Dijual kepada mafia kejam, Arini disiksa dan dikurung dalam neraka bernama cinta. Tapi tak seperti gadis lemah dalam dongeng, Arini memilih bangkit. Karena tidak semua cinta pantas diperjuangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfrida Sitorus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
ke esokan harinya,sesuai perintah reina.akhirnya mereka memilih untuk tinggal sebuah mansion mewah.penjaganya super ketat,tembok menjunjung keatas,disertai teknologi modren buatan keluarga O'reilly.penjaga ada dimana-mana,dan reina juga tidak lupa memasang alat pendeteksi untuk menghindari penyusupan.
reina dikawal ketat menuju mansion,tentunya menggunakan mobil anti peluru untuk berjaga.mereka menyelusuri kota jakarta menuju mansion.tidak lupa juga,rian selalu bersama sang ibu.rian sudah mulai menerima disekitarnya,ia sudah mulai tersenyum dan ceria lagi sewaktu di irlandia.
Di kawasan elit Menteng, sebuah mansion megah berdiri angkuh di balik pagar tinggi berukir emas. Dulu milik seorang politikus tua yang bangkrut, kini bangunan bergaya Eropa klasik itu menjadi milik seorang wanita yang telah bangkit dari kubangan neraka.Reina O’Reilly.
Wanita itu melangkah masuk ke halaman yang luas. Langkahnya mantap, dengan sepatu hak tinggi menyentuh marmer putih. Di belakangnya, maeve dan Davin mengikuti, mengawasi proses serah terima properti dengan tim hukum dan agen properti.
“Apakah seluruh renovasi sesuai instruksi?” tanya Reina sambil melepas kacamata hitam.
“Semua lantai sudah diperkuat. Sistem keamanan dari Jerman, sudah terpasang. Ruang bawah tanah siap digunakan untuk penyimpanan dokumen rahasia maupun perlindungan darurat,” jawab maeve tegas.
“Bagus.” Reina mengangguk.
“Besok pagi, pasang plakat baru di gerbang depan,” perintah Reina. “Tuliskan: O'Reilly Mansion. Biarkan mereka tahu siapa yang memegang kekuasaan sekarang.”
Davin hanya mengangguk pelan. Ia tahu, perubahan ini hanya awal dari badai besar yang akan menyapu keluarga Reina di masa lalu, dan pria bernama Leonardo.
Di tempat lain,Leonardo
Di gedung pencakar langit di pusat kota, Leonardo melemparkan gelas kristalnya ke lantai.
“Dia membeli mansion di Jakarta?” suaranya tajam seperti belati. “Dan menggunakan nama keluarga O’Reilly?!”
Davina menunduk, melapor hati-hati. “Ya, Tuan. Tidak hanya itu... mansion itu dulunya milik mantan duta besar. Dia kini menjadi pemilik tunggal dan tampaknya sedang merekrut staf baru dari luar negeri. Semuanya bergerak cepat.”
davina sekretaris baru leonardo yang baru direkrut untuk membantu mengurus perkembangan untuk menyelidiki keluarga O'reilly selama ini.dan tasya,ia beroperasi diluar sekarang.
“Dan dia membawa rian... ke Indonesia,” gumam Leonardo, wajahnya berubah gelap. “Rian…”
Matanya menatap tajam ke luar jendela.Leonardo berbalik cepat. Meja kerjanya kini penuh dengan foto-foto hasil pantauan mata-matanya. Gambar Reina turun dari jet pribadi, Reina membeli mansion, Reina masuk ke mobil bersama seorang anak kecil Rian.
Wajah Leonardo mengeras saat melihat wajah Rian di foto itu.
“Dia sangat mirip denganku,” gumamnya dingin. “Darahku. Putraku. Hakku.”
“Leon.” Suara Davina sekretaris kepercayaannya masuk perlahan ke ruangan.
“Apa?” balas Leonardo ketus.
“Tim kita baru saja mendapat informasi. Mansion Reina kini dijaga ketat. Banyak staf asing masuk. Mereka berasal dari Irlandia. Salah satunya mantan tentara bayaran.dan teknologi mansion itu tidak main-main!!”
“Dia sedang membangun markasnya di sini,” desis Leonardo. “Berani sekali.”
Davina melangkah hati-hati. “Kau ingin aku menghubungi Victor Han? Kita bisa menculik anak itu dalam waktu singkat sebelum Reina menguatkan sistem keamanannya.”
Leonardo mengerutkan kening. Sesaat ia terdiam. Lalu dia menggeleng perlahan.viktor sekutu dari leonardo yang membantu pria itu mendapatkan informasi waktu reina masih di irlandia.
“Tidak. Kita tidak menculik anak itu seperti pencuri murahan. Aku ingin Rian datang padaku dengan keinginannya sendiri. Aku ingin Reina merasakan ketakutan perlahan-lahan… seperti racun yang menetes tiap malam.”
Davina membeku mendengar kalimat itu. Leonardo bukan hanya ingin Rian dia ingin Reina hancur secara psikologis.
Langit Jakarta sore itu diliputi semburat oranye yang hangat, namun di dalam benak Reina, yang tersisa hanyalah angin tajam dari masa lalu.
Mansion di bilangan elite itu berdiri megah, dengan pilar-pilar putih tinggi dan taman luas mengelilingi bangunan tinggi. Sebuah mahakarya yang baru saja dibeli secara tunai oleh Reina dengan nama aliasnya Reina O'Reilly.
Rian melompat kegirangan di halaman belakang, dikejar oleh salah satu pengawal wanita Irlandia yang menyamar sebagai pengasuh.
Reina berdiri di balkon lantai dua, memandang putranya yang tertawa bahagia.
“Anakku akhirnya bisa bermain bebas di tanah dimana aku dibesarkan dengan buruk...” gumamnya pelan.
Tapi senyum Reina tak pernah benar-benar hangat. Matanya tajam, penuh waspada. Jakarta bukan hanya kampung halaman. Ini adalah medan perang. Tempat luka lama menganga. Tempat darahnya ditumpahkan, harga dirinya diinjak.
Kini dia kembali bukan sebagai gadis polos yang dijual keluarganya, tapi sebagai wanita kuat, pewaris keluarga O’Reilly yang melegenda. Dan kini, sebagai ibu yang tak akan membiarkan siapapun menyentuh anaknya.
