NovelToon NovelToon
NOT PERFECT MOTHER

NOT PERFECT MOTHER

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:99k
Nilai: 4.7
Nama Author: Ibu Cantik

Karena bosan dengan kehidupan yang dijalani selama ini, Rania gadis cantik berusia 25 tahun yang telah menyelesaikan s2 di luar negeri ingin mencoba hal baru dengan menjadi seorang OB di sebuah perusahaan besar.

Tapi siapa sangka anak dari pemilik perusahaan tersebut justru menginginkan Rania untuk menjadi pengasuhnya.

Sedangkan Raka duda berusia 40 tahun ,CEO sekaligus ayah dari 3 orang anak yang belum move on dari sang mantan istri yang meninggal pasca melahirkan anak ke 3 nya.

Bagaimana perjalanan Rania dalam menghadapi tantangan yang dibuatnya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu Cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bekal cinta Rania

Pagi itu, seperti biasa, Rania membantu Mbok Jum di dapur untuk menyiapkan sarapan. Tangannya lincah mengatur piring, memastikan semua makanan tersaji dengan rapi. Setelah itu, ia naik ke kamar Zian untuk membantunya bersiap ke sekolah.

"Zian, ayo bangun. Kita harus bersiap," ucap Rania lembut sambil mengusap rambut Zian.

Zian menggeliat sebentar sebelum akhirnya membuka matanya dan tersenyum. "Tante Rania antar Zian ke sekolah, kan?"

Rania tersenyum. "Tentu saja. Tapi

sekarang kita mandi dulu." setelah mandi Rania membantu Zian untuk berpakaian.

“Zian mau pakai kaus kaki yang mana?” tanya Rania sambil menunjukkan dua pilihan.

Zian, yang masih sedikit mengantuk, menunjuk asal. “Yang biru aja, Tante Rania.”

Rania tersenyum dan membantu Zian mengenakan kaus kakinya sebelum mengajaknya turun untuk sarapan.

Rania tersenyum. "Sudah ganteng dan wangi, saatnya kita sarapan dulu, ya?"

Di meja makan, Raka dan Leon sudah duduk lebih dulu, menikmati hidangan yang telah disiapkan. Begitu melihat Rania datang bersama Zian, Leon langsung memasang ekspresi menggoda.

“Wah, Kak Rania pagi-pagi sudah cantik aja. Ini sarapan yang enak atau wajah Kak Rania yang bikin pagi jadi cerah?” katanya sambil berkedip sebelah mata.

Rania hanya tertawa kecil, sudah mulai terbiasa dengan rayuan absurd Leon. Namun, Raka mendelik tajam ke arah putranya.

“Leon, cukup,” tegurnya.

Leon hanya cengengesan, sama sekali tidak merasa bersalah. “Ya ampun, Papi, ini namanya menghargai keindahan,” ujarnya sambil menyuap nasi ke mulutnya.

Sementara itu, Revan muncul di ambang pintu ruang makan, sudah rapi dengan tasnya, jelas berniat langsung pergi tanpa sarapan. Namun, Raka sudah menebak kebiasaannya itu.

“Revan, duduk dan sarapan,” kata Raka tegas.

Revan menatap ayahnya dingin. “Aku nggak lapar.”

Raka menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap putranya dengan ekspresi tenang namun mengintimidasi. “Kalau begitu, minggu ini kartu kredit dan mobil kamu papi tahan dulu.”

Revan mengernyit tajam. “Apa?”

“Kartu kredit, mobil, semuanya,” ujar Raka santai sambil mengaduk kopinya. “papi tidak mau anak papi jatuh sakit karena pola makan yang buruk.”

Revan mengepalkan tangannya. Ia jelas marah, tapi tahu betul bahwa ayahnya tidak main-main dengan ancamannya.

Suasana di meja makan menjadi canggung. Rania, yang merasa menjadi penyebab ketegangan antara Raka dan Revan, memilih untuk pergi ke dapur dengan alasan menyiapkan bekal Zian.

