NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34

Di tempat lain, siapapun orangnya, dipaksa itu tidak akan menyenangkan. Semua akan percuma dan terasa sia-sia. Jika tetap keras kepala, mari kita akhiri dengan bahagia atau kematian.

Begitulah sikap Gabriel Sagara yang berbanding terbalik jika di sekolah dan di rumah. Papanya tidak pernah setuju putra semata wayangnya itu ikut geng-geng yang tidak bermanfaat sama sekali di mata Papanya. Padahal pria tua itu tidak tahu kalau gengnya itu adalah rumah kedua bagi Gabriel. Sementara rumah yang ia tinggali sekarang bagaikan penjara yang selalu mengekangnya.

"Berhenti ikut-ikutan geng seperti itu! Mau jadi apa kamu jika ikutan geng yang tidak ada jelasnya! Bukannya memberi manfaat malah menambah masalah saja kamu!!" kata Hadi.

Pria dengan setelan jas kantornya tengah duduk di ujung meja makan depannya. Tatapan seperti itu sudah sering ia lihat, bahkan ujaran yang Papanya lontarkan sudah jadi makanan sehari-harinya selama bertahun-tahun. Ingin sekali ia melawan argumen Papanya, tapi melihat adik kecilnya melangkah menuruni anak tangga, Gabriel langsung bungkam lalu meninggalkan meja makan menuju adiknya, Rere.

"Kakak jangan lama pulang, ya.. Mama sama Papa nanti siang pulangnya lama, jadi Rere gak ada teman di rumah," katanya menggenggam erat jemari telunjuk Gabriel.

Gabriel yang gemas dengan adik perempuannya itu lantas meraih tubuh gempal Rere dan menggendongnya. Ia kecup pipi anak itu membuat Rere terkekeh pelan.

"Kakak bakalan cepat pulang. Mau dibelikan apa nanti?" tanyanya membuat Rere meletakkan telunjuknya di kepala. Seolah anak kecil itu tengah memikirkan sesuatu.

"Rere mau permen loli sama cake cokelat."

Mendengar cake cokelat membuat Gabriel terbayang dengan Anetta.

"Yasudah. Sekarang kamu sarapan dulu ya. Kakak mau sekolah, nanti telat. Okey..." ujar Gabriel lalu mencium kening Rere lembut.

Rere pun berlari kecil menuju meja makan. Setelah itu Gabriel melangkah ke lemari dekat pintu dan meraih kunci motornya. Pukul 07.10. Waktunya tidak banyak lagi.

Ia berlalu dari pekarangan rumahnya dan melaju kencang di jalanan yang ramai akan kendaraan roda empat. Kecepatan motor diatas rata-rata dan tidak fokus dengan jalan yang ia lalui akibatnya dia menyerempet seseorang yang sedang berjalan. Segera ia berhenti dan turun dari motornya menuju ke arah gadis yang terduduk di atas tanah.

"Kalea? Lo gak papa? Maaf, maaf..."

"Lo gak lihat apa gue jatuh nih! Bukannya nolongin malah banyak nanya..." ucap Kalea sedikit kesal.

"Sini gue bantu berdiri!" Gabriel kemudian mengulurkan tangannya. Ia sangat bingung kenapa gadis itu berada di jalanan sepagi ini—sendiri. Hingga akhirnya Kalea menjelaskan padanya secara detail.

"Yaudah Lo bareng gue ajah ke sekolah. Luka lo juga perlu di obatin. Naik..." perintah Gabriel memegang erat tangan gadis itu agar naik ke motornya.

"Eh, lo mau ngapain sih?" ujar Kalea saat Gabriel menarik tangannya melingkar di pinggang cowok itu.

"Pegangan, kita udah telat."

Mendengar kata telat, Kalea mengangkat tangannya menatap arloji berwarna abu-abu di pergelangan tangannya. Mampus.

Tangan mungilnya melingkar erat di pinggang Gabriel. Dia masih sayang nyawanya. Gabriel menatap gadis dibelakangnya melalui kaca spion.

Gadis itu lagi-lagi menguncir rambutnya membuat leher jenjangnya terekspos begitu saja juga anak-anak rambutnya bergerak searah hembusan angin, membuat Gabriel tersenyum tipis.

Mereka sampai di parkiran sekolah. Walau sebenarnya gerbang sudah tertutup rapat lima menit yang lalu. Tetapi satpam tak mungkin melawan anak pemilik sekolah. Keduanya masih diatas motor. Gabriel memilih melepaskan helm di kepalanya.

"Lo ngga turun?"

"Sabar sebentar. Kakak gak lihat Lea kesusahan, kaki Lea sakit gegara kakak!" Kalea turun memegang kuat bahu Gabriel.

Ia turun dan merapikan rambutnya di kaca spion. Dan tak sadar apa yang dia lakukan membuat Gabriel yang masih berdiri di sampingnya tersenyum tipis. Jarak keduanya begitu dekat.

