambut kehadiran mamanya.

"Mah..." suara Calista lirih, nyaris tak terdengar.

"Calista, anak mama, maafkan mama, sayang," ucap Veronika dengan suara bergetar sambil menggenggam tangan putrinya yang terasa semakin kurus.

Calista tersenyum lemah. "Mama gak perlu minta maaf..."

Jawaban itu justru membuat dada Veronika semakin sesak. Tangisnya pecah, isakannya semakin deras.

"Mah, aku ingin istirahat dulu, ya," pinta Calista yang mulai tak kuasa menahan kantuk.

"Iya, sayang. Tidurlah... biar mama jagain di sini," ucap Veronika lembut, lalu merapikan posisi tubuh putrinya dan menarik selimut hingga menutup dada.

Calista kembali tersenyum tipis, lalu perlahan memejamkan mata.

Veronika menatap wajah putrinya yang tertidur, lalu terisak lagi. Ia merasa hatinya hancur, tak sanggup menerima kenyataan bahwa kondisi Calista semakin hari semakin buruk.

"Sudah lah, Nyah. Jangan salahkan dirimu terus. Calista butuh kekuatan dari kedua orang tuanya," ucap Bibi Arum sambil mengelus punggung Veronika.

"Bibi... orang tua macam apa aku ini? Gara-gara pertengkaran kami... Calista jadi korban. Hiks..." Veronika terisak semakin keras.

"Namanya rumah tangga, tak selalu mulus. Tapi sekarang yang paling penting... kalian harus berubah. Calista butuh keluarga yang hangat, bukan pertengkaran," tutur Bibi Arum penuh nasihat, matanya ikut berkaca-kaca saat menatap Calista yang tertidur pulas. Anak yang sejak kecil ia rawat itu kini harus menanggung penyakit serius, bukan karena takdir semata, tapi karena luka yang ditorekan orang tuanya sendiri.

♡○♡

"Xavier!"

Suara tegas dan dingin itu membuat langkah Xavier terhenti. Ia tidak perlu menoleh; ia sudah tahu siapa pemilik suara itu.

"Kamu bolos lagi, hah?" ucap Leonardo Darius Valarius—Daddy Xavier dengan nada menekan.

"Itu bukan urusan Daddy," balas Xavier datar.

"Memang itu bukan urusan Daddy. Tapi kamu sudah mempermalukan Daddy depan klien penting Daddy!" bentak Leo dengan nada meninggi.

Xavier menoleh, menatap ayahnya dengan senyum miring. "Itu memang tujuan aku," ucapnya penuh tantangan.

"Bangsat!" Leo menendang meja dengan emosi, namun segera dicegat, oleh istrinya Bela—mama tiri Xavier.

"Mas, jangan kasar dengan anakmu." ucap Bela lembut sambil menahan lengan suaminya. Lalu ia menoleh pada Xavier. "Nak, lain kali jangan bolos lagi ya. Sebentar lagi kamu ujian."

Tatapan Xander mengeras. "Jangan sok perhatian sama aku. Aku bukan siapa-siapamu."

"Xavier! Jangan kurang ajar. Dia Mommy kamu" Leo membentak, tidak terima istrinya direndahkan.

"Dia bukan Mommy aku! Mommy aku sudah ada di surga!" balas Xavier lantang, matanya berkilat penuh amarah.

Bela mencoba menengahi, suaranya bergetar. "Mas, sudah... Xavier, Mommy mohon masuk ke kamar, Nak..." Air matanya menetes tanpa bisa ia tahan.

"Jangan pernah sebut namamu Mommy!" Karena sampai kapan pun, kamu bukan Mommy aku. Paham?!" teriak Xavier, menatap tajam Bela dengan pandangan penuh permusuhan.

Bugh!

Tinju Leo mendarat di wajah Xavier hingga sudut bibirnya pecah mengeluarkan darah.

"Mas! Apa yang kamu lakukan?!" Bela terkejut, matanya melebar tak percaya.

"Dia sudah terlalu kurang ajar padamu, Sayang. Anak ini memang pantas diberi pelajaran," balas Leo dingin.

Bela bergegas mendekati Xavier, ingin menolong. Namun tangan Xavier langsung menepisnya keras.

"Jangan sentuh aku!" ucap Xavier dingin ,suaranya serak menahan sakit. Ia kemudian melangkah pergi, membuka pintu dengan kasar.

Brugh!

Pintu tertutup keras, menyisakan keheningan yang menyesakkan.

1
kaylla salsabella
la kenapa nenek rose ada di sini
kalea rizuky
entah benci cwek lemah meski penyakitan seenggaknya gk oon
kalea rizuky
moga g sad ending ya Thor benci q novel sad
kaylla salsabella
kok cuman 1 part thor😁😁
Nona Jmn: Aamin! Makasih🫶🥰
total 3 replies
lovly
berharap untuk akhir yang bahagia thor, semangat💪
Nii
👍
kaylla salsabella
lanjut thor
Lisa
wah hebat nih Xavier ntar lg jdi ketuanya mafia D'Angel
Lisa
Nenek koq jahat banget sama cucunya
kaylla salsabella
terimakasih update nya thor😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama kakak🥰🫰
total 1 replies
kaylla salsabella
ayo vier cari tahu calista kenapa gak sekolah
kaylla salsabella
kira papa nathan ada masalah apa
kaylla salsabella
ooo si nenek belum tahu berhadapan sama Xavier🤣🤣🤣
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
Lisa: Amin..
total 1 replies
kaylla salsabella
terimakasih update 3 part😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama☺️ Jangan lupa Vote ya kakak☺️🫰🫶🥰
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut thor
kaylla salsabella
ayo vier datang kasihan calista
kaylla salsabella
alhamdulillah vier mau berubah
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
kaylla salsabella
lanjut thor
Nona Jmn: Sama-sama kak, makasih juga sudah sering baca novel aku☺️🥰🫶🫰
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!