dapat orderan make up tunangan malah berujung dapat tunangan.Diandra Putri Katrina ditarik secara paksa untuk menggantikan Cliennya yang pingsan satu jam sebelum acara dimulai untuk bertunangan dengan Fandi Gentala Dierja, lelaki tampan dengan kulit sawo matang, tinggi 180. Fandi dan Diandra juga punya kisah masa lalu yang cukup lucu namun juga menyakitkan loh? yakin nggak penasaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gongju-nim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
011. Jebakan Jodoh
Fandi, Jerry, dan Randu saling tatap. Tak ada yang berniat menjawab pertanyaannya Ferdinand, membuat pria itu geram sendiri dan memilih menyerah mencari tau siapa ketiga lelaki yang memiliki potongan rambut hampir sama ini.
"Ya udah deh, terserah. Gue mau nasi Padang aja. Kangen banget, di luar negeri makan roti Mulu." Ferdinand menghela napas pendek dengan dramatis mencurahkan isi hatinya.
"Uluu uluuu uluuu, kacian banget cayang ku ini." Sisilia menangapi Ferdinand dengan mengelus rambut lelaki itu.
"Aaaa cayang ku, cedih banget." Ferdinand berseru makin dramatis, lalu lelaki itu memeluk lengan Sisilia dan menaruh kepalanya di pundak wanita itu.
Melihat adegan dramatis itu, Diandra dan Githa pun ikut-ikutan bersama. Diandra membuat ekspresi sedih sambil mengelap air matanya yang tidak menetes sedikitpun, lalu Githa melengkungkan bibir kebawah dan menyodorkan kotak tissue kearah Ferdinand.
Fandi, Jerry, dan Randu hanya menatap cengo. Ketiga lelaki tampan itu agak sedikit geli dengan drama kolosal dari Diandra cs barusan. Fandi bahkan kini terbatuk-batuk karena tersedak air liurnya sendiri. Diandra yang disebelah langsung menyodorkan es teh milik Fandi yang memang belum diminum sejak lelaki itu duduk di sampingnya, dan langsung diambil oleh Fandi.
"Akibat asal main pindah tempat duduk." Diandra berbisik pelan pada Fandi, matanya menyipit tajam.
Fandi menelan es tehnya susah payah, tatapan Diandra kali ini terasa seram. Fandi berkedip dua kali, lalu lelaki itu tersenyum canggung kepada Diandra.
"Kamu yang kesini, itu artinya bukan salah aku kalo pindah tempat duduk ke samping tunangan sendiri." Fandi mengangkat alisnya dengan tatapan tengil, menutupi rasa takutnya.
Tangan Diandra turun kebawah meja untuk mencubit paha Fandi yang sontak membuat lelaki itu meringis lalu mengelus bekas cubitan Diandra. Kenapa juga tadi Githa malah menghentikan mobil di rumah makan ini, padahal banyak rumah makan lain. Dirinya juga tadi tidak menolak, iya iya saja ketika diajak makan di sini. Sekarang Diandra jadi agak menyesal, sebab dirinya bertemu lagi dengan lelaki yang sialnya makin hari makin terlihat tampan itu.
"Kenapa lu?" Randu bertanya dengan heran karena melihat Fandi tiba tiba meringis aneh.
"Ada semut rangrang kayaknya disini." Fandi menjawab asal, namun matanya melirik ke arah Diandra.
Seisi meja kompak menoleh kearah Fandi kecuali Diandra yang hanya melirik dengan ekor matanya. Mereka semua merasa aneh dengan jawaban Fandi, semut rangrang ditengah deretan ruko seperti ini sangat tidak mungkin pikir mereka, hanya ada beberapa pohon itupun letaknya lumayan jauh dari ruko rumah makan ini. Sedangkan Jerry yang melihat insiden cubitan maut tadi hanya diam sambil meletakan tangannya dibelakang sandaran kursi Githa.
"Iyaa iyaa. Semut rangrang emang banyak sih disini." Jerry terkekeh kecil lalu mengambil es teh miliknya.
"Udah abis berapa batang?" Githa menatap tajam kekasihnya.
Wanita itu baru sadar ada bungkus rokok berserta korek terletak di samping gelas es teh pacarnya. Yang ditanya langsung tersedak dan terbatuk-batuk hingga membungkukkan badannya. Fandi yang berada disebelah Jerry pun dengan sengaja menepuk-nepuk punggung sahabatnya dengan keras, sebagai bentuk support akan nasib sang sahabat.
"Baru habis sebatang." Jerry menjawab setelah berhasil menghentikan batuk nya.
Tersedak saat minum sangatlah tidak enak bukan, es teh yang diminum Jerry tadi bahkan sampai keluar lewat hidung. Kini hidung Jerry terasa sangat sakit, tehnya seperti tersangkut didalam hidung.
