Menjadi orang baik dan tulus tidak lantas membuat seseorang terhindar dari masalah atau cobaan seperti yang dialami oleh wanita cantik bernama Regina. Karena kebaikan untuk membantu sahabatnya. Dirinya harus kehilangan hal berharga dalam hidupnya.
Tidak ada yang percaya dengan keterangan dari mulutnya. Dia mendadak disebut sebagai pembohong dan wanita murahan oleh pacarnya sendiri. Hingga laki laki yang telah mengambil kegadisannya menyelamatkan Regina dari kata pembohong. Penyelamatan itu hanya sementara waktu. Justru penyelamatan itu adalah awal penderitaan Regina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Silahkan masuk Mel," kata Regina tanpa menyebut nama Reza. Melihat tangan Reza yang tidak lepas dari pundak sahabatnya. Melati sangat percaya bahwa Reza dan sahabatnya itu sudah benar benar berpacaran. Regina juga terlihat canggung berhadapan dengan Reza. Entah mengapa, Regina masih merasakan tatapan Reza masih seperti dulu meskipun perlakuannya sangat mesra kepada Melati.
Reza dan Melati saling berpandangan. Bukan ke tempat ini tujuan mereka. Kevin yang sudah masuk terlebih dahulu, seketika membalikkan tubuhnya dan mencuri pandang ke arah Melati.
"Re, melihat kamu dalam keadaan baik seperti ini. Aku merasa tenang Re, kami hanya kebetulan lewat tadi. Sekarang kami pamit ya?" kata Melati. Melati merasa tidak enak jika masuk ke dalam rumah itu di saat Kevin berada di rumah. Sudah cukup bagi Melati menunjukkan kepada Kevin jika dirinya sudah menemukan tambatan hati.
"Yeah, padahal sudah senang tadi," kata Regina. Regina terlihat sangat kecewa karena Melati tidak singgah di rumahnya.
"Lain kali kita ketemuan lagi ya Re. Aku dan Reza sudah janji akan mengunjungi suatu tempat. Jangan kecewa!.
Regina menganggukkan kepalanya. Melati menyentuh tangan Reza yang sedari tadi menatap Regina dengan lekat.
Hingga Reza dan Melati Naik ke atas motor. Regina masih berdiri di depan pintu dan Kevin masih di belakangnya.
"Kak."
"Dia masih mencintai mu," kata Kevin sambil membalikkan tubuhnya. Laki laki itu berjalan cepat menuju kamarnya dan dibelakangnya ada Regina mengikuti langkahnya.
"Kak, mungkin benar yang kamu katakan itu. Reza masih mencintai ku. Aku sudah menikah, bagaimanapun kelebihan laki laki yang mencintai aku yang bukan suami ku. Aku tetap dalam pernikahan ini. Mengabdi dan berbakti kepada mu. Dan aku juga berharap, meskipun kakak tidak bisa melupakan sahabatnya ku. Tapi belajar lah menerima pernikahan kita ini."
Kevin membalikkan tubuhnya dan menatap Regina dengan lekat.
"Apa dengan memberikan tubuh mu kepada ku. Kamu berharap aku bisa menerima kamu dan pernikahan ini."
"Benar kak, aku benar benar menginginkan pernikahan kita seperti pernikahan suami istri yang lain demi anak kita. Apakah kakak tidak tahu di luaran sana banyak pasangan menikah tidak dasar cinta karena dijodohkan. Tapi mereka bisa bertahan dalam pernikahan dan saling mencintai karena mereka mau membuka diri. Dan banyak juga di luaran sana, menikah karena cinta tapi kecewa karena cinta. Aku berharap, kita bisa bahagia di Hari esok dan hari hari selanjutnya kak. Karena kita berjodoh bukan karena kehendak kita."
Kevin terlihat berpikir. Mungkin laki laki itu berusaha memahami kata demi kata yang diucapkan oleh Regina. Laki laki itu tidak menanggapi perkataan Regina. Dia masuk ke dalam kamarnya sedangkan Regina duduk di meja makan menunggu suaminya itu membersihkan tubuhnya.
Hampir satu jam, Regina duduk di meja makan itu menunggu Kevin. Regina berniat memanggil suaminya itu karena khawatir Kevin tertidur. Baru saja Regina hendak beranjak, suara pintu dibuka terdengar. Akhirnya Regina duduk kembali.
Regina melayani suaminya itu. Regina merasa senang. Malam ini, Kevin kembali bersedia menyantap masakannya dan mau juga dilayani oleh Regina. Lagi lagi, mereka makan dalam diam.
