Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Intimidasi
Pada pukul delapan malam Ella sudah kembali pulang ke rumah. Rumah mewah berlantai tiga yang ia tempati bersama Andrean, berada di tengah-tengah ibu kota. Setelah memarkirkan mobilnya di carport ia masuk kedalam ruangan. Aneh, keadaan begitu sepi dan sunyi.Tidak ada bi sari yang biasa menunggu kepulangannya dan menawarkan makan malam.
Ella menaiki anak tangga yang berukir, saat ia sudah berada di ujung tangga, langkahnya terhenti. Ia melihat Andrean sudah pulang dan duduk disebuah sofa dengan kopi panas diatas meja. Satu tangannya memegang batang rokok yang dihisapnya kuat. Asap rokok mengebul di udara menghalangi wajahnya yang dingin.
Ella tak perduli, ia sudah tidak ingin berinteraksi dengan suaminya. Ella melangkah cepat menuju kamarnya. Saat ia ingin menutup pintu, tangan kekar Andrean menahannya. Pria itu masuk dan menutup pintu di belakangnya.
Andrean menatap tajam pada wanita di depannya. Mendapatkan tatapan tajam yang menusuk membuat Ella mundur kebelakang.
"Apa mau mu?" tanya Ella dengan tatapan waspada.
Andrean berjalan mendekat, dengan ekspresi yang tidak bisa di tebak. Ia terus melangkah maju hingga Ella terpojok dan berakhir di dinding. Kedua tangan Andrean mengkungkung tubuh Ella yang membeku di tempat.
"Atas dukungan siapa kau berani meninggalkan perusahaan Smith?! Tanyanya dengan tatapan intimidasi
Ella menatap netra biru itu dengan tatapan dingin "Itu bukan urusan mu!" katanya sambil mendorong tubuh kekar Andrean.
Pria itu tersenyum miring "Apa kamu tidak takut, perusahaan Timothy akan berakhir mengenaskan!" ancam Andrean, suaranya datar Namun ada penekanan dari setiap ucapannya.
Ella menatap tak percaya pria di depannya, bola matanya mulai berair. "Jangan pernah kau sentuh perusahaan paman ku!" ucapnya dengan suara bergetar
Andrean tergelak "Ah ya, aku lupa. Kau baru saja memberikan Paman mu suntikan dana."
Bola mata Ella membulat, darimana Andrean tahu kalau Ella memberikan uang untuk membantu perusahaan pamannya yang sedang terpuruk. Begitu banyak mata-mata suaminya sampai ia tahu masalah pemberian dana pada Ramon pamannya.
"Kenapa? Kau terkejut ?!" sudut bibir Andrean melengkung.
Ella mendorong tubuh Andrean yang keras bagaikan batu "Itu uang ku! Sejak kapan kau ingin tahu kehidupan keluarga ku!" balas Ella dengan tatapan marah.
"Aku tidak pernah perduli dengan kehidupan mu, Ella! Meninggalkan perusahaan Smith tanpa sepengetahuan nenek, sama saja kau ingin menentang ku!"
Ella mendengus kesal, Andrean selalu saja mencari kelemahannya dengan mengkaitkan Nenek Smith "Aku sudah muak dengan sikap arogansi mu Andre! Biarkan aku hidup bebas tanpa mengusik kehidupan mu."
Tatapan Andrean semakin tajam, wajahnya memerah menahan amarah yang kapan saja bisa meledak, ia mendekatkan wajahnya ke Ella dan berkata "Apa lagi yang kau inginkan dari ku, selain kebebasan?! Tanyanya datar, namun tatapannya masih mengintimidasi.
Ella ingin sekali mengatakan "aku ingin bercerai" tetapi mulutnya terkunci rapat. Pasokan udaranya seakan tercekat karena intimidasi Andrean. Bahkan Irama jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ella justru terdiam, ia tidak bisa melawan di bawah tekanan suaminya.
"Kau tidak ingin bicara? Andrean lanjut bicara. Ella terdiam kaku ditempatnya berdiri, ia bingung pada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa di saat Andrean mulai bertanya.
"Apa kau menginginkan ini?!
Tiba-tiba Andrean meraih bibir Ella dan melumatnya kasar hingga Ella terkejut dan membulatkan bola matanya. Ella berusaha melawan dan ingin melepaskan bibirnya. Namun, Andrean memegang tengkuk Ella kuat sambil terus melumat. Ella tidak punya pilihan lain selain mengigit bibir Andrean.
Pria itu terpekik dan melepaskan ciumannya. Ia mengusap bibirnya yang berdarah. Ekspresi wajah Andrean memerah, menahan hasrat yang tersembunyi. Nafasnya tersengal karena emosi, terlihat dadanya turun naik mengimbangi ritme nafasnya yang kasar.
"Aku tidak akan pernah meminta dirimu datang kembali ke perusahaan Smith!" cetus Andrean dingin, akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Ella dalam diam.
Tubuh Ella lemas, ia jatuh ke lantai. Ella terkejut dengan sikap Andrean tadi, memaksa berciuman di bawah tekanan. Dulu sifat suaminya itu sangat pengertian dan penyayang, tidak pernah memaksa apalagi berbuat kasar. Ella tidak ingin menangis, airmata nya terlalu mahal untuk seorang Andrean. Jelas-jelas pria itu sudah tidak mencintai dirinya dan hanya menganggap wanita rendah.
