NovelToon NovelToon
Istri Bar-bar Ustad Tampan

Istri Bar-bar Ustad Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Aku ingin kebebasan.

Aku ingin hidup di atas keputusanku sendiri. Tapi semua itu lenyap, hancur… hanya karena satu malam yang tak pernah kusangka.

“Kamu akan menikah, Kia,” kata Kakek, dengan suara berat yang tak bisa dibantah. “Besok pagi. Dengan Ustadz Damar.”

Aku tertawa. Sebodoh itu kah lelucon keluarga ini? Tapi tak ada satu pun wajah yang ikut tertawa. Bahkan Mamiku, wanita modern yang biasanya jadi pembelaku, hanya menunduk pasrah.

“Dia putra Kiyai Hisyam,” lanjut Kakek.
“Lulusan Kairo. Anak muda yang bersih namanya. Cermin yang tepat untuk membasuh aib keluargamu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 19

Kia nggak cuma milih satu atau dua potong. Begitu mulai menyentuh kain-kain yang adem, potongan yang nggak neko-neko tapi tetap modis, dan warna-warna yang nggak norak dia malah kalap.

"Aku bawa yang ini, yang itu juga, terus gamis yang cutting-nya lempeng tadi, warna army green itu lucu deh," ujar Kia sambil menunjuk rak satu per satu.

Penjaga butik sampai bolak-balik ke gudang sambil senyum campur heran. Pembeli ini unik banget. Nggak pake lama mikir, tapi milih semua.

Bahkan sambil milih, Kia tetap dengan gaya khasnya duduk di kursi dengan satu kaki diangkat, rambut dijepit asal, tapi matanya fokus kayak lagi pilih sparepart motor.

"Yang model hoodie panjang ada nggak sih? Kalau bisa yang bahannya tebal tapi adem. Aku sukanya yang bisa buat ngegas juga," katanya sambil nunjukin gesture pegang stang motor.

"Eh iya... ada legging syar’i? Tapi yang kuat kalau buat duduk jongkok di pinggir jalan," sambungnya lagi sambil ngakak kecil.

Penjaga butik sampai melongo tapi tetap nyatet semuanya.

Hijab pun tak luput dari borongannya. Tapi Kia nggak asal pilih. Dia ambil warna-warna netral dan earth tone, panjang, lembut, dan gampang dibentuk.

"Aku belum bisa styling ribet. Yang penting nyaman dulu," ujarnya sambil ngetes lipatan hijab di kepala, melihatnya di cermin lalu tersenyum tipis.

Saat semua barang dikemas dalam beberapa tas besar, Kia berdiri di depan kaca butik. Untuk pertama kalinya dia melihat dirinya bukan hanya sekadar tomboy yang suka naik motor sport dan debat sama kakaknya. Tapi perempuan yang sedang pelan-pelan belajar menutup egonya.

"Hidupku tetap bar-bar, tapi gaya pakaianku kayaknya bisa agak sopan dikit," katanya sambil tersenyum ke bayangannya sendiri di kaca.

Sebelum keluar dari butik, ia sempat menatap langit yang mulai berubah jingga.

“Mas Damar… kamu tahu nggak, ini bukan karena kamu. Tapi karena untuk pertama kalinya aku mulai tanya ke diri sendiri 'Kalau bukan sekarang, kapan?'"

Ia mengangkat dagu, menggenggam semua tas belanjaannya sambil tertawa kecil.

"Besok, tetap gas naik motor. Tapi setidaknya, udah nggak pake jaket bolong dan ripped jeans lagi."

Damar baru saja menginjakkan kaki di pelataran rumah kontrakan kecil mereka setelah seharian mengisi kajian di pesantren Al Firdaus.

Matanya langsung melotot waktu melihat halaman depan rumah yang penuh dengan kardus, plastik bening, dan tumpukan pakaian rapi dengan hanger warna-warni.

“Assalamualaikum rumah siapa ini? Kenapa kaya gudang butik?” ucapnya sambil celingak-celinguk, napasnya masih ngos-ngosan.

