[Cerita ini hanyalah khayalan Author sahaja, maklum masih pemula.]
Mengisahkan tentang seorang pekerja keras yang rela mengorbankan segalanya demi menyelesaikan tugasnya. Namun, karena terlalu memaksakan diri, dia tewas di tengah-tengah pekerjaannya.
Namun takdir belum selesai di situ.
Dia direinkarnasi ke dunia sihir, dunia isekai yang asing dan penuh misteri. Sebelum terlahir kembali, sang Dewa memberinya kekuatan spesial... meskipun Rio sendiri tidak menyadarinya.
Tujuan Rio di dunia baru ini sederhana, ia hanya ingin melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sesuatu yang tak pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya. Tapi tanpa disadarinya, perjalanan biasa itu akan membawanya ke takdir besar…
Di masa depan yang jauh, Rio akan berdiri sebagai sosok yang menentang Raja Iblis Abyron.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekuatan tersembunyi sebelum direinkarnasi
Di tengah arena yang hancur… dua petarung muda, Rio dan Nero, masih terbaring tak sadarkan diri.
Napas mereka tersengal, tubuh mereka penuh luka. Mereka telah memberikan segalanya, jiwa, raga, dan tekad. Tapi tak satu pun dari mereka tahu… bahwa badai yang jauh lebih besar baru saja datang.
Langit yang semula cerah mendadak diselimuti awan hitam pekat. Suara gemuruh mengguncang cakrawala, dan petir menyambar ke segala arah. Angin mengamuk liar, seperti raksasa yang baru terbangun dari tidur ribuan tahun.
Dari balik awan gelap yang bergulung, muncullah sosok... mengerikan. Tatapannya membakar seperti neraka, dan aura di sekelilingnya membuat tanah sendiri seolah ingin menjauh darinya.
Raja Iblis Abyron.
Musuh legendaris yang pernah menjadi mimpi buruk seluruh benua. Sosok yang dulu disegel oleh Akagami Zero, ayah dari Rio, dan kini... segel itu telah hancur.
“Namaku… Abyron.”
Suara itu menggema dalam dada semua yang mendengarnya. Suara yang seolah menggetarkan jiwa mereka dari dalam. Dingin. Dalam. Menyesakkan.
“Akulah Raja Iblis... sang penghancur dunia kalian.”
Ia mengangkat tangannya ke langit. Seketika, sambaran petir menyambar ke tanah, mengguncang arena dan meretakkan fondasinya. Dinding-dinding runtuh. Pilar-pilar pecah.
“HAHAHAHAHAHA!!”
Tawa gilanya bergema seperti jeritan kiamat. Awan gelap makin menebal, dan aura jahat menyebar seperti racun di udara. Semua makhluk yang hadir terhuyung, lutut mereka bergetar. Udara menjadi berat, seolah napas pun harus dibayar dengan nyawa.
Penonton menjerit. Para ksatria berusaha berdiri, tapi tubuh mereka lemas. Di atas tribun, Raja Elvaneiros mencengkeram sandaran kursinya dengan mata membelalak. Putri Elvaria menggigil, menahan napas, matanya tak lepas dari langit.
“T-Tidak mungkin… Raja Iblis Abyron… legenda itu nyata…” gumam seorang petarung, tubuhnya gemetar.
Abyron mengangkat satu tangan lagi. Dari telapak tangannya, sebuah lingkaran sihir raksasa mulai terbentuk di langit. Cahaya ungu pekat menyala dari tengah-tengahnya, berputar perlahan, menyebarkan tekanan luar biasa.
“Bangkitlah… para pelayan kehancuranku.”
Langit terbelah.
Dari dalam portal hitam yang terbuka, raungan makhluk-makhluk mengerikan menggema. Jeritan. Tawa iblis. Langkah kaki besar yang menghentakkan bumi.
Satu per satu mereka muncul, puluhan makhluk mengerikan bertubuh raksasa, bersayap, bertanduk, memegang senjata gelap dan berselubung aura kematian. Mereka melompat turun ke arena, mengepung sisa-sisa kemuliaan umat manusia.
Lalu... muncullah satu sosok yang berbeda.
Langkahnya anggun namun mengintimidasi. Jubah hitam dengan lambang iblis terpatri di dadanya. Tatapannya tajam bagaikan pisau yang sudah memilih siapa yang akan ia bunuh hari ini.
Tangan kanan Abyron.
Zarugami.
Ia berlutut di hadapan tuannya. Suaranya dalam dan penuh hormat.
“Kami datang sesuai perintahmu, Tuan Abyron.”
