'Kepergian' istri tercinta membuatnya begitu patah hati. Sang Mama yang termakan hasutan membuatnya menjadi seorang duda untuk kedua kalinya. Bertahun-tahun lamanya seorang Prabayudha terpuruk dalam ribuan rasa bersalah dan duka lara yang membekas dalam dada. Hingga kemudian garis tangan Tuhan mempertemukan dirinya dengan gadis nan ayu.
Kisah masa lalunya membuatnya tidak seperti dulu lagi pada sosok wanita. Sikapnya begitu dingin dan tidak peduli dengan wanita manapun. Namun gadis yang di temuinya kali ini begitu berbeda.
Apakah sang Kapten mampu melupakan masa lalunya demi sosok yang baru?
Konflik tajam dan berliku. Tidak tahan konflik harap dengan hormat untuk SKIP.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Tentang anak.
Sengaja Bang Probo masuk ke dalam rumah tanpa memberi salam. Terlihat Gita keluar dari dalam kamar.
"Mana nih yang mau kasih makan lele?" Goda Bang Probo kemudian mendekati Gita. Dengan brutal Bang Probo melucuti pakaiannya dan mengejar wajah Gita, menuntut penyelesaian kembali.
"Jangan dulu Bang." Bisik Gita.
"Kenapa?? Abang sudah minum banteng kalap." Gumam Bang Probo tak kalah ganas. Efek minuman yang di teguknya sebelum pulang kerja tadi. Tangannya pun liar dan nakal meraba dua kembar yang membuatnya selalu penasaran.
"Iihh Abaang.. sabaar..!!" Pinta Gita.
"Abang sabar, tapi lele nya lapar." Jawab Bang Probo seakan tak mau tau dan terus menyerang Gita. Nafasnya sudah memburu, batinnya kembali membutuhkan Gita. "Ayoooo, sayaaang..!! Please..!!!!!!! Nggak kuaaat..!!" Paksanya nyaris memporak-porandakan pakaian Gita, saking tidak tahannya, Bang Probo sampai menurunkan karet celana pendek nya.
"Astaghfirullah hal adzim..!!!!!" Papa Taufan menundukan kepala kemudian mengalihkan pandangan.
"Ya Allah Ya Rabb.. Probooooooo.."
plaaakk..
Ayah Dallas menepak lengan Bang Probo. Seketika putranya itu gelagapan membenahi diri, begitu pula dengan Gita.
"Ora duwe isiiinn..!!!!! Bedug jeder sudah minta jatah." Tegur Ayah Dallas.
Wajah Bang Probo rasanya di tampar berulang kali saking malunya di hadapan Papa mertua.
"Maaf, Pa." Ucapnya tidak enak hati. "Ambilkan Abang minum, dek..!!" Pinta Bang Probo karena detak jantung nya belum juga tenang.
"Abang mau minum apa?" Tanya Gita, dirinya juga merasa sangat bersalah.
"Apa saja, yang penting dingin ya..!! Dingin sekali." Pinta Bang Probo kemudian duduk berhadapan dengan para tetua.
Kini Papa Taufan dan Ayah Dallas duduk menatap Bang Probo. Beliau berdua usai sholat dhuhur dan langsung di suguhi pemandangan menakjubkan. Bang Probo merasa bingung dengan tatapan tersebut sampai kemudian ia menyadari keadaan dirinya yang penuh dengan stempel cinta milik Gita.
Secepatnya Bang Probo menyambar kaos loreng dan segera memakainya sambil nyengir kuda.
"Mantuku hebat." Puji Ayah Dallas yang akhirnya membuat Papa Taufan malu setengah mati.
"Kurasa semua karena ajarannya Om duda." Kata Papa Taufan hampir tak sanggup berkata-kata.
Bang Probo menunduk memijat pelipisnya, sungguh jika saja di sampingnya ada lubang, maka dirinya akan memilih untuk terjun dan masuk ke dalam lubang tersebut.
"Ayah dan Papa kesini mau menyampaikan sesuatu. Perihal Dhea dan Orland.. Berhubung Ayah dan Mama serta Mertuamu memiliki satu usaha keluarga di luar negeri, ayah akan membawa keduanya ke Aussie." Kata Ayah Dallas.