Kalea mendongak—menatap manik cokelat itu sebentar lalu memutar tubuhnya menjauh. Tangan Gabriel yang begitu gatal tiba-tiba menarik ikat rambut yang Kalea pakai membuat rambut kuncir kuda itu tergerai bebas. Angin berhembus membuat rambutnya berterbangan.

"Kak Gabriel apa-apaan sih?" seru Kalea mulai mengumpulkan semua anak rambutnya untuk diikat kembali.

"Gue gak suka liat lo kek gitu. Jangan di kuncir lagi."

"Masalahnya sama kakak apa? Suka-suka Lea dong. Sini-in ikat rambutnya!?" Entah kenapa semua orang membuatnya emosi sepagi ini.

"Gak!" ucap Gabriel mendahuluinya. Tanpa sadar, Kalea mengikuti langkah cowok di depannya membuat sosok itu lagi-lagi tersenyum.

"Gue gak kuat jalan, Haaahh... Gue harus duduk dulu, tapi ngomong-ngomong itu anak pergi kemana, cepat bangat hilangnya," ucapnya lirih duduk di kursi panjang dan celingak-celinguk mencari Gabriel.

"Apa yang salah kalau rambut cewek di kuncir?" gumam Kalea.

Ia melepas sepatu hitamnya. Telapak kakinya yang kemarin malam sudah dia obati kini terluka kembali. Luka itu terbuka membuat Kalea menekuk sudut bibirnya.

***

"Lo memang gak niat ya buat obatin kaki lo yang lukanya separah itu..."

Gabriel datang dengan menggenggam kotak P3K. Ia melangkah mendekati Kalea yang sedang meniup-niup lututnya.

"Gak usah ganggu deh Kak. Cari kesibukan lain sana..."

Gabriel duduk disampingnya. "Hadap sana lo!"

"Eh, mau ngapain?" Gabriel memutar bahu gadis itu untuk membelakanginya.

"Diam! jangan gerak!" ujar Gabriel membuat Kalea diam dan tak bergeming. Kalea merasa rambutnya di sentuh begitu lembut.

Saat jemari tangan itu menyentuh area lehernya, ia menutup mata merasakan aliran darahnya berdesir. Perlakuan cowok itu untuk pertama kali baginya benar-benar membuatnya lupa diri. Rambutnya sudah terkumpul diikat satu, rapi dan tak ada tertinggal sehelai pun.

"Katanya ngga suka kalau rambutnya di kuncir, jadi kakak ngapain coba?"

"Biar lo gak kegerahan ajah."

Gerah? Masih pagi hei masih pagi. Anak siapa sih nih orang.

"Sini..." kata Gabriel. "Kaki lo taruh disini." Gabriel menepuk-nepuk pahanya.

"Gak mau pasti kakak mau modus kan?" tuduhnya menggunakan jari telunjuknya. Ekspresi wajah Kalea membuat Gabriel tersenyum namun melirik ke arah lain.

"Dih, ngapain kakak senyum?"

"Siapa yang senyum?"

"Kakak lah emang siapa lagi..."

"Udah ngga usah berisik. Mau gue obatin apa engga?!"

"Iya, iyaa..." jawab Kalea kemudian mengangkat kakinya perlahan ke atas paha Gabriel yang duduk dekat dengannya.

Melihat rok gadis itu terangkat dengan cepat Gabriel melepaskan jaket yang ia kenakan untuk menutupi bagian paha Kalea yang terekspos.

"Makasih..."

"Diam sebentar, jangan berisik."

Kalea diam dan tak bergerak sama sekali. Ia hanya fokus menatap wajah cowok di depannya. Ia baru sadar kalau bulu mata cowok itu begitu lentik dan wajahnya sangat mulus.

Sementara Gabriel ia perlahan-lahan membersihkan lutut gadis itu dengan alkohol. Sesekali meniupnya. Begitu telaten dan seperti sudah biasa ia lakukan.

"Pelan-pelan... Jangan sengaja..." ringis Kalea. "Ini kaki bukan batu!"

"Cengeng..."

"Bukan cengeng tapi memang sakit. Kalau gak niat ngobatin bilang ajah, Lea bisa sendiri kok..."

"Lo bisa diam gak sih? cerewet bangat jadi perempuan. Kalo kaki lo infeksi gimana?!" Kalea tersenyum. Ia merasa lucu melihat tatapan serius Gabriel kepadanya.

"Ngapain lo senyum?" tanyanya.

"Gak. Apa salah kalau senyum?"

"Eng—"

"Santai bangat ya duduk disini. Seperti dunia ini milik lo berdua ya..."

Ucapan Gabriel terpotong ketika seseorang berbicara Mereka adalah Adit, Bobby, Zion dan Haris. Zion melotot melihat adiknya duduk bersama Gabriel di kantin mbah kumis.

