Mengandung Benih Kekasih Sahabatku

Mengandung Benih Kekasih Sahabatku

Dua Sahabat

Hujan dan petir sore hari itu tidak membuat niat seorang gadis berubah untuk membantu sahabatnya yang bernama Melati. Regina nama gadis itu. Setelah mendapatkan ijin dari kedua orangtuanya untuk membantu Melati malam ini. Regina mengambil payung dan keluar dari rumah.

Dengan memakai payung. Regina diantar oleh adiknya ke arah taksi online yang sedang menunggu dirinya. Melati yang memesankan taksi itu untuk Regina supaya tidak terkena hujan sepanjang perjalanan menuju rumahnya.

Regina masuk ke dalam taksi kemudian mengusap wajahnya yang sedikit terkena air hujan. Meskipun memakai payung ternyata tubuhnya tidak lantas luput dari air hujan. Berbagi payung dengan sang adik membuat sebagian tubuh Regina basah karena terkena hujan.

Taksi itu meluncur bersamaan dengan Rina adiknya Regina masuk ke dalam rumah.

Sepanjang perjalanan itu, Regina merasa tidak nyaman. Pakaian nya yang basah menembus ke kulit membuat wanita itu kedinginan. Untung saja perjalanan itu tidak memakan waktu yang lama. Hanya empat puluh lima menit perjalanan. Regina sudah tiba di rumah sahabatnya Melati.

Kedatangan Regina disambut Melati dengan senyum manis. Wanita itu merasa sangat senang mempunyai sahabat seperti Regina. Di saat dirinya butuh bantuan seperti malam saat ini. Regina ada untuknya. Malam ini, Melati membutuhkan bantuan Regina untuk menemani mama nya Melati di rumah karena pembantu yang biasa menemani sang mama sedang cuti dan minggu depan baru kembali bekerja. Dan malam ini juga Melati mempunyai acara di luar bersama kekasihnya. Sebagai sahabat, Regina tidak tega menolak permintaan Melati karena kondisi mamanya Melati dalam keadaan sakit saat ini.

"Akhirnya kamu datang juga Re," kata Melati. Gadis itu membawa payung hingga ke pintu mobil supaya sahabatnya tidak terkena hujan.

"Pasti donk Mel. Kan aku sudah janji mau bantu kamu."

Melati tersenyum sambil menyodorkan yang Lima puluh ribuaan ke supir taksi.

"Ambil saja kembaliannya pak," kata Melati. Sang supir taksi tersenyum senang kemudian meninggalkan tempat itu. Regina juga tersenyum melihat kebaikan sahabatnya itu yang tidak pelit tentang masalah uang. Dibandingkan dengan Melati, kondisi ekonomi keluarga Melati lebih baik dibandingkan kondisi keuangan keluarga Regina. Tapi bukan karena masalah uang membuat Regina bersedia membantu dan bersahabat dengan Melati. Melati adalah sahabat yang bisa dijadikan sahabat dalam suka dan duka. Sejak di putih abu abu mereka sudah bersahabat. Susah senang, Melati dan Regina saling menghibur dan saling menguatkan.

Regina dan Melati berjalan ke rumah dengan satu payung menaungi mereka berdua.

"Re, kamu basah ternyata. Buruan sana ganti baju. Aku ke kamar mama sebentar," kata Melati. Sebagai sahabat yang sudah sering bermain ke rumah ini. Tentu saja Regina mengetahui dimana kamar Melati. Dan ganti baju yang disebutkan Melati adalah mengganti pakaian dengan pakaian milik Melati.

Regina memang tidak membawa pakaian ganti karena dirinya akan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan milik Melati. Seperti itu selalu jika dirinya menginap atau bermain di rumah Melati.

"Sama," rengek Regina membuat Melati terkekeh. Regina memang seperti itu. Meskipun dirinya anak pertama terkadang dirinya bersikap manja kepada Melati yang konon hanya anak tunggal. Tidak mempunyai saudara, terkadang Melati menanggap Regina seperti adiknya sendiri karena memang Melati lebih tua dari Regina.

"Yuk, tapi jangan salahkan aku jika kamu nanti masuk angin."

"Tidak akan. Yuk ah. Sudah rindu sama tante Lena."

Regina sangat bersemangat menarik tangan Melati menuju kamar mama Lena. Sudah hampir sebulan, Regina tidak melihat mamanya Melati itu. Mama Lena adalah sosok yang baik di mata Regina sebelum penyakit itu bersemayam di tubuh wanita itu. Itu juga salah satu alasan mengapa Regina tidak bisa menolak permintaan Melati untuk menemani wanita itu malam ini.

"Tante, aku datang," kata Regina begitu pintu kamar terbuka. Wanita yang terbaring di ranjang itu hanya bisa tersenyum kecil karena dia tidak bisa menjawab. Mama Lena menderita stroke parah. Badannya lumpuh dan tidak bisa berbicara.

"Mama, malam ini. Mama sama Regina dulu ya. Aku ada acara menghadari ulang tahun mama Kevin," kata Melati. Kevin adalah kekasih kebanggaan Melati. Mama Lena hanya menggerakkan bibirnya sedikit. Regina dan Melati tidak tahu menafsirkan pergerakan bibir mama Lena. Tapi apapun maksud dari pergerakan bibir mama Lena itu. Melati akan tetap menghadiri ulang tahun calon mertuanya.

"Tante tenang saja. Aku akan tidur di kamar ini seperti yang dilakukan Bibi selama ini," kata Regina kepada wanita lemah itu. Regina seakan bisa menangkap kekhawatiran di wajah wanita itu.

"Kami ke kamar atas dulu ya ma. Regina harus mengganti baju secepatnya," kata Melati sambil menunjukkan bagian baju Regina yang basah.