Gita pun datang membawa minuman dingin untuk Bang Probo, Gita juga mengganti kopi milik kedua tetua dengan minuman dingin dan suguhan seadanya.
Bang Probo terdiam sejenak, dirinya belum bisa sepenuhnya memutuskan.
"Menurutmu bagaimana dek?" Bang Probo meminta pendapat Gita.
"Kenapa harus Gita, Bang. Abang adalah ayahnya." Jawab Gita.
"Kamu istri saya, dan kamu ibu mereka juga."
Gita tersenyum tipis kemudian duduk di samping Bang Probo.
"Gita tidak ingin anak-anak pergi kemana-mana. Tentu ayah dan Papa sudah paham jawabannya." Kata Gita.
"Pendidikan di Aussie lumayan bagus."
"Kalau saya sebagai ayah mereka, saya akan bersikap netral saja." Jawab Bang Probo.
"Ayah pasti akan rindu, tapi masih bisa tahan rindu. Sedangkan Mbak Annya dan Mbak Akila tidak akan bisa menahan rindu. Pasalnya anak-anak masih terlalu kecil untuk berpisah dengan ibunya. Mereka masih butuh pelukan dan pengajaran dari seorang ibu. Mungkin Mama Beeya, Mama bisa melakukannya. Tapi Gita sekalipun tidak akan bisa menggantikan peran seorang ibu." Imbuh Gita.
"Gita.. Mama mu juga sangat menyayangimu. Tidak ada beda antara Mama Lily dengan Mamamu yang sekarang."
Gita kembali tersenyum, namun senyum yang sedikit pahit.
"Gita mengerti Pa. Maka dari itu jangan pisahkan Dhea dan Orland dari ibunya. Terutama Orland. Hatinya sudah dipaksa untuk kuat saat jam tumbuhnya bergulir tanpa pelukan seorang Papa. Jika berkenan, biar mereka tinggal disini, sama Gita.. Agar mereka bisa merasakan kasih sayang Papanya."
Bang Probo menahan haru, istrinya cukup bijaksana dan berbesar hati menyikapi keadaan. Sebenarnya dirinya tidak pernah sedikitpun memaksa Gita untuk melakukan hal ini namun kali ini Gita sendiri yang mengatakan dan menginginkan nya.
"Bagaimana, Probo??" Tanya Papa Taufan.
"Semua tergantung Gita, Pa. Saya tidak akan memaksakan apapun. Jika Gita kuat, sanggup.. akan saya persilakan. Tapi jika hatinya tidak yakin, tidak apa-apa. Poin Gita menjadi istri saya adalah untuk mendampingi saya dan berbakti pada saya, bukan untuk mengasuh. Hanya saja jika Gita memang sanggup. Saya akan benar-benar akan sangat berterima kasih untuk pengorbanan Gita." Jawab Bang Probo.
"Kita akan tetap tanyakan pada mereka. Hanya saja Ayah mencemaskan kandunganmu. Perutmu semakin besar, tugasmu di kompi sangat banyak. Jika harus mengurus Dhea dan Orland juga, kamu akan sangat kelelahan."
Bang Probo mengangguk membenarkan. Jelas dirinya sudah memahami hal tersebut dan terus menerus membayang dalam pikirannya. Namun ia tidak ingin memaksakan apapun pada Gita.
"Papa dan Ayah cukup do'akan Gita. Mudah-mudahan Gita bisa menjadi ibu yang baik." Ucapnya sembari mengusap perutnya.
"Opaaaaaaa...." Teriak Dhea sambil berlari dan menubruk Papa Taufan.
"Ada apa? Kenapa lari-lari?? Nanti jatuh." Tegur Papa Taufan sambil membenahi posisi kuncir rambut Dhea yang miring.
"Si gendut ini bilang Dhea ini wanita." Kata Dhea mengadu kemudian menggigit kue lumpur di tangannya.
"Lho.. Dhea memang wanita." Jawab Ayah Dallas.
"Iihhh.. Opaaaaaa... Dhea ini ga_dis."
.
.
.
.