Raka mengangkat bahu. “Kamu nggak bisa menjaga kesehatan diri sendiri, jadi lebih baik fasilitas kamu saya evaluasi.”

Leon yang sedang menyuap nasi hampir tersedak mendengar ancaman ayahnya. “Waduh, Kak Revan, mending makan deh. Ini udah di tahap ultimatum.”

Revan mendengus kesal, tapi akhirnya menarik kursi dengan kasar dan duduk Dengan enggan, ia meletakkan ranselnya di samping meja. Revan menyendok makanan dengan ekspresi marah, tidak berniat menikmati sarapannya sama sekali.

Rania yang menyaksikan pertengkaran ayah dan anak itu merasa semakin bersalah. Ia diam-diam bangkit dari kursinya dan menuju dapur, memilih untuk menyiapkan bekal Zian daripada berada di tengah ketegangan itu.

Leon memperhatikan kepergian Rania dan langsung menyadari ada sesuatu yang terjadi antara Papi dan Kak Revan. Ia melirik Raka, lalu beralih menatap Revan yang masih cemberut.

“Hmm… kayaknya ada yang nggak beres nih,” gumamnya pelan, namun tetap terdengar oleh Raka.

Raka hanya meliriknya sekilas, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Leon menyeringai kecil. “Kayaknya hari ini aku mau sekolah diantar Papi aja, deh.”

Raka mengerutkan kening. “Kenapa?”

Leon mengangkat bahu santai. “Nggak ada alasan khusus. Cuma pengen aja.”

Padahal sebenarnya, ia hanya ingin menguping apa yang terjadi antara ayah dan kakaknya. Sesuatu sedang terjadi di rumah ini, dan sebagai anak paling santai di keluarga, Leon tidak ingin melewatkan drama yang sedang berkembang.

Pagi itu, Rania sibuk di dapur, menyiapkan bekal untuk Zian sebelum berangkat ke sekolah. Namun, entah kenapa, tangannya juga secara otomatis membuat tambahan bekal untuk Raka, Leon, dan Revan.

Saat menata bekal-bekal itu ke dalam kotak, ia terdiam sejenak,Revan.

Sejak kejadian semalam, tatapan dingin dan kemarahan pemuda itu masih terngiang di kepalanya. Sejujurnya, ia ingin memberikan bekal itu pada Revan juga, tapi… apa Revan akan menerimanya?

Setelah ragu beberapa detik, Rania akhirnya mengambil bekal yang seharusnya untuk Revan dan menaruhnya di samping bekal Raka.

***

Saat Rania hendak pergi mengantar Zian ke sekolah, ia menghampiri ruang makan, di mana Raka dan Leon sedang menikmati sarapan.

“Pak Raka, Leon,” panggilnya.

Keduanya menoleh, dan Leon langsung tersenyum lebar. “Wah, pagi-pagi sudah dipanggil sama cewek cantik. Pertanda baik ini.”

Raka hanya melirik anaknya sekilas sebelum menatap Rania. “Ada apa?”

Rania menyerahkan dua kotak bekal yang sudah ia siapkan. “Ini… saya buatkan bekal untuk Bapak dan Leon.”

Mata Leon langsung membesar. “Hah? Serius?!”

Bahkan Raka pun sedikit terkejut. Tangannya menerima kotak bekal itu tanpa sadar. “Untuk kami?”

Rania mengangguk pelan. “Iya. Saya pikir… pasti sibuk di kantor, jadi lebih baik membawa bekal sendiri daripada harus beli di luar.”

Leon menatap kotak bekal di tangannya seperti baru saja menerima hadiah ulang tahun. “Mbak Rania… kalau Mbak mau ngelamar jadi kakak ipar Zian , lamaranku sudah siap!”

Rania tertawa kecil, sementara Raka hanya menatap bekal di tangannya dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Sudah lama sekali sejak ada seorang wanita yang menyiapkan sesuatu untukku." batin Raka.

***

Di dalam mobil menuju kantor, Leon masih belum bisa move on dari bekalnya. “Papi sadar nggak sih, ini kejadian langka? Sejak Mami nggak ada, siapa lagi yang perhatian kayak gini?”

