Dia Juga Anakku

💝💝💝💝💝💝

...HAPPY READING......

.

.

Setelah memberikan barang pribadi milik Adel kepada suaminya. Ria langsung meninggalkan rumah sakit karena takut apabila Elvino memasukkan dia ke dalam penjara. Seperti cerita di novel-novel yang sering ia baca. Para tuan muda yang marah karena istrinya dibiarkan bekerja.

Ria mengira bahwa Adelia bekerja tanpa sepengetahuan Elvino makanya dia ketakutan sendiri. Tadinya Gadis itu tidak tahu bahwa Elvino adalah pewaris dari keluarga terkaya yang ada di kota mereka. Namun, setelah pemuda itu marah-marah pada dokter dan juga perawat, karena istrinya di tempatkan di ruang biasa, bukan VIP. Barulah Ria tahu karena ada salah satu dokter yang mengatakan bahwa Elvino adalah putra dari tuan Arka Wijaya.

Sedangkan Elvino sendiri diajak Dokter kandungan pergi ke ruangannya. Untuk menjelaskan keadaan Adelia saat ini.

"A--apa! Jadi istri Saya hampir keguguran?" ucap El tergagap setelah mendengar penjelasan si Dokter kandungan.

"Iya, jika terlambat sedikit saja membawanya ke sini. Maka bayi yang ia kandung tidak bisa terselamatkan. Jadi Saya harap Anda benar-benar menjaga Nona Adel, jangan sampai kelelahan dan banyak pikiran." jawab si dokter tersebut membenarkan ucapannya.

"Baiklah! Saya akan menjaganya agar tidak kelelahan. Tapi... tolong rahasiakan masalah ini dari siapapun. Saya akan menutup rumah sakit ini apabila sampai orang lain mengetahui bahwa Saya sudah menikah," pinta Elvino yang berupa ancaman untuk rumah Sakit Hospital Center. Bukan pada para dokter dan suster saja.

"Iya, Anda tenang saja. tanpa Anda pinta pun tentu kami akan merahasiakan hal ini," jawab si dokter karena memang sudah menjadi peraturan di rumah sakit tersebut. Apabila ada orang-orang penting yang dirawat di sana, maka sudah menjadi tugas mereka semua untuk merahasiakan dari masyarakat luas.

"Ya, sudah! kalau begitu tolong antarkan ke ruangan istri Saya dirawat," jawab El mengangguk percaya pada dokter tersebut. Seraya berdiri dari tempat duduknya.

"Ikuti saja perawat ini, karena Saya bukan tidak mau mengantar Anda. Akan tetapi ada pasien yang sangat membutuhkan pertolongan Saya," kata dokter bernama tag Maya. Dia masih muda, mungkin baru berumur sekitar tiga puluh tahunan.

Elvino yang tidak suka banyak bicara pada orang yang belum ia kenal, memilih diam dan mengikuti si perawat sambil menenteng tas kecil milik istrinya.

Ternyata tidak jauh dari ruangan Dokter Maya. mereka sudah tiba di ruang rawat Adelia, yang sampai saat ini belum juga sadarkan diri. Soalnya para dokter memang memberi suntikan obat tidur pada infusnya. Agar gadis itu bisa istirahat dengan tenang.

"Tuan Muda, Saya permisi dulu, jika butuh sesuatu. Anda cukup tekan tombol pada dinding yang berwarna putih," ucap perawat tersebut karena dia juga ada pekerjaan yang lain.

"Iya, terima kasih," jawab El berjalan mendekati ranjang istrinya.

"Huh!" menghela nafas panjang lalu dia menarik kursi dan duduk disamping istrinya. "Kamu itu keras kepala sekali! Untung aja bayinya tidak kenapa-kenapa," ucap El terdengar seperti orang lagi marah.

Padahal dia merasa lega karena anak yang dikandung Adelia, masih bisa diselamatkan. Entah mengapa dia sangat takut kehilangan bayi tersebut.

"Mulai sekarang kamu tidak usah bekerja. Aku tidak ingin hal seperti ini sampai terjadi lagi," lanjutnya berbicara sendiri. Dengan gerakan pelan tangan kekarnya menggenggam jari-jari tangan Adelia yang terlihat sangat pucat sama seperti pemiliknya.

Namun, baru beberapa detik tangannya dan Adel bersatu. Pintu ruangan tersebut dibuka dengan pelan. Sehingga El pun melepaskan lagi genggaman tangannya dan menoleh ke arah pintu masuk.

"Hendra, Aiden," seru El dengan suara pelan karena takut Adelia terbangun pada saat itu juga. Lalu dia berdiri dan berjalan menarik kedua sahabatnya agar keluar dari sana.

