Kondisi keluarga yang berantakan, membawa Freya menjadi sosok anak yang berandal.
Freya kerap menghabiskan waktunya di club dan menjerumuskan dirinya kedalam obat-obatan terlarang.
Sean Bagaskara hadir di saat Freya nyaris dilecehkan.
Setelah pertemuan itu, takdir seolah terus mengikat keduanya hingga perasaan cinta tumbuh dihati mereka.
Sayangnya, disaat cinta itu kian menggebu, Freya harus mengetahui kenyataan pahit bahwa Sean adalah seorang gigolo, lebih tepatnya Gigolo ibu tirinya sendiri.
Selanjutnya, apa yang akan dilakukan Freya?
Simak ceritanya hanya disini guys!!!!
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE, DAN SUBSCRIBE YA!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belenggu Dosa.
Setelah pertemuannya beberapa waktu lalu, Andriana benar-benar tidak bisa tidur dan beraktivitas dengan tenang. Ia ingin sekali menemui Sean, tapi suaminya sedang berada di rumah, membuat ia tidak bisa bebas. Yang dilakukan Andriana hanya menunggu dan menunggu sampai suaminya itu ada pekerjaan di luar kota.
"Mas berapa lama disana?" tanya Andriana saat mengantar Morgan sampai di depan rumah.
"Mungkin sekitar seminggu, apa kau mau ikut?" Morgan menyahut sekaligus bertanya, ia mendadak ingin sekali bekerja dengan ditemani istrinya itu.
"Tidak Mas, maksudku aku ada urusan lain yang lebih penting. Tadi Adikku telepon dan mengatakan kalau Ibu sakit, jadi aku harus kesana Mas," ujar Andriana langsung saja, ia tidak mungkin ikut pergi bekerja yang menurutnya sangat tidak penting.
Ada hal lain yang harus ia selesaikan saat ini juga.
"Ibumu sakit? Kenapa tidak bilang, katakan berapa biaya yang dibutuhkan. Aku akan mentransfer untuk biaya berobatnya," ujar Morgan langsung sigap mengambil ponselnya.
"Tidak usah Mas, aku bisa menggunakan uang yang ada di black card yang Mas kasih," tolak Andriana, jelas hal itu hanya berpura-pura, padahal aslinya wanita itu sangat senang jika suaminya memberikannya uang yang melimpah.
"Tidak apa-apa, itu hakmu, sekarang aku memberikan untuk Ibu mertua. Aku sudah mentransfernya, katakan saja jika kurang. Aku akan berangkat dulu," ujar Morgan sama sekali tidak keberatan, ia segera memeluk istri mudanya itu dan mencium keningnya lalu naik ke mobilnya.
Andriana tersenyum manis saat mobil suaminya itu berjalan meninggalkan halaman rumah. Namun, sesaat kemudian wajahnya berubah begitu kesal.
"Dasar tua bangka bo doh, untung kau mudah untuk dibodohi. Membuatku sangat sayang jika melepaskanmu begitu saja," ucap Andriana dengan senyum liciknya.
Setelah memastikan suaminya pergi, Andriana bergegas masuk kedalam rumah untuk mengambil barang-barangnya. Ia benar-benar tidak sabar ingin menemui Sean.
______
Sean sendiri sudah mulai merubah gaya hidupnya. Namun, baru berjalan seminggu ia sudah mulai dibuat pusing karena banyak pengeluaran yang membutuhkan banyak biaya. Semuanya seolah terjadi secara bersamaan, tiba-tiba saja Ibunya menelepon, mengatakan jika Ayahnya tiba-tiba drop dan harus dirawat di rumah sakit. Ditambah Adiknya Mayka yang akan segera melaksanakan semester, jadi semua uang SSP dan juga buku harus segera dibayarkan.
Belum lagi dengan hutang bank yang ia gunakan untuk membangun rumah Ibunya. Cicilan mobil dan juga kebutuhannya sehari-hari. Membuat saat ini Sean sangat membutuhkan uang.