"Jorok banget si." Githa memandang wajah kekasihnya yang terlihat merah, hidungnya meler, air mata bercucuran membuat wanita itu menarik beberapa tissue dan mengelap wajah kekasih dengan lembut. "Beneran cuma satu batang?" Githa kembali bertanya memastikan.
"Iyaa sayang, baru satu batang." Jerry mengangguk mantap membuat Githa percaya akan jawaban Jerry.
Sedangkan Fandi dan Randu tak mengalihkan pandangan sedikitpun dari sahabatnya itu. Memang benar Jerry baru habis satu batang rokok, setelah makan tadi lebih tepatnya. Sedangkan tadi pagi sampai ketiga lelaki itu masuk kedalam rumah makan tidak masuk dalam hitungan. Fandi, Jerry, dan Randu sudah berada di kantor sejak tadi pagi. Mereka ada apel rutin yang di mulai pukul setengah 8 pagi, lalu di lanjutkan dengan pengarahan tim Reskrim dan Jatanras. Pukul 7 pagi bahkan ketiganya sudah ada di kantor, sarapan pagi pun bersama. Jadi Fandi dan Randu tahu sahabatnya itu berbohong.
Jerry menatap kedua sahabatnya sedikit melas, berharap kedua lelaki itu tidak membocorkan rahasianya. Bisa perang dunia jika Githa tahu bahwa dirinya sudah hampir menghabiskan satu bungkus rokok hari ini, bisa bisa wanita itu enggan dirinya cium jika bertemu. Eh.
""""""""""
Diandra, Githa, Sisilia, dan Ferdinand telah selesai makan. Obrolan pun mulai merembet kemana-mana. Mantan manager Sisilia yang ternyata adalah gundik simpanan gubernur, tetangga Githa yang hamil lagi padahal sudah berumur hampir 45 tahun, hingga salah satu saingan Ferdinand di dunia fashion yang ketahuan tengah iya iya di toilet saat menghadiri undangan fashion week di salah satu negara.
"Ihhhhh, terus gimana?" Sisilia menepuk pelan tangan Ferdinand diatas meja.
"Diseret tuh sama sekuriti, dibawa keluar." Ferdinand menjawab dengan nada dan tatapan julidnya.
"Demiii. Fer, sumpah? Cowok juga?" Diandra menutup mulutnya tak percaya.
"Iyaa ihh. Orang gue juga lagi di toilet kok waktu itu." Ferdinand menjawab santai.
"Gue kenal nggak?" Diandra kembali mengajukan pertanyaan, bahkan wanita itu sampai memajukan badannya kearah Ferdinand.
"Kenal, lu lu pernah kerja bareng desek." Ferdinand menunjuk Diandra dan Githa dengan gaya kemayu.
"Siapa ihh, siapa? Gue kepo sumpah." Githa bertanya heboh sambil menepuk meja pelan.
Ferdinand memajukan badannya diikuti juga oleh Diandra, Githa dan Sisilia. Fandi, Jerry, dan Randu juga refleks memajukan badannya. Ketiga lelaki yang dari tadi hanya menyimak pembicaraan ikut penasaran dengan cerita Ferdinand yang mengatakan jika salah satu saingannya itu kepergok nganu oleh pengunjung lain dengan sesama jenis di dalam toilet. Konon katanya pria itu juga berasal dari Indonesia, seorang presenter terkenal yang sering wara-wiri di televisi.
Ferdinand mengucapkan satu nama yang sontak membuat seisi meja menutup mulutnya kaget. Mereka saling tatap satu sama lain. Presenter yang terkenal karena keharmonisan keluarganya, sangat tidak mungkin sebenarnya. Namun faktanya memang banyak orang yang menikah hanya untuk menutupi jati dirinya mereka sebenarnya.
"Tapi kok media nggak ada yang ribut soal ini?" Githa menatap menerawang kearah mangkok serta piring kosong yang mereka susun dan letakan di tengah-tengah meja.
"Duit lah, apalagi." Sisilia menjawab dengan melipatkan tangannya didada.
Perkataan Sisilia pun diangguki setuju oleh yang lain. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh uang, korban saja bisa jadi tersangka jika uang sudah berbicara. Apalagi katanya salah satu wartawan dari platform berita juga ikut meliput di acara tersebut. Seharusnya masalah sebesar ini pasti sudah menjadi tranding topik hangat, tapi tidak ada satupun media yang mengabarkan berita se-hot ini. Untung saja ada Ferdinand si manusia segudang informasi.
Obrolan kembali berganti topik. Saat tengah asik bergibah dan berjulid bersama, seorang wanita datang entah dari mana menyiram Diandra dengan minuman dingin dari sela Randu dan Ferdinand duduk. Minuman itu sepertinya adalah es jeruk karena warnanya kuning. Membuat baju Diandra ikut berubah warna menjadi sedikit kuning juga
"Dasar pelakor! Perempuan gatal!" Wanita itu berteriak pada Diandra.