NovelToon NovelToon
The Unstella : Antagonist Talent

The Unstella : Antagonist Talent

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Masuk ke dalam novel
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Estellaafseena

Hal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri.

***
Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku.

Namun, semua hilang saat jiwaku bereinkarnasi ke dunia lain, di tubuh yang berbeda sebagai seorang antagonis dalam novel romantis kerajaan.

Petualangan ku dimulai, di Akademi Evergreen menjadi seorang antagonis.

***
"Aku tidak melakukannya karena keinginanku, melainkan ikatan yang melakukannya." - Aristella Julius de Vermilion

[COPYRIGHT FYNIXSTAR ]

[INSPIRATION FROM ANIME]
1. RAKUDAI KISHI NO CAVALRY
2. GAKUSEN TOSHI ASTERISK
3. CLASSROOM OF THE ELITE

[ENJOY]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Estellaafseena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER XXXIV

Kekuatan Envy dengan Liam hampir seimbang. Kedua pedang mereka saling beradu di tiga menit terakhir. Terlihat wajah Envy bersusah-payah melebihi batas kekuatannya, waktu mereka terbatas. Dalam hati, dia tidak bisa membiarkan kekalahan itu karena keberadaan Stella yang juga merupakan tim nya.

Hantaman kedua pedang terdengar ngilu di telinga, percikan api samar terlihat saat dua logam mulia itu saling bergesekan. Envy melompat kebelakang, membuat jarak untuk sejenak mengambil napas. Namun seakan tidak membiarkan hal itu, Liam melesat cepat, mengayunkan pedangnya membuat Envy harus menangkis tanpa persiapan.

Stella bertugas di belakang Envy, menyaksikan kedua peserta itu bertarung dengan kemampuan maksimal masing-masing. Kemampuan murninya telah aktif, 'Observer' mengintai, mengolah, dan meleburkan informasinya pada jiwa, raga, dan pikiran Stella.

Ried juga tidak bergerak dari posisinya, membiarkan Envy dan Liam bertarung di tengah-tengah studion. Senyuman miringnya masih terukir jelas, seakan puas melihat rekannya habis-habisan menyerang Envy.

"Kemampuan Envyren Safire dengan Liam Emik benar-benar seperti timbangan beradu beban! Mereka hampir menyamainya." Layla berseru meski beberapa saat kehilangan topik. Dia tidak nyaman dengan pertandingan akhir kali ini.

Tantangan kaisar pada Stella yang membuat gempar dunia. Nasib Vermilion kini berada pada hasil pertandingan.

"Waktumu terbatas, Putri."

Tanpa di duga, tiba-tiba saja Ried muncul di belakang Stella. Bukannya terkejut, Stella dengan santai balik badan, menatap datar Putra Mahkota tidak berakhlak itu. Pedangnya yang seolah tidak akan redup oleh cahaya hijau emerald berkilau, lebih menarik di mata Stella daripada si Jambul Beo.

"Jika kau kehabisan waktu, hidupmu akan hancur." tambahnya dengan senyuman miring, namun terkesan dingin oleh tatapan matanya, "Lagipula, kenapa kau tidak menggunakan pedangmu? Busur tidak akan membantumu di sini!"

Ried melakukan serangan tiba-tiba, mengayunkan pedangnya dengan cepat, membuat gelombang angin besar melesat dan menerpa tubuh Stella. Ia menyilangkan kedua tangan, membentuk silang. Tubuhnya sedikit terseret beberapa langkah, namun tetap bertahan dengan posisi berdiri.

"Awas!" Envy berseru di tengah pertarungan, Stella mendongak menyadari akan datangnya serangan.

Ried sudah muncul di depannya, menyeringai dengan matanya yang menyala. Dengan keras kakinya menendang tubuh Stella, terdapat seperti pusaran angin yang berkumpul dan memadat di kakinya, pukulan telak di perut samping membuat Stella terpental jauh. Sekali terhantam lantai, terpelanting. Stella melakukan roll depan satu kali, mengendalikan keseimbangan tubuhnya dalam posisi telapak tangan sebagai rem atas tubuhnya.