"Udah deh, lu nggak usah sok mau berhenti dari pekerjaan ini. Kalau cewek itu emang tulus cinta sama lu, dia pasti bakalan nerima semua masa lalu lu," ujar Anton yang siang itu datang ke rumah Sean karena sahabatnya itu tidak terlihat berkeliaran di club' beberapa malam ini.
"Mulut lu mudah aja ngomong gitu. Apa lu pikir bakalan ada cewek setulus itu yang mau menerima cowok yang jadi pemuas hasrat Tante-tante, berpikir realistis aja bro," sergah Sean memijat pangkal hidungnya yang cukup pegal.
"Kenapa nggak? Lu aja mau menerima masa lalu dia yang pecandu narkoba, kenapa dia nggak?" kata Anton dengan begitu entengnya.
"Ck, ini bukan masalah itu Anton. Dan lu harus tahu, meskipun Freya pecandu, dia itu cewek baik-baik. Hanya saja dia salah pergaulan makanya jadi kayak gini," kata Sean, tidak terima jika Anton memandang rendah Freya.
"Mana ada cewek baik-baik yang suka mabuk dan nge-fly? Lu emang udah di perbudak cinta keknya," tukas Anton terkekeh sinis.
"Bang sat! Lu nggak punya hak buat ngejudge Freya, dia itu memang cewek baik-baik. Karena gue sendiri udah membuktikannya, gue orang pertama yang menyentuh dia," kata Sean langsung saja mengatakan fakta yang sebenarnya tidak perlu Anton ketahui. Tapi ia benar-benar tidak mau Anton memandang Freya wanita yang begitu buruk.
"Apa? Are you sure?" Anton begitu kaget, ia sampai menegakkan tubuhnya karena sangking kagetnya. "Bagaimana bisa? Dia suka mabuk-mabukan dan sering nge-fly, kenapa dia masih ..." Anton tidak melanjutkan ucapannya, ia sama sekali tidak menyangka jika Freya masih ori.
"Itulah, makanya lu jangan suka asal nilai orang dari luarnya aja. Sebenarnya kita itu banyak memiliki kesamaan, sama-sama memilih jalan yang salah karena paksaan keadaan," kata Sean lagi.
Anton mengangguk-angguk mengerti, semua orang pasti tidak ingin memilih jalan yang salah. Tapi terkadang memang keadaan yang memaksa mereka melakukannya dan lama-lama menjadi terbiasa.
"Terus, rencana lu kali ini apa?" tanya Anton lagi.
Sean mengangkat bahunya, belum ada rencana apapun yang bisa ia pastian kedepannya. Sekarang ia masih bertahan dengan uang simpanannya, jika uang itu habis dan ia belum mendapatkan pekerjaan, entah bagaimana jadinya.
"Udah deh nggak usah bahas, gue pengen keluar, pusing kepala gue di rumah terus," ujar Sean melihat ponselnya sejenak, melihat pesan yang ia kirimkan kepada Freya dari kemarin belum dibaca.
Ya memang, setelah Freya tinggal dirumahnya, Sean dan Freya masih sering berkomunikasi lewat telepon. Tapi itupun sangat jarang karena Freya sepertinya sangat malas untuk membalas pesan. Terkadang saat Sean mengirimkan pesan, wanita itu baru membalas dua hari kemudian.
"Gue juga mau cabut. Ferly ngajakin jalan, bisa ngambek dia kalau gue nggak datang hari ini, duluan ya." Anton pun ikut berpamitan, karena ia juga memiliki kekasih yang harus disenangkannya selain para Tante-tante manjalita itu.
Sean hanya mengangguk singkat, ia kembali menatap ponselnya dengan serius. Ia mencoba mengirimkan lagi pesan kepada Freya.
Dimana? Apa malam ini ada waktu? Pengen ketemu.
Pesan itu terkirim, dan tidak lama kemudian langsung terbaca, sepertinya kebetulan Freya sedang membawa ponselnya.
Lagi ngampus.
Sean mendengus kecil, sudah membalas pesannya sangat lama, tapi sekalinya membalas sangat singkat.