Ella mengusap bibirnya dengan tangan, seakan ia jijik di cium suaminya. "Bibir mu sudah pasti sering berciuman dengan Vivian!" gumam Ella dengan nafas sesak.
Ia bangkit dan melangkah masuk kedalam kamar mandi. Air shower bisa meredam sakit hatinya atas tindakan Andrean yang menciumnya dengan brutal. Setengah jam kemudian Ella menyelesaikan mandinya. ia keluar dari kamar mandi, lalu berjalan ke wardobe untuk mengambil pakaian, Pakaian di dalam lemari sudah berantakan bahkan ada yang terjatuh ke lanta.
"Apa Andre yang melakukan nya?" Ella merapikan pakaian yang terjatuh. Setelah berpakaian ia mendengar suara mobil menjauh.
Ella keluar dari kamar, ia tidak melihat Andrean di ruangan kerja atau di kamar yang lain. Ia menuruni anak tangga menuju dapur.
"Bibi sari tidak ada, apakah Andrean sengaja menyuruh bi sari pergi?
Ella membuat teh manis dan duduk di meja makan, mengambil biskuit untuk mengganjal perutnya.
Suara notif ponsel, mengalihkan perhatian Ella yang sedang melamun. Ia membuka pesan masuk dari Raisa.
(Ella, aku sedang alergi. Bisakah belikan aku obat di apotik. Ini resep nya)
(Baiklah, aku akan sampai sekitar setengah jam)
(Terima kasih Ella)
Ella menatap jam di dinding, jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Ia naik keatas untuk mengganti pakaian dan meraih dompet.
Mobil keluar dari carport meninggalkan rumah minimalis berlantai tiga.
Posisi rumah Ella menuju rumah Raisa menempuh perjalanan 30 menit bila tidak macet. Di perjalanan hujan mulai turun membasahi wilayah kota Perth. Ella terus melajukan mobilnya meskipun hujan mulai deras, ia terlihat khawatir pada sahabatnya yang sedang sakit alergi.
Mobil berhenti di sebuah apotek, ia keluar menggunakan payung dan memperlihatkan resep dari ponselnya. Lima menit kemudian ia membayar obat dan berdiri di depan pintu apotik. Ella tampak ragu untuk masuk kedalam mobil. Keadaan di luar sangat gelap, bersamaan angin berhembus kencang. Suara petir menyambar terdengar menakutkan, Namun Raisa juga butuh obat itu. Ella yang begitu khawatir tidak memperdulikannya hujan lebat, ia tetap berjalan kearah mobil menggunakan payung di tangannya.
Ia membuka pintu mobil dan masuk kedalam. tiba-tiba dari arah samping seseorang masuk kedalam mobil Ella sambil menodongkan pistol.
"Cepat pergi dari sini!"
Ella terkejut, ia tidak tahu dari mana pria itu datang, tiba-tiba sudah masuk kedalam mobilnya. Dalam ketakutan Ella beranikan diri menatap pria tersebut. Pria yang wajahnya ditutupi masker dan kakinya terdapat luka tembakan. Darah banyak mengucur di bawah karpet mobil.
"Cepat jalan, apa kau ingin ku tembak! Seru pria tersebut sambil menahan sakit.
Ella tidak ingin mengambil resiko, ia melajukan mobilnya dan mengikuti arah petunjuk pria tersebut.
"Kau ikuti jalanan kearah kiri." katanya sambil terus mengarahkan pistolnya pada Ella.
Tempat tujuan pria itu adalah jalanan menuju sebuah hutan yang di tumbuhi pepohonan Pinus. Hujan masih mengguyur dengan deras, mobil melaju dengan hati-hati sebab jalanan licin dan terjal.
"Ini sudah cukup jauh dari kota, dimana kau akan turun." kata Ella memberanikan diri untuk bertanya.
Pria itu hanya diam, namun tatapannya penuh intimidasi. Ia menyoroti wajah Ella yang tegang dan ketakutan.
"Turunkan di pohon besar itu!" serunya
Ella mengangguk dan berhenti tepat di sebuah pohon besar. Ella melihat pria itu kesakitan, sebelum pria itu turun dari mobil, Ella membuka laci dashboard dan memberikan kotak obat padanya.
"Pakai ini, siapa tahu kau membutuhkan nya."
Pria itu menoleh dan menatap kotak obat yang di berikan Ella. namun pria itu tidak mengambilnya.
"Setelah ini, semoga kita tidak bertemu lagi!" katanya sambil membanting pintu.
Di tengah hutan yang gelap gulita, pria itu berlari dan menghilang di semak-semak belukar. Ella menghela napas lega. Dengan cepat ia kemudikan mobilnya menuju rumah Raisa.
💜💜💜💜
Jangan lupa bantu like, VOTE/GIFH, rate bintang 5 dan komentar positif nya. Bunda sangat menghargai setiap hadiah yang kalian berikan. Terimakasih 🥰🥰