Stella menguatkan pijakannya. Sedikit dorongan angin di telapak kaki, ia melesat cepat, seakan menghilang dan muncul di depan Ried, "Busur tidak hanya untuk jarak jauh."

Stella menghentakkan busurnya ke depan seperti sebuah pedang. Ried tersenyum miring, mengayunkan pedangnya hingga menimbulkan hantaman dua senjata itu. Angin kencang menerpa tubuh mereka karena kekuatan yang seimbang dari kedua hantaman senjata.

Ried melepaskan mana diam-diam, membuat angin yang menerpa Stella seperti bilah pisau yang tajam, menggores wajah sedikit pipi bawah mata Stella dan juga lengannya. Stella melompat ke belakang, mengambil jarak. Darah segar mengalir ringan di pipinya yang segera ia usap dengan punggung tangan.

Ried melesat cepat ke arahnya, begitu pula Stella. Kecepatan mereka seimbang—melebihi kecepatan cahaya seperti teleportasi di pandangan orang-orang. Seakan muncul di tengah lapangan studion, kedua senjata sudah saling beradu, menimbulkan suara nyaring memekakkan telinga.

Belum sempat melihat wujud mereka yang saling beradu, seakan menghilang, mereka kembali muncul dengan kedua senjata yang saling berhantaman. Di udara maupun di bawah, sisi kiri kanan lapangan studion, gerakan mereka begitu cepat sampai tidak terlihat oleh mata. Dari hantaman dan gesekan kedua senjata, percikan api seakan beterbangan seperti kembang api.

"Kekuatan yang luar biasa! Aristella Julius mampu menandingi kekuatan Ried Piola di kelas A! Ini sungguh mengagumkan!" Tak henti-hentinya Layla berseru bersemangat, meski banyak yang ia serukan untuk menyemangati Stella.

Antusias penonton semakin besar, bersorak lebih kencang tidak mempedulikan suara mereka akan serak setelahnya.

Kaisar sedikit mengernyitkan dahinya, berbeda dengan kedua Raja yang ada di samping kanan dan kirinya yang menatap kagum. Kaisar melirik pada Raja Vermilion, ayah Stella yang menyaksikan dengan santai, menopang kepala seperti menyaksikan film.

"Fet. Apa benar anak itu berada di kelas E?" Kaisar kembali bertanya dengan nada pelan. Fet sebagai ajudan nya mengangguk, "Benar Yang Mulia. Tidak salah lagi."

Jawaban dari Fet benar-benar membuatnya berpikir rumit saat ini. Jika Stella berada di kelas E, seharusnya Ried bisa mengalahkannya dari awal. Kaisar menepis semua itu, dia tersenyum miring dalam hati bicara, 'Ried terlalu senang bermain-main sampai menahan kekuatannya.'

"Putri Aristella! Kalahkan mereka!" Riana berseru, dia ikut dalam rombongan penonton yang berdesakan di bangku studion. Menyoraki tanpa henti dengan wajah berbinar cerah, mendukung Stella. Bahkan teriakannya lebih heboh daripada penonton lain.

Leon hanya bisa tersenyum canggung, bersedekap tangan dan berdiri menunggu Riana di belakang bangku penonton yang sudah penuh. Dia menghela napas panjang, tersenyum melihat tingkah Riana yang terlalu bersemangat, "Dasar."

Di sisi lain, Profesor Egatha yang duduk menyaksikan pertarungan pada ruang khusus profesor, tepat di bawah ruang dimana Kaisar dan ketiga Raja berada, tersenyum bangga.

"Dia anak muridmu?"

"Tunggu, dia pemilik Exclart?! Exclart legendaris!"

