Terlahir Kembali, Nikahi CEO Lumpuh

Daniel mengabaikan ucapan Hans, ia menarik kerah jas yang dia pakai dan menuntun benda itu lebih dekat dengan hidung nya.

Tercium aroma wangi yang amat dia kenali, tak lain adalah Aroma wangi Flora yang menempel di sana setelah memeluk nya tadi.

Hans memperhatikan Daniel dari kaca mobil yang ada di atas kepala nya, ia tau tuan mudanya itu sudah sangat lama menyukai Flora.

"Tuan muda sosok yang tegas dan pintar, namun aku tidak menyangka dia hanya bisa jatuh cinta dengan seorang perempuan yang dimana dari cinta itu dirinya jadi seperti sekarang, sakit fisik dan sakit hati, entah sampai kapan nona Flora akan sadar kalau dirinya benar-benar sangat di sayangi oleh tuan muda Daniel," batin Hans iba melihat keadaan Daniel yang seperti itu.

"Hans," lirih Daniel.

"Ah, iya tuan muda, ada apa?" tanya Hans sedikit gugup karena sebelumnya dia memperhatikan Daniel secara diam-diam.

Hans adalah sosok yang paling di percaya oleh Daniel, dia asisten sekaligus sekertaris Daniel di perusahaan.

"Menurutmu apakah hari ini Flora terlihat seperti sosok yang berbeda? Dia bahkan memelukku tanpa ragu, dia juga meminta papa nya untuk menarik kembali keputusan yang telah lama dia perjuangkan," jelas Daniel.

"Tuan muda, aku juga kaget melihat situasi ini, tapi apakah mungkin nona muda Flora sedang merencanakan hal lain? Berapa kali dia berpura-pura baik padamu hanya untuk orang itu," ku rasa kali ini juga salah satu tak tik baru yang mereka buat," ungkap Hans yang terbiasa dengan ulah nakal Flora yang selalu bersedia melakukan apapun demi Liam.

Daniel terdiam setelah mendengar jawaban Hans, ia tau kalau Hans selalu menjadi orang yang memperhatikan dirinya paling utama, dan ucapan Hans sama sekali tidak ada yang salah.

"Kau benar," ucap Daniel, ia segera melepaskan jas yang ia pakai dan kemudian meletakkan nya di samping tempat duduknya.

"Sebaiknya jangan terlalu di pikirkan tuan muda, pertunangan nya sudah resmi di batalkan, kau juga sudah menyetujui nya, aku yakin berita ini akan segera sampai ke telinga kakek mu, apakah kita sekarang sebaiknya kembali ke mansion kakek atau ke villa terlebih dahulu?" tanya Hans sambil fokus mengemudi.

"Villa saja," ungkap Daniel yang belum siap menghadapi sang Kakek.

Sang kakek sudah sangat tua dan sangat ingin melihat Daniel segera menikah,dan Flora adalah satu-satunya wanita yang di pilih Daniel saat sang kakek menyerahkan beberapa foto perempuan dari keluarga terpandang, sang kakek awalnya sangat bahagia karena akhirnya Daniel berani memilih meskipun ia tidak tau apa alasannya, namun ternyata Flora benar-benar menolak perjodohan tersebut, hal ini memicu konflik yang berkepanjangan.

Setelah memilih Flora sebagai tunangan nya, Daniel tidak berniat mengubahnya sama sekali, meskipun sang kakek sudah membujuk ratusan kali karena tau kalau Flora tidak menginginkan perjodohan tersebut.

Mereka pun memutuskan untuk kembali ke villa atas perintah Daniel.

Malam harinya ...

Villa Daniel ...

"Kenapa ya rasanya saat melewati villa ini aku selalu merasa merinding, villa begitu besar apa ada orang yang tingal di dalamnya?"

Dua orang pejalan kaki kini melintasi jalan sepi di tempat di depan villa mewah milik Daniel.

"Ada, seorang laki-laki tampan, namun dia terlihat dingin dan irit bicara, tidak ada senyum di wajahnya,"

"Maksudmu laki-laki yang selalu duduk di kursi roda?"