Senyuman tipis dan dingin muncul di bibir Raja Iblis.
“Bagus… waktunya memulai era baru... era kehancuran.”
Di antara kepanikan dan kehancuran…
Lima cahaya dari dunia lain bersinar terang.
Lima pahlawan yang telah dipanggil oleh dunia ini untuk menyelamatkannya.
Yuuto Asakura.
Pahlawan utama, pemimpin yang penuh semangat. Rambut hitam acak-acakan dan tatapan yang membara.
Kaito Renji.
Pendekar tenang dengan pedang besar di punggungnya, penuh perhitungan dan karisma.
Shirogane Riku.
Ahli sihir es yang pendiam dan mematikan. Matanya seperti langit bersalju.
Arisa Yukino.
Penyihir api berbakat, sombong tapi berbakat luar biasa.
Hana Mizuki.
Penyembuh lembut yang hanya bisa mendukung dari belakang. Tak punya skill bertarung, tapi memiliki hati yang kuat.
Yuuto mengangkat pedangnya tinggi.
“AYO KITA HABISI DIA!!”
Kaito dan Shirogane melesat bersama Yuuto dari tiga arah berbeda. Pedang, sihir, dan semangat mereka meluncur seperti komet.
Arisa di belakang membentuk sihir besar.
“Fireball: CRIMSON NOVA!!”
Sebuah bola api raksasa, bersinar merah menyala, meluncur deras ke arah Abyron.
Hana di belakang bersiap menyuplai mana mereka semua. Dia tahu, ini bukan pertarungan yang bisa dimenangkan dengan satu serangan. Tapi setidaknya… mereka harus mencoba.
Namun...
Abyron bahkan tidak bergerak.
Dari sampingnya, satu sosok melangkah ke depan. Zarugami, tangan kanannya, berdiri menghadang.
“Manusia rendahan...” katanya sinis. “Beraninya kalian mengangkat senjata pada Raja kami.”
Dengan satu ayunan tangan, semua serangan mereka terbelokkan.
BOOM!
BRAK!!
Para pahlawan mental menghantam dinding arena. Dinding itu retak, seolah dunia sendiri mulai pecah oleh perbedaan kekuatan mereka.
Abyron mendengus kecil.
“Membosankan…”
Ia mengangkat satu tangannya ke langit.
Awan hitam berputar. Angin berteriak. Aura gelap menyelimuti langit seperti malam tanpa akhir.
“BLACK HOLE!”
Lubang raksasa terbentuk di langit. Sebuah pusaran kehancuran, menyedot cahaya, udara, dan harapan siapa pun yang melihatnya. Dunia terasa suram, seolah takdir pun telah menyerah.
Sementara itu… di tempat lain.
Dimensi antara kesadaran dan ketidaksadaran.
Rio membuka matanya perlahan. Pandangannya buram. Napasnya masih berat.
“Ugh... di mana aku…?”
Ia melihat sekeliling. Kabut putih menyelimuti segala arah. Sunyi. Tenang. Tapi ada kehangatan tak kasat mata yang menenangkan hatinya.
Tiba-tiba, langkah pelan terdengar. Sosok berjubah cahaya muncul dari kabut. Wajahnya tidak bisa dilihat dengan jelas, tapi auranya, lembut… namun tak terbayangkan kekuatannya.
“Selamat datang, Akagami Rio,” ucapnya.
Rio menatapnya, bingung.
“Kau siapa…?”
“Aku… adalah alasan mengapa kau direinkarnasi ke dunia ini. Aku adalah… Dewa Cahaya.”
Mata Rio membelalak.
“Dewa… cahaya?” bisiknya.
“Tapi… kenapa aku tidak punya skill cheat seperti mereka? Aku… hanya tubuh biasa…”
Dewa Cahaya tersenyum.
“Bukan tidak ada. Kau hanya belum menyadari potensimu.”
“Potensi…?”
“Ya,” ujarnya. “Matamu, Rio.”
Rio menyentuh wajahnya. Cahaya samar muncul dari matanya… dan untuk sesaat, dia merasa seperti kembali ke masa kecil.
Latihan sendiri.
Cahaya aneh yang muncul kadang-kadang.
Gerakan refleks yang selalu menyelamatkannya.
“Eyes of Light…” gumamnya.
“Itulah skill yang kuberikan padamu sejak sebelum kau lahir kembali. Kau telah melatihnya… tanpa sadar.”
Rio terdiam. Perlahan-lahan... semuanya masuk akal.
“Dan sekarang…” lanjut Dewa itu, “matamu telah mencapai Level 2. Tapi ini… baru permulaan.”
To be continued...
lanjut