Raka hanya diam, masih memikirkan hal yang sama.

Leon melirik papinya yang sejak tadi tampak serius. “Papi lagi mikirin apa?”

Raka menghela napas, lalu akhirnya berkata, “Revan.”

Leon menaikkan alis. “Kenapa Revan?”

Raka melirik sekilas ke arah Leon, lalu kembali fokus pada jalan. “Semalam, dia marah karena melihat Papi bersama Rania.”

Leon mengerutkan dahi. “Hah? Kenapa?”

Raka menatap lurus ke depan. “Karena dia tidak ingin ada yang menggantikan posisi Mamanya.”

Leon terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas. “Ya ampun, kak Revan… Sampai kapan dia akan kayak gitu?”

Raka tidak menjawab. Ia sendiri tidak tahu.

Setelah beberapa saat, Leon tersenyum kecil dan berkata dengan nada santai, “Tapi, kalau dipikir-pikir… Papi tertarik sama Mbak Rania, ya?”

Raka menoleh sekilas dengan tatapan bingung. “Apa?”

Leon mengangkat bahu. “Ya, dari cara Papi bersikap ke Mbak Rania. Kayaknya Papi mulai suka, deh.”

Raka mengernyit. “Papi bahkan belum tahu perasaan papi sendiri.”

Leon terkekeh. “Kalau Papi sampai mikirin dia sebanyak ini, mungkin Papi harus mulai mencari tahu.”

Raka hanya terdiam, tapi kata-kata Leon terus terngiang di kepalanya. "Benarkah ia tertarik pada Rania?"

1
Neni marheningsih
masalah apa Thor jadi penasaran
reiny marlina
Ya Allah…pantas kasih sayang rania tulus
Rahma Inayah
mana mau Raka sama pr yg gatel nyisir duluan ....Raka cnt.nya SMA Rania
anake Pakdaryo
bukannya rania cuma disuruh jemput sekolah thor kok jadi pengasuh di rumah raka
Nora♡~
Bagus Rania... satu cara untuk melembutkan hati si batu kerang... Revan... sejak Zian lahir di persalahkan... gara2 kematian Almarhumah Ibunda.... ajal maut tuu... kan Di tangan Tuhan... jadi tidak adil bukan jika Zian di persalahkan... semoga Revan sedar dan insaf bahawa... silap dalam pemahaman... tentan kematian sang Ibu... Revan... perlu matang dan Rasional dalam satu2 tindakan.... gitu... lanjut...
Rahma Inayah
lanjut thor mkn seru ceritanya
La Rue
Semoga Rania dapat meluluhkan hati Revan
Nora♡~
lanjut ke bab2 seterusnya...
Patrish
oom Raka.. tante Rania... ❤❤❤❤❤❤❤
Wiwik Retno Eni
Luar biasa
Wiwik Retno Eni
bagus
Rahma Inayah
Revan siap2 JD kere km klu semua fasilitas km di cabut oleh papi mu km bs apa
Patrish
Rania.... dari keluarga hebat... 😮😮😮😮
Patrish
Revan... ada apa dengan mu..
Patrish
waaa.. masih ada yang tersembunyi
N_ariya
oo... Jadi gitu...
mungkin Zian bukan darah daging dr Raka.. dan yg tau cuma Revan...
pejuang rupiah😶‍🌫️
Luar biasa
Rahma Inayah
Revan perlu diperiksa kejiwaannya BS bahaya ku didiamkan bs2 nnt Zian mati di tangan nya akan kebencian yg mendalam terhadap adiknya
Rahma Inayah
bagus ceritanya
Patrish
rendra.. dokter dengan mental seperti kamu.. bagaimana nanti jadinya... dokter yang rasa kemanusiaan yang hilang.... heraan... mestinya kamu tahu penyebab kematian ibu melahirkan... apakah 100% kesalahan baby?.. apakah tidak ada faktor lain penyebabnya... apakah layak penyebab kematian ibu harus dibebankan pada babynya.... secara medis mestinya kamu tahu itu.... aneh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!