Lagi lagi dua wanita itu keluar dari kamar tanpa memastikan jawaban mama Lena apakah mereka sudah bisa keluar atau tetap menemani wanita itu di kamar.

"Re, andaikan papaku masih hidup. Aku pasti tidak merepotkan kamu seperti ini," kata Melati sedih sambil menaiki tangga. Kamar Melati ada di lantai dua.

Regina merangkul sahabatnya itu. Melati akan selalu sedih jika mengingat papanya.

"Mengapa kamu berkata seperti itu. Apa aku terlihat keberatan menemani tante malam ini Mel?"

"Tidak Re. Hanya saja setiap aku minta bantuan pada kamu. Aku selalu teringat akan papaku."

Papanya Melati meninggal dunia tiga tahun yang lalu karena kecelakaan. Meskipun pria yang menjadi cinta pertama melati itu meninggalkan warisan dan tabungan yang lumayan banyak tapi kepergian tiba tiba itu masih saja menyisakan kesedihan bagi Melati apalagi setelah itu. Keadaan mama Lena semakin membujuk.

"Ikhlas kan kepergian papa kamu Mel. Fokuslah sekarang dengan pendidikan dan pengobatan tante Lena. Jangan terlalu larut akan kesedihan. Papa kamu sudah tenang diatas sana."

Dua sahabat itu tiba di kamar Melati. Melati langsung menuju lemari untuk mengambil baju ganti untuk Regina dan juga pakaian yang akan dia kenakan dengan Kevin kekasihnya.

"Re, kenapa sih asal pakai pakaian apa saja. Kamu terlihat cantik," kata Melati. Pakaian yang dikenakan Regina hanya celana pendek dan kaos tanpa lengan tapi Regina terlihat cantik di Mata Melati.

"Sepertinya cantikan kamu deh Mel. Perkataan kamu sepertinya bukan pujian tapi ejekan," jawab Regina. Wanita itu mengerucutkan bibirnya dan hal itu membuat Melati tertawa.

"Aku kasih kamu wewangian supaya tidak cemberut lagi sista. Aku memuji. Mana mungkin aku mengejek sahabatku yang cantik dan baik hati ini."

Melati menyemprotkan parfum ke tubuh Regina setelah terlebih dahulu menyemprotkan ke tubuhnya sendiri.

"Parfum baru kamu Mel?.

"Iya. Hadiah dari Kevin."

"Parfum ini pasti Mahal. Aromanya lembut dan sangat wangi."

"Sepertinya iya Re. Parfum aku yang ratusan ribu saja wanginya tidak seperti ini. Pasti harganya jutaan ini."

Regina dan Melati sama sama memperhatikan botol parfum itu.

"Benar Mel. Buatan Perancis ini."

"Kamu suka Parfumnya Re?. Kalau kamu mau ambil saja buat kamu."

Regina menggelengkan kepalanya. Meskipun Regina sangat menyukai parfum itu dan Melati memberikan kepada dirinya. Regina akan menolak karena parfum itu pemberian kekasihnya Melati.

"Mel, apa tidak sebaiknya kamu mengganti pakaian. Pakaian kamu itu terlalu terbuka loh untuk menghadiri ulang tahun calon mertua kamu apalagi malam ini pertemuan pertama kalian kan?"

Regina merasa risih melihat pakaian yang melekat di tubuh sahabatnya. Melati mengenakan rok denim yang sangat pendek dan juga atasan yang super ketat dengan belahan dada yang sangat rendah. Sebagai sahabat. Regina merasa perlu memberikan saran kepada sahabatnya itu karena tidak ingin Melati mendapatkan penilaian yang negative dari kedua orangtua Kevin.

"Tidak perlu Re, Kevin menyukai tampilan ku seperti ini. Lagipula kedua orang tua Kevin adalah orang tua yang berpikiran maju. Mereka tidak menilai seseorang dari penampilan."

"Ya sudah terserah kamu saja," jawab Regina. Ada rasa kecewa yang menyusup ke hatinya karena saran baiknya tidak didengar oleh Melati. Regina berpikir, orang tua manapun pasti tidak menyukai wanita yang dicintai putranya berpenampilan seperti yang dikenakan oleh Melati saat ini. Regina juga bisa melihat jika Melati tidak menyukai sarannya itu hanya saja wanita itu sangat pintar menyembunyikan rasa tidak suka tersebut.

"Re, sepertinya itu suara Mobil Kevin," kata Melati. Suara mobil memang terdengar memasuki pekarangan rumah Melati. Regina melangkah ke arah jendela kamar dan melihat ke arah bawah.

"Iya itu Mobil Kevin Re."

Seketika Melati langsung kalang kabut. Rambut pun belum rapi. Dengan tergesa gesa wanita itu menyisir rambutnya.

"Re, tolong turun ke bawah. Katakan pada Kevin sebentar lagi aku turun," kata Melati lagi. Dia ingin membuat tatanan rambutnya tampil berbeda malam ini. Melati selalu berusaha tampil cantik maksimal di hadapan kekasihnya.

"Gak mau ah. Kamu saja yang turun sekarang. Kamu bisa merapikan rambutmu di Mobil nanti."

Melati terkekeh. Dia tahu apa yang menjadi alasan sahabatnya itu tidak mau berhadapan dengan Kevin. Kevin akan bersikap dingin kepada siapapun hanya kepada dirinya. Laki laki itu bersikap hangat. Tapi hal itu lah yang membuat Melati sangat mencintai dan percaya akan kesetiaan kekasihnya itu.

Terpopuler

Comments

momnaz

momnaz

Masih nyimak...tapi aku suka karya kak othorrr yang lain..

2023-07-29

1

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Ijin mampir ya thor

2023-05-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!