Sebagian dari kisah ini adalah cerita kisah nyata dari kehidupan seorang wanita yang bekerja di dunia malam.
Tapi ingat, hanya sebagian!
Seorang gadis yang berusaha tetap mempertahankan keperawanan di tengah-tengah hingar-bingar gemerlap dunia malam yang harus dilaluinya.
Kisah ini turut menceritakan sisi lain dari wanita dunia malam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisha A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 34 Alibi Jitu Benzie 2
"Sayang, tolong simpan nomor mu disini!" Alex memberikan ponselnya pada Meimei.
Meimei mengetik nomornya dan menyimpannya, lalu memberikan ponsel itu kembali pada Alex.
"Baiklah sayang, aku harus pergi sekarang karena panggilan tugas yang sangat penting. Aku akan menghubungi nanti. bye." Ucap Alex yang kemudian bergegas berlari mengejar Martin dan Yuna.
Sementara Benzie berjalan santai mengikuti Alex dari belakang dengan senyum kepuasan.
"Martin tolong aku Martin." Alex menghampiri Martin dalam keadaan sedang dibopong oleh Security.
"Kenapa kau?" Martin terheran sembari mengernyitkan dahinya.
"Kepalaku sangat pusing dan pandanganku mulai kabur. Bisakah kau mengantarkan aku pulang?" Tanya Alex yang pura-pura berbicara seperti orang yang sedang mabuk parah.
"Kemana Benzie? Bukankah tadi kau datang bersamanya? Mintalah dia untuk mengantarmu pulang! aku tak bisa karena ingin mengantar Yuna. Dia juga mabuk parah." Jawab Martin mengelak.
Yuna yang masih bisa mendengar hal itu pun seketika melepaskan tangannya lagi dan mencoba berdiri tegak.
"Aku tak apa, kau antar lah dia! Aku bisa pulang sendiri. Lagi pula kost ku tak jauh dari sini." Ucap Yuna kemudian sambil tersenyum manis.
"Tidak, aku akan tetap mengantarmu." Ujar Martin kembali meraih tangan Yuna.
"Martin sahabatku yang paling baik, tolong lah temanmu ini, apa kau tega melihatku terkapar di sini? Benzie sudah tak tau lagi sedang berada dimana sekarang, dia menghilang begitu saja." Alex terus meratap sedih di hadapan Martin.
"Oh astaga, aduh, aduh, kepala ku semakin pusing. Ya tuhan kenapa ini? Apa sedang terjadi gempa?" Alex terus berakting dan merengek seolah benar-benar mabuk.
Martin yang melihatnya pun jadi tak tega, biar bagaimana pun Alex tetaplah temannya yang sangat setia kawan. Sementara Benzie yang mengintip aksi Alex dari balik dinding terus tersenyum geli melihat kelakuan konyol yang dilakukan Alex demi bisa diantar pulang oleh Martin.
"Tak ku sangka kau punya bakat akting yang luar biasa Lex, dengan bakat yang mengagumkan seperti itu, kenapa kau malah memilih jadi asistenku? Tidak kah kau berfikiran untuk menjadi aktor saja? Kau benar-benar berbakat Lex." Benzie terus tersenyum puas dan bergumam dalam hati.
"Baiklah aku akan mengantarmu, kau ini bikin repot saja." Kesal Martin pada Alex.
Alex pun melirik ke arah Benzie memberikan kode keberhasilan padanya dan di balas Benzie dengan memberikan jempolnya ke arah Alex.
"Kau sungguh tak apa jika harus pulang sendiri?" Martin mencoba memastikan sembari mengusap lembut kedua pundak Yuna.
"Sudah tak usah pikirkan aku, aku bisa mengatasinya, percayalah."
"Baiklah, kalau begitu jaga dirimu ya. Aku akan menghubungi mu nanti."
"Apa kita pernah bertukar nomor sebelumnya?" Tanya Yuna mulai berfikir sembari memonyongkan bibirnya.
"Belum, tapi aku akan segera mendapatkan nomormu, tunggu saja." Ucap Martin sembari mengedipkan sebelah matanya pada Yuna.
"Ah kenapa mau pulang saja harus terlalu banyak drama seperti itu? dan wanita itu, mengapa di hadapan Martin dia bertingkah sangat menggemaskan seperti itu?" Celetuk Benzie dalam hati yang mulai kesal melihat adegan romantis yang terus menerus dipertontonkan oleh Martin dan Yuna.
Martin pun mengambil alih tubuh Alex dari tangan Security itu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Mobil Martin pun langsung melaju meninggalkan gedung club' malam milik Benzie itu. Sementara Yuna yang masih sempoyongan melepaskan sepatu hak tingginya, ia pun mulai berjalan dengan menjinjing sepatu menuju kost nya yang berlawanan arah dari rumah Benzie.
"Semua sudah beres tuan muda." Ucap Security menghampiri Benzie sembari membungkukkan badannya.
"Kerja bagus, ini bonus untukmu!" Benzie memberikan uang pada Security yang sudah bersandiwara untuk membopong Alex dan langsung menyuruhnya pergi.
"Dimana? kenapa kau belum menjemput Yuna?" Benzie kemudian menelpon pak Choi.
"Saya sudah sampai dan sedang menunggu nona Yuna di tempat biasa tuan muda." Jawab pak Choi gelagapan.
"Tempat biasa? Ah sudahlah, sekarang cepat datang ke loby! aku menunggumu." Perintah Benzie yang langsung mematikan panggilannya.