Kia yang lagi sibuk ngelipetin kerudung pashmina motif bunga cuma noleh sebentar, senyumnya gugup, tapi tetap sok cool. “Waalaikumsalam. Ya rumah kita lah. Emang kenapa?” jawabnya, masih menunduk.

Damar narik napas panjang, lalu ketawa lebar sambil duduk di tangga depan. “Aku cuman pergi sehari doang balik-balik istriku buka cabang toko hijab. Ini apaan, Sayang? Hijab modis semua. Bahkan ada yang warnanya sampe pastel-pastel gini. Kamu serius mau jualan atau mau buka acara fashion show?”

Kia ngedumel pelan, “Enggak. Ini buat aku bukan buat dijual.”

Damar langsung angkat alis, nyengir jahil. “Buset, buat kamu semua? Kamu mau jadi selebgram hijrah atau gimana sih? Kemarin masih pake jeans robek, sekarang udah punya koleksi gamis satu lemari. Jangan-jangan kamu kesurupan Ustadzah?”

Kia melempar bantal kecil ke arah suaminya, tapi matanya nggak bisa nutupin rasa kikuk yang muncul. “Ih, kamu tuh ya! Nggak usah lebay. Aku cuma pengin berubah aja nggak boleh?”

Damar makin nyengir lebar. “Boleh banget dong! Aku sih seneng. Tapi, yang bikin aku heran, kamu tuh bisa-bisanya belanja sebanyak ini. Aku ceramah di ponpes, eh kamu dapet hidayah di butik?”

Kia langsung berdiri, nyolot. “Siapa bilang aku dapet hidayah di butik? Nggak gitu ceritanya!”

“Ohh… jadi ceramahku waktu di deket masjid Al Firdaus kamu dengerin, ya?” goda Damar sambil nunjuk-nunjuk, suaranya meledek. “Yang bagian aku bilang, perempuan yang menutup aurat bukan berarti sempurna, tapi dia sedang berjuang jadi lebih baik. Hayo bener kan?”

Kia yang tadinya sok tegas langsung bungkam. Matanya berkaca, tapi senyumnya tertahan.

“Yaudah sih iya. Denger terus kenapa?”

Damar meraih tangan istrinya pelan, wajahnya mulai serius. “Nggak kenapa-kenapa. Aku cuma bersyukur. Ternyata ceramahku bukan cuma buat orang-orang di luar sana. Tapi ternyata nyampe juga ke hati istri sendiri aku bangga sama kamu.”

Kia nggak bisa nahan senyum dan air matanya yang mulai netes. Tapi tetap aja gengsi. “Udah ah, jangan drama. Bantuin aku bawa masuk ini semua. Berat tau!”

Damar ketawa, bangkit dari duduk, lalu mulai angkat satu kardus berisi kerudung. “Siap, Bu Ustadzah. Abis ini kita buka kajian bareng aja, ya. Kamu isi materi, aku yang ngurus snack-nya!”

“Idih, kamu tuh ya nyebelin!” sahut Kia tapi kali ini dengan tawa yang lepas.

Malam itu hujan turun gerimis, angin berhembus pelan dari jendela yang setengah terbuka. Lampu temaram kamar cukup membuat suasana terasa hangat.

Kia berdiri di depan cermin, mengenakan gamis warna sage dan hijab pashmina yang baru saja ia setrika sendiri. Tangannya masih kikuk membentuk lipatan di sisi kanan pipi, lalu diulang lagi dari awal karena merasa belum rapi.

Damar berdiri di ambang pintu, bersedekap, memperhatikan dari tadi. Senyumnya nggak hilang-hilang sejak pulang tadi siang.

“Nah, gitu dong. Aku pergi bentar ke pondok, pulang-pulang istri udah berubah jadi bidadari yang nyusahin aku buat nggak jatuh cinta ulang,” ucapnya pelan tapi cukup bikin Kia melirik dari cermin.

“Kamu tuh dari tadi ngomongnya muter-muter, kayak kucing ngejar ekor sendiri,” sahut Kia, setengah malu.

Damar jalan pelan ke belakang Kia, berdiri di samping cermin, lalu nyengir. “Yah kalau kamu tikusnya, aku rela jadi kucing yang capek ngejar terus.”