"Ngapain lo berdua disini?!" tanya Adit.

"Ditungguin di kelas malah kelayapan ya lo," timpal Bobby.

"Lo juga Lea, ngapain disini? Emangnya lo gak masuk?" kata Adit.

"Telat kak..." sahut Kalea.

"Ini kaki kenapa lagi?" tanya Zion menarik kaki kanan gadis itu dari pegangan Gabriel, memindahkannua di atas pahanya sendiri.

Kalea yang masih sensian mengabaikan keberadaan kakak nya membuat Adit tertawa mendadak. Jarang ia lihat Zion diabaikan terutama karena adik sendiri.

"Kasian..." celetuk Adit membuat Zion mengalihkan pandangannya menatap Adit sinis.

"Gak usah sentuh kaki gue. Jauh-jauh sana," seru Kalea menghempas tangan Zion kasar dari kakinya. Zion yang sejak tadi pagi juga emosi malah terbawa suasana dengan apa yang adiknya katakan tadi.

"Lo jadi adik jangan keras kepala bisa gak, sih? Untung gue baik anggap lo jadi adik gue kalau gak mungkin hidup lo gak bakalan seenak sekarang ini!!"

Hening.

Bagaikan petir menggelegar disiang bolong, Kalea terkesiap seraya menurunkan pelan-pelan kakinya. Ia tidak salah dengar? Telinganya juga masih berfungsi dengan baik.

Pandangan Gabriel fokus mengarah pada Kalea. Ia mengamati sudut mata gadis itu yang mulai berkaca-kaca. Sementara Adit, Bobby dan Haris menatap wajah keduanya bergantian.

Adit terlihat menghela napas beratnya, sementara Haris menunduk dengan sikap Zion yang ia tidak habis pikir bisa selancang itu.

"Lain kali kalau ngomong itu dijaga ya Kak. Lea juga gak pernah hidup di keluarga yang punya segalanya. Lea sangat tau diri kalau kakak bukan kakak kandung Lea tapi se-enggak nya kakak bisa jaga omongan kakak..."

"Andai kakak diposisi Lea, kakak pasti bakalan sakit ketika keluarga kandung kakak berencana buat bunuh kakak hidup-hidup. Dituduh hampir bunuh adik sendiri, dan dianggap sampah sama semua keluarga."

Bulir air mata jatuh membasahi pipi Kalea. Ia menarik napas dalam-dalam. Saat Zion hendak menyentuh pipinya, Lea langsung bergerak menjauh dari tempat itu dengan langkah terseok-seok.

"Anjir Zi! Lo kebangatan, sumpah! Tega lo ngomong gitu sama adik lo sendiri walau dalam keadaan marah pun lo gak pantas ngomong gitu. Bukan adik kandung lo ajah ngomongnya kasar, andai kata lo benaran punya adik cewek gue pastiin lo bakalan bersikap sama kayak Lea," ucapnya membuat temannya yang lain mengangguk setuju.

"Kenapa sih lo bisa selancar itu ngomongnya? Ingat Zi Kalea itu adik lo, adik lo!!" ujar Bobby penuh penekanan.

Sementara Gabriel, cowok itu lantas berdiri menyusul Kalea diikuti Haris dari belakang. Melihat teman-temannya saling menyalahkan dirinya membuat Zion meninju tembok di kanannya dengan keras. Dua kali ia menyakiti perasaan adiknya. Kali ini mungkin kesalahannya tak akan termaafkan lagi.

"Selama lo masih ngomong gini gue pastiin Kalea bakalan ngejauhin lo! Pikirkan sekali lagi deh, Kalea bukan adik kandung lo dan mungkin Lea akan sanggup lakuin hal yang gak bisa lo percaya bisa Lea lakukan," tutur Adit. Karena ia juga punya adik cowok, tapi sama sekali tidak pernah menghina dengan cara menyakitkan seperti itu.

Punggung Zion menegang. "Gue balik ke markas. Nanti gue balik lagi ke sini."

***

Adit mencoba menghibur Kalea yang sedari tadi karena tidak mau berbicara pada mereka. Sementara Gabriel cowok itu mengelus rambut gadis itu pelan hingga pintu kantin terbuka lebar, menampakkan sosok berdiri di ambang pintu, dia Zion—Kalea spontan menggenggam erat lengan GS dan menyembunyikan wajahnya di punggung lebar cowok itu.

"Jangan dekat-dekat... Gue gak pernah punya kakak yang kasar," ucapnya membuat Zion berhenti di tempat dan juga mulut yang tertutup rapat. Ia diam tidak berkutik. Melihat hal itu Gabriel langsung memberikan kode kalau Lea butuh sendiri.

"Kakak gak akan jahat lagi Lea. Kakak minta maaf..."

"Kalea gak pernah punya kakak! Pergi! Jauhin Leaa..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!