Selesai makan malam, Regina sengaja duduk bersantai di sofa sambil menonton televisi karena Kevin juga bersantai di Sana. Hampir satu jam mereka duduk di sofa itu, lagi lagi mereka tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Regina yang terlebih dahulu masuk ke kamarnya. Regina sengaja tidak mengunci kamarnya karena jauh di lubuk hatinya, Regina berharap Kevin menyusul dirinya ke kamar itu.
Apa yang diharapkan Regina terkabul, baru saja Regina berbaring di tempat tidur. Pintu kamar terbuka dan Kevin masuk ke dalam kamar itu.
Regina menyembunyikan senyumnya di balik selimut. Dia tidak berpura pura tidur melainkan menyambut Kevin di ranjang itu dengan menggeser tubuhnya agak ke tepi ranjang. Tempat tidur Regina tidak sebesar tempat tidur milik Kevin yang ada di kamarnya. Tidur berdua di ranjang itu lumayan sempit untuk mereka berdua.
"Besok aku ada waktu. Jika kamu punya waktu. Sebaiknya, besok saja kita memeriksakan kehamilan mu."
"Kak."
Regina ingin menangis karena bahagia mendengar perkataan suaminya. Regina memeluk tubuh suaminya itu yang juga sudah berbaring di ranjang. Tidak perduli Kevin membalas pelukan itu atau tidak. Yang pasti, Regina sangat senang karena Kevin akhirnya bersedia menemani dirinya memeriksa kehamilan.
"Aku ada waktu kak. Makasih ya!" jawab Regina.
"Jam berapa kamu keluar kampus besok. Kita bertemu di rumah sakit saja."
"Aku tidak ke kampus kak. Aku sudah mengambil cuti."
Kevin terdiam. Tentu saja, dia tidak mengetahui apa dan bagaimana Regina selama ini. Dia pergi dan pulang, Regina selalu di rumah. Dia berpikir setelah dirinya keluar dari rumah di pagi hari Regina juga pergi ke kampus dan pulang ke rumah sebelum dirinya pulang ke rumah.
Malam itu, mereka kembali menunaikan kewajiban sebagai suami istri. Perlahan, Regina tidak kaku lagi melayani Kevin. Kevin juga begitu. Di saat menikmati kenikmatan surga duniawi itu. Kevin menyebut nama Regina.
"Terima kasih Regina," kata Kevin setelah menuntaskan dua ronde malam ini. Laki laki itu menatap langit langit kamarnya.
"Jangan berterima kasih kak. Ini adalah kewajiban ku. Aku akan berdosa jika tidak melayani suamiku dengan baik," jawab Regina. Sama seperti Kevin. Regina juga menatap langit langit kamar itu dengan selimut menutupi tubuhnya.
"Kak, bersihkan dulu tubuh mu sebelum tidur."
Regina memberanikan diri mengingatkan suaminya itu ketika Kevin hendak menarik selimut menutupi tubuh polosnya.
Laki laki itu bangkit dari tempat tidur. Seperti yang dikatakan oleh Regina. Laki laki itu masuk ke dalam kamar Mandi. Regina tersenyum, sungguh dia berharap semakin lama hubungan mereka semakin hangat.
"Kak, kamu tidak ada niat berkomunikasi dengan anak mu?" tanya Regina. Wanita itu baru saja membaringkan dirinya setelah membersihkan tubuhnya dari kamar Mandi.
"Berkomunikasi?. Bagaimana caranya?" tanya Kevin tanpa menatap wajah istrinya. Regina meraih tangan suaminya dan menggerakkan tangan Kevin di perutnya.
"Begini kak. Walaupun janin ini masih jalan tiga bulan. Jika sering dielus seperti ini. Dia akan mengenal ayahnya sejak dari kandungan. Bahkan setelah organ organ tubuhnya sudah lengkap. Janin akan mengenali suara ayahnya jika sering mendengar suara ayahnya dari sejak janin itu di dalam kandungan."
Regina sengaja berkata seperti itu. Sebagai calon ayah, Regina sangat maklum jika Kevin tidak mengetahui apa saja perkembangan janin di dalam rahim.
"Bukan hanya dielus kak. Di cium juga boleh," kata Regina dengan senyum manisnya. Regina sengaja membahas tentang janin mereka karena dia ingin seperti pasangan suami istri lainnya yang saling berbagi cerita sebelum tidur. Saat ini, hanya topic tentang janin itu yang bisa dibicarakan untuk memancing Kevin bersedia berbicara yang banyak dengan dirinya.
semoga ni orang mati