Kia pura-pura ngambek. “Ih, apa sih. Ngatain aku tikus?”

“Ya bukan sembarang tikus. Tikus yang berhasil nyuri hatinya kucing galak. Tapi karena kamu sekarang udah pake hijab, kamu bukan tikus lagi.”

“Terus?”

Damar nahan senyum, matanya teduh. “Sekarang kamu jadi taman rahasia. Tertutup, tenang, dan bikin siapa pun yang ngelihat nggak bisa sembarangan masuk.”

Kia terdiam. Ada sesuatu di dada yang bergetar pelan.

Damar mendekat, menurunkan suara. “Tau nggak? Selama ini aku ceramah soal hijab ke banyak orang. Tapi malam ini... aku baru ngerasa, hijab itu bukan cuma kain yang nutup kepala. Tapi pelindung hati buat laki-laki kayak aku, biar tahu batas. Dan buat perempuan kayak kamu, supaya makin dijaga sama langit.”

Kia nggak sanggup ngomong. Bibirnya gemetar menahan haru, tapi juga geli karena gaya bicara Damar yang masih aja nyeleneh meski kalimatnya romantis.

“Kamu tuh kok bisa sih ngomong kayak gitu?” tanyanya pelan.

Damar mengangkat bahu, lalu berbisik, “Mungkin karena aku bukan cuma Ustadz. Tapi juga laki-laki yang lagi jatuh cinta sama istri sendiri. Dan sekarang, cinta itu lebih kuat karena ada hijabmu.”

Kia menunduk. Air matanya jatuh diam-diam. Tapi sebelum Damar sadar, dia buru-buru mengusapnya.

“Udahlah, mending bantuin aku lipet sisa baju ini sebelum aku batal berubah,” sahut Kia cepat-cepat, menutupi rasa gugupnya.

Damar langsung meraih satu setelan hijab warna marun, lalu berkomentar, “Yang ini cocok banget. Tapi kamu harus siap, ya.”

“Siap apaan?” tanya Kia.

“Siap bikin aku makin susah tidur tiap malam, soalnya tiap ngelihat kamu hati aku deg-degan kayak pas mau khutbah Jumat pertama kali.”

“Ya Allah, Damar,” Kia melempar bantal kecil ke arah suaminya, tapi kali ini tawanya lepas tanpa beban.

1
Purnama Pasedu
ustadz bisa ae
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pintar gombal yah 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
iya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
tapi kadang tempat kerja ngelarang pakai hijab ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya kakak tergantung dari peraturan perusahaan
total 1 replies
Purnama Pasedu
bisa ae pak ustadz
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pak ustadz gaul 😂
total 1 replies
Purnama Pasedu
masih galau ya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
aamiin
Purnama Pasedu
pasangan yg kocak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak masih setia baca 🙏🏻🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia terlalu keras ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ujian sang ustadz tapi nanti dapat hidayah kok 🤣🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
si kakek
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ulah kakeknya akhirnya gol 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia jadi diri sendiri aj,perlahan aj
Eva Karmita
semangat otor 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak
total 1 replies
Eva Karmita
semangat ustadz... yakinlah Allah selalu ada untuk umatnya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: betul kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
nyimak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semoga suka
total 1 replies
Purnama Pasedu
koq sedih ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: jangan sedih kak 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Thor bisa ngk bahasa kia kalau ngomong sama yg lebih tua sopan sedikit jgn pakai bahasa Lo gue , maaf sebelumnya bukan mengkritik otor cuma gak ngk enak aja di baca bahasanya bisa diganti aku atau apalah ... sebelum mohon maaf ya ,, ceritanya bagus tetapi semangat Otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: belum saatnya kak kan gadis bar-bar tomboy liar dan pembangkang 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
keren pak ustadz 😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ustadz idaman yah kakak 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
langsung kena mental si Kia 😩👻🙈
kia ni ustadz bukan kaleng" kia jdi ngk udah banyak drama 🤣🤣🤣🤣
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak... karena aku di tetangga juga nulis di sana ☺️🥰
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!