Kirim alamatnya, aku akan menjemputmu.
Sean kembali mengetikkan balasan, sudah lama sekali ia tidak melihat wajah Freya, membuat ia begitu merindukan wanita itu dan ingin menemuinya.
Buat apa? Nanti aku aja yang kesana.- Freya.
Enggak, aku yang akan datang.- Sean.
Setelah berdebat singkat, akhirnya Freya mengirimkan alamat kampusnya. Wanita itu sebenarnya tidak ingin menghebohkan kampusnya, tapi Sean terus mendesak membuat ia sangat terpaksa memberitahu alamat kampusnya.
Sean sendiri langsung mengganti pakaiannya, ia begitu tidak sabar karena ingin segera menemui wanitanya. Ia yang biasanya tidak biasa memperhatikan penampilan, kali ini seolah ingin tampil sebaik mungkin saat menjemput Freya.
"Kayaknya gini aja, lagian gue udah ganteng mau pakai apa aja," kata Sean memuji dirinya sendiri, ia cukup puas melihat penampilan siang itu yang menggunakan kaos putih dibalut dengan kemeja jeans.
Setelah itu Sean bergegas mengambil kunci mobilnya, ia sudah sangat siap untuk menjemput wanita yang menganggu pikirannya dan membuat makan, tidurnya tidak tenang. Namun, baru saja ia ingin menyalakan mesin mobilnya, ponselnya berdering membuat ia mengurungkan niatnya.
Nama Tante Angel ada disana, melihat hal itu Sean hanya bisa menghela nafas panjang. Dengan berat hati, Sean mengangkat panggilan itu karena pasti telepon itu cukup penting.
"Halo Tante," ucap Sean langsung.
"Tante nggak mau basa-basi Sean. Ada laporan seminggu ini kau sama sekali tidak datang dan menolak tawaran pelanggan. Kenapa kau melakukan itu?" ujar Tante Angel terdengar cukup emosional.
"Aku ... hanya butuh waktu sebentar. Aku sedang memulihkan diri," jawab Sean setelah terdiam cukup lama.
"Kau sakit? Butuh biaya berobat? Nanti Tante akan mengirimkan Demian kesana," ucap Tante Angel lagi.
"Tidak perlu, sepertinya aku ingin berhenti," ujar Sean tidak ingin menunda-nunda lagi.
"Apa? Kau gila!" Tante Angel langsung berteriak begitu mendengar ucapan Sean. "Apa kau lupa dengan perjanjian yang sudah kau tanda tangani? Jika kau keluar, maka bersiaplah jadi gelandangan. Ingatlah dulu saat kau sekarat karena dipukuli para preman itu. Siapa yang sudah memungutmu?" lanjut Tante Angel begitu geram.
Sean mengepalkan tangannya, inilah yang paling ia benci dari Tante Angel. "Aku rasa semua yang aku lakukan selama ini sudah cukup. Tante juga harus ingat, sebelum ada aku club' itu tidak akan seramai sekarang. Bukankah semuanya sudah setimpal? Setiap fee yang aku dapat juga sudah 20 persen untuk Tante," sergah Sean tanpa takut apapun. Per setan jika nanti Tante Angel akan mengirimkan anak buah untuk memukulinya, ia benar-benar ingin lepas dari jerat dosa ini.
"Ck, kita perlu bertemu untuk membicarakan ini. Percayalah kau itu anak yang paling aku istimewakan, jangan membuat aku mengotori tanganku Sean Bagaskara." Tante berucap dengan nada tegas dan begitu serius, pertanda ucapannya itu tidak bisa ditolak.
"Aku tidak bisa kalau sekarang," tolak Sean langsung, ia harus menjemput Freya.
"Kau harus datang, aku tidak butuh alasanmu. Sekalian ada tamu istimewa yang ingin bertemu denganmu," ujar Tante Angel lagi.
"Siapa?"
Happy Reading.
TBC.
kaya dirinya paling benar aja...
anak zaen