"Ya itu kau tau,"

Ucap dua orang yang tak lain adalah orang yang sangat sering melalui tempat tersebut.

Mereka hanya merasa aneh dengan villa mewah dan megah itu, lampu di halaman depan semuanya mati, di dalam ruangan hanya ada beberapa lampu redup yang menyala, orang-orang di sekitar sana berfikir kalau Daniel adalah sosok misterius di villa itu.

"Orang-orang ini selalu bergosip hal-hal yang bukan menjadi urusan mereka," lirih penjaga gerbang villa yang mendengar ocehan mereka dari balik gerbang tempat ia duduk untuk beristirahat.

Sementara itu ...

"Tuan muda, kau memanggilku?" Hans berdiri di dalam sebuah ruangan yang penerangan nya tidak terlalu terang, di hadapannya terdapat meja yang penuh dengan dokumen dan alat-alat tulis lainnya.

"Bagaimana perkembangan di rumah Dermawan?" Orang yang tak lain adalah Daniel itu membalikkan kursi yang semula membelakangi meja di hadapan Hans.

"Ya beginilah tuan muda kalau malam, sedikit mistis melihat nya yang memiliki kepribadian ganda, siang lebih baik dari pada malam, kalian tau itu kan?" ucap Hans kepada para pembaca.

Oke lanjut, jangan banyak gaya, nanti author juga yang kena.

Bagi Hans Daniel memang memiliki dua kepribadian ganda, yang satu nya terlihat lembut, banyak bicara dan kalem, tapi ketika malam dia sperti orang yang siap membunuh siapapun yang memiliki masalah dengan nya, tatapan tajam, raut wajah galak dan terlihat penuh ambisi.

"Nona Flora di hukum papa nya, ia berlutut di ruangan leluhur dari tadi pagi, di duga sampai sekarang dia masih berlutut di sana, tampa makanan dan minuman, tuan muda, sepertinya nona Flora benar-benar tidak mau kalau pertunangan kalian di batalkan," jelas Hans yang sudah menyimpan satu mata-mata di keluarga Dermawan yang siap siaga memberikan informasi kepada nya.

Sorot mata Daniel seketika semakin tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya.

"Baiklah, kau boleh pergi," ucap nya singkat sambil memainkan pulpen yang ada di ujung jarinya.

Tidak banyak bicara, Hans pun meninggalkan ruangan tersebut.

"Drama apa lagi yang akan di peran kan kelinci kecil ini? Mari kita lihat apa yang sebenarnya dia ingin, Flora jika kau benar-benar tidak ingin memutuskan hubungan dengan ku hari ini maka kedepannya aku tidak akan berbaik hati lagi, aku sudah memberikan kesempatan untuk mu agar lepas dari ku, namun sepertinya kau sendiri yang tidak ingin, maka dari itu selamanya kau akan menjadi milikku," lirih Daniel. Dalam sekejap kedua sudut bibir nya tertarik ke atas, tercipta lah senyum tipis yang mengerikan.

Sementara itu di sisi lain,

"Nona muda, ayo makan, jika kau tidak makan aku khawatir kau akan jatuh sakit sperti kemrin," suara Merry terdengar dari balik jendela.

Flora tau kalau Merry akan selalu mengintip dan mengawasi dirinya setelah meletakkan makanan tadi.

"Pergilah, aku akan makan nanti setelah papa setuju untuk memaafkan ku dan membatalkan pemutusan pertunangan ku dan kak Niel," jawab Flora.

"Sejak kapan nona muda segigih ini demi hubungan nya dan tuan muda Daniel? Bukan kah ia sangat mencintai anak sopir itu?" batin Merry.

Mau tidak mau Merry pun meninggalkan tempat tersebut, dia tidak bernai bicara banyak lagi dengan Flora.

Namun sebelum pergi ia tidak lupa melongar kan kunci jendela seperti instruksi dari papa Dermawan.

****