Pak Choi menghentikan mobilnya tepat di depan Benzie menunggunya, Benzie segera masuk mobil dan menyuruh pak Choi segera menjalankan mobilnya.
"Apa kita tidak menunggu nona Yuna tuan muda?" Tanya pak Choi gugup.
"Jalan saja!" Perintah Benzie singkat.
Pak Choi menjalankan mobilnya keluar dari loby.
"Putar arah!" Perintah Benzie membuat pak Choi sedikit bingung namun tak berani bertanya lagi.
Pak Choi menuruti perintah Benzie dan mulai melajukan mobilnya.
"Berhenti dan suruh dia segera masuk ke mobil!" Perintah Benzie lagi saat mobil berjalan belum jauh meninggalkan gedung club' malamnya.
Pak Choi segera melihat ke arah luar jendela mobilnya, dan mendapati Yuna yang sedang berjalan dengan sempoyongan di sebelah mobilnya. Pak Choi langsung keluar dari mobilnya dan meminta Yuna untuk masuk ke dalam mobil.
"Tidak perlu pak Choi, kau pulang saja! Mulai saat ini aku akan pulang ke kost ku." Jawab Yuna yang terus berjalan santai.
Benzie yang duduk di dalam mobil melihat Yuna menolak ajakan pak Choi dan terus berjalan melewatinya. Hal itu membuat Benzie kembali kesal dan memutuskan keluar dari mobilnya. Dia melangkah cepat menyusul Yuna dan tanpa aba-aba ia menggendong Yuna di pundaknya menjadikan tubuh Yuna seperti karung beras. Yuna memberontak dan terus menerus memukul punggung Benzie, namun hal itu sama sekali tak di gubris oleh Benzie, ia terus membawa Yuna masuk ke mobilnya.
"Kita pulang sekarang!" Perintah Benzie pada pak Choi.
Mobil pun kembali melaju menuju kediaman Benzie Lim. Yuna menatap tajam ke arah Benzie yang membawanya secara paksa untuk masuk ke mobilnya.
"Pak Choi hentikan mobilnya sekarang juga!" Perintah Yuna meninggikan suaranya.
Pak Choi yang mendengar itu dengan refleks menghentikan mobilnya.
"Bagus. Terima kasih pak Choi." Ucap Yuna yang kemudian ingin membuka pintu mobilnya.
"Jalankan mobilnya!" Perintah Benzie yang tak kalah meninggikan suaranya.
Pak Choi panik, seketika ia langsung menarik gas dan menjalankan mobilnya kembali. Yuna kembali memicing kan matanya ke arah Benzie, Yuna merasa sangat kesal dengan perlakuan Benzie padanya.
"Tolong hentikan mobilnya pak Choi aku ingin pulang ke kost ku!" Perintah Yuna lagi yang semakin meninggikan suaranya.
"Jika kau hentikan mobilnya bisa ku pastikan mulai malam ini kau akan jadi pengangguran seumur hidupmu pak Choi." Ancam Benzie santai.
Pak Choi pun tak berani menuruti permintaan Yuna, ia terus saja melajukan mobilnya menuju rumah Benzie.
"Kau ini selalu menggunakan kekuasaan mu hanya untuk mengancam orang, tapi anehnya kenapa kau tidak bisa menggunakan kekuasaan mu itu untuk mencari tau sebuah kebenaran?" Tanya Yuna ketus dengan menatap tajam ke arah Benzie.
"Jagalah bicaramu! Jangan biarkan alkohol membuatmu lupa siapa aku." Benzie menjawab santai tanpa melihat ke arah Yuna.
"Aku sudah tak peduli lagi dengan hal itu, sekarang terserah kau mau melakukan apa." Jawab Yuna mendengus yang kemudian menyandarkan dirinya ke kursi.
Kali ini Benzie mencoba meredam emosinya, dia sama sekali tak berminat berdebat dengan orang mabuk. Benzie ikut bersandar sembari terus memijit pelipisnya.
"Apa kau benar-benar menyukai Martin Chou? Ayo jawab aku dengan jujur! aku takkan marah jika kau jujur." Benzie memulai membuka perbincangan dengan nada rendah.
"Hei kenapa kau diam saja?" Benzie merasa di abaikan oleh Yuna dan bertanya lagi dengan nada kembali meninggi.
Sementara Yuna hanya terus diam dengan wajah mengarah ke jendela mobil.
"Hei aku berbicara padamu. Apa kau tuli?" Benzie kembali tersulut emosi sembari mengguncang tubuh Yuna.
Yuna tetap diam tak menjawab saat tubuhnya di guncang oleh benzie, namun seketika tubuhnya jatuh ke pundak Benzie, yang ternyata Yuna sudah tepar duluan.
"Hei jangan tepar sekarang! Beraninya kau tepar saat aku sedang mengajak mu berbicara." Benzie menggeram sembari mengepalkan tangannya di depan wajah Yuna.
Benzie menghela nafas panjang, ia kembali menatap lekat wajah Yuna yang kini tersandar di pundaknya.
"Sungguh cantik" Ungkap Benzie dalam hati sembari tersenyum
"Tunggu, apa tadi? cantik? apa yang barusan aku pikirkan? apa aku benar-benar sudah gila sekarang?" Celetuk Benzie lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bersambung...
Halo Readers terima kasih sudah terus membaca, nah kalau kalian berada di tim siapa nih? Tim Martin atau tim Benzie?
Oh ya, dukung author terus ya, jangan lupa like dan beri vote untuk novel author yang ini ya.
Follow juga akun author ya. terima kasih :(
❤❤❤❤🤣🤣🤭🤭
favorit
👍❤