"El, kamu kenapa menarik kami keluar?" protes Hendra tidak terima diusir begitu saja. Sedangkan dia dan Aiden ingin melihat keadaan Adelia.

"Kalian berdua yang apa-apaan! Kenapa malah masuk," jawab El melepaskan kembali tangan kedua sahabatnya.

"Kami berdua kan ingin menjenguk Adelia, bagaimana keadaannya? Apakah bayi... bayinya baik-baik saja?" Aiden yang menjawab. Terdengar saat menyebutkan kata bayi. Dia bingung ingin mengatakan itu bayi siapa.

"Ngaco! Adel tidak boleh banyak pikiran. Jadi kalian dilarang masuk dan bertemu dengannya. Bisa-bisa nanti dia ketakutan, jika melihat diriku dia sudah biasa." jawab El memilih untuk duduk di kursi tunggu yang ada di luar ruangan tersebut, dan diikuti juga oleh Aiden dan Hendra.

"Lalu bagaimana keadaan bayinya? Apakah baik-baik saja?" tanya Hendra karena Elvino belum menjawab pertanyaan mereka yang sebelumnya.

"Untuk saat ini keadaannya masih baik-baik saja. Tapi kata Dokter kandungan. Adel tidak boleh banyak pikiran dan kelelahan," saat menceritakan keadaan istrinya suara Elvino terdengar berat seperti memiliki beban.

"Kalau begitu jangan kamu biarkan lagi dia bekerja. Biar aku yang akan membiayai kebutuhan mereka. Aku akan bertanggung jawab semua kebutuhan Adel maupun bayinya," ucap Adiden dengan yakin. Sebab bila Adelia mau padanya, maka pemuda itu tidak keberatan menikahi Adelia.

"Apa maksudmu? Memangnya kamu pikir aku tidak sanggup membiayai mereka berdua," seru El tidak suka pada ucapan Aiden. "Dia bekerja atas keinginannya sendiri. Bahkan sebelum itu pun aku sudah menawarkan agar dia mau menerima uang dariku," tutur Elvino yang tidak pernah bercerita bahwa dia pernah menawarkan uang kepada istrinya agar gadis itu tidak bekerja di luar rumah.

"Lalu, apakah dia tidak mau kamu beri uang?" kata Hendra duduk di sebelah Elvino.

"Huem, iya! Dia tidak mau menerima uang dariku, karena uang tersebut pemberian dari papa. Bukan jerih payah aku bekerja sendiri,"

"Yasudah, Kalau begitu kamu bohong saja, bilang jika uang dariku adalah hasil kamu bekerja," usul Aiden karena dia tidak mau Adelia dan bayinya kenapa-napa.

"Ck, bodoh! kamu pikir dia akan percaya," decak Elvino menundukkan kepalanya. Saat ini dia benar-benar bingung memikirkan cara bagaimana caranya agar Adelia menurut dan tidak bekerja lagi.

"Aku mana berani membohonginya lagi. dia sudah banyak penderita karena perbuatan kita," jujur El karena setiap kali melihat Adelia tidak bisa makan karena muntah-muntah. membuat dia selalu merasa bersalah.

"El, lalu bagaimana biar dia tidak bekerja lagi? Bukannya katamu Adel sangat keras kepala, jadi sudah pasti dia tidak akan menurut bila disuruh berhenti bekerja," Hendra menatap Elvino yang hanya diam sambil meletakan jari tangan pada bibirnya sendiri.

"Aku... yang akan bekerja, tapi aku harus bilang dulu pada papaku. Agar diberikan pekerjaan yang tidak terlalu berat," jawab El berdiri karena dia harus menjaga istrinya di dalam, bukan di luar ruangan.

"El, kamu serius mau bekerja?" tanya Hendra dan Aiden secara bersamaan.

"Iya, aku serius! Lagian Adel memang tanggung jawab ku, mau seperti apapun faktanya. Mereka berdua tetaplah istri dan anakku," sebetulnya keputusan yang diambil oleh Elvino saat ini bukanlah karena Adelia hampir keguguran saja.

Namun, mengigat Adelia selalu pulang malam dalam keadaan lelah. Membuat Elvino merasa tidak berguna sebagai laki-laki. Apalagi sekarang perut gadis itu sudah semakin membesar seiring berjalannya waktu.

Sedangkan Elvino hanya berangkat kuliah, bersenang-senang bersama kekasih ataupun sahabatnya. Hal itulah yang membuat dia merasa malu pada dirinya sendiri, yang kalah oleh perempuan hamil seperti istrinya.

...BERSAMBUNG......