"Aku tidak percaya bisa melihatnya secara langsung!"

Ya. Karena itulah Profesor Egatha bangga. Profesor dari manca negara, sekaligus lima penyihir menara, tetua penyihir, dan beberapa tokoh ilmuwan terkenal kini berdesakan di pembatas ruangan yang tertutup kaca transparan, menatap tak percaya dengan Exclart di tangan Stella.

Profesor Egatha tertawa bangga, "Tentu saja. Dia anak didikku."

"Aku ingin merekrutnya menjadi muridku!"

"Aku juga!"

"Aku akan merekrutnya lebih dulu!"

Tawa Profesor Egatha segera terhenti, menatap horor pada orang-orang yang berada di ruangan itu, "Tidak ada yang boleh merebutnya dari Evergreen!"

Mereka kini berdebat hanya karena satu hal itu.

...***...

Punggung Stella dan Envy bertemu di tengah lapangan studion, saling membelakangi. Napas mereka sama-sama tersengal dengan air keringat yang menetes di pelipis. Begitu pula lawan mereka yang tenaganya lebih terkuras dari biasanya. Ried, mengusap keringat di dagu dengan punggung tangan, tersenyum hendak menyembunyikan rasa lelahnya.

"Bagaimana? Menyerah?" Ujarnya membuat rahang Envy mengeras. Mereka tersudut, namun bukan hanya mereka saja.

Ried menyembunyikannya sejak tadi, rasa dimana dia akan kewalahan untuk mengalahkan Stella. Liam berbeda lagi, dia yang tingkat kekuatannya satu level lebih rendah dari Ried harus melampaui batas kekuatan.

Stella menatap datar, mengambil napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan. Dia berdiri tegak tanpa gentar. Waktu tersisa empat menit, memasuki menit ketiga. Tidak ada banyak waktu lagi.

Semakin tegang mereka menunggu. Apa ini akan menjadi akhir untuk Vermilion? Mungkin.

Mythic belum bisa digunakan, masih membutuhkan tiga puluh menit di pukul empat sore nanti. Seakan tak da harapan untuk itu. Kekuatan mereka juga ada batasnya. Jika bertahan, semakin terkuras kekuatan itu.

"Sial."

^^^つづく^^^

...ーARIGATO FOR READINGー...

...THANKS...

1
Eins
kak, gak mau di bukuin aja kah? aku mau beliii beneran dehh, atau e-booknya gitu?
lee ary
ayuh mulakan
syrd_hiyya
Suka dengan alur ceritanya. Adegan pertarungannya di jelaskan secara detail jadi kita bisa membayangkannya.
muti
ini seriusan envy sama stela GK bersatu/Sob//Sob/ pdhl mau liat mereka bucin.
𝚁𝚊𝚢𝚊♡
ehh kirain bakal berlayar
Monifa Shani
Kalau tidak salah, kalian sama-sama bokek, kan? Lebih hemat untuk memasak daripada membeli makanan
Ni Ketut Patmiari
Luar biasa
Ni Ketut Patmiari
semangat thor... ceritanya menarik👍
Darkness Crystal14
kak kok di wp di unpublish
Fyn_Casttle: maaf ya ... ketentuan kontrak NT/Cry/
total 1 replies
Jihan
Asli ini klo bnrn karam, sedih asli asksksk pls, udh trbang sm duo ini dhl..
Jihan
btw kak, klo di spam like, gbkl knp² kn ini?
Fyn_Casttle: amann
total 1 replies
Jihan
Kapal gue, mau merenung dlu sih, klo envy bnrn g sama stella😔
Jihan
maapkeun ktinggalan
Jihan
kak, ini knp jdi Aiden? kapal gue tnggelem kah?
Monifa Shani: Apa Envy akan melakukan hal sinting, lagi?
Jihan: selalu mantau dhl ka, eh bnrn up exchap, tpi mau merenung dlu sih grgr kapal gue..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!