Darren Alfred, seorang mafia kejam yang berkedok Ceo tidak pernah merasakan jatuh cinta dalam hidup nya. Bahkan terhadap ibu dan adik kandung nya sendiri ia bersikap dingin dan ketus.
Bukan tanpa alasan, penyakit aneh yang di deritanya membuat pria itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah seorang wanita.
Hingga akhirnya ia di pertemukan dengan Jean, wanita yang pertama kali menarik perhatiannya karena hanya wajah Jean lah yang bisa dilihat oleh Darren. Sampai pria itu terobsesi dan ingin menjadikan Jean miliknya.
Akankah Jean menerima cinta Darren ataukah sebaliknya?
#Cast pemeran bisa liat di Ig @meyda_30
Up 1-2 bab/hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Bertemu calon mertua
"Apa kau sudah siap sayang?" tanya Darren pada Jean yang sedang berada di depan meja rias menghadap kearah cermin.
Jean terlihat cantik dan menawan malam ini.
Ya, mereka berdua sedang bersiap-siap untuk menemui kedua orang tua Jean yang baru saja kembali dari luar negeri.
"Darren kau tidak perlu gugup karena kedua orang tuaku tidak akan menghabisi mu," Jean berusaha menenangkan Darren.
"Bagaiman aku bisa tenang. Ini adalah malam perdana aku akan menemui calon mertuaku Jean."
Jean terkekeh geli melihat raut wajah i Darren yang terlihat lucu dan menggemaskan di matanya.
"Kemari lah," pinta Jean. Darren pun mendekat dan berlutut di hadapan Jean. "Kita akan menikah dan menjalani hidup bersama. Jadi bisakah kau mengabulkan satu permintaanku?"
"Katakan my sweetie aku pasti akan mengabulkannya untukmu," Darren meraih tangan Jean dan mengecupnya.
Jean menarik nafas panjang. "Apapun yang terjadi jangan pernah meninggalkan aku Darren."
Seketika terdengar suara Darren tergelak, mana mungkin dia akan meninggalkan Jean. Wanita itu begitu berarti baginya.
"Jawab aku, kenapa kau malah tertawa. Ini tidak lucu."
"Kenapa kau meminta sesuatu yang sampai kapanpun tidak akan pernah aku lakukan," Darren menangkup kedua pipi Jean dan mengecup lembut bibirnya.
"Aku sangat mencintaimu Jean, sangat."
"Aku tau Darren."
Mereka kembali menempelkan kedua benda kenyal itu, kali ini bukan hanya sebuah ciuman. Tapi juga lumataan.
"Permisi Tuan, mobil sudah saya...." Steve menutup bibirnya yang menganga melihat adegan kiss untuk kesekian kali.
Dor!
Darren mengambil senjata yang ada di dalam nakas dan menembakkan nya ke arah Steve. "Lain kali ketuk pintu dulu bodoh!"
"Ampun Tuan. Saya lupa," jawab Steve seraya berlari kabur dari sana.
*
*
Satu jam melakukan perjalanan. Mobil yang membawa Darren dan juga Jean sudah sampai di depan sebuah mansion. Ya, lebih tepatnya adalah mansion keluarga Ashley.
"Tuan kita sudah sampai," ucap Steve kemudian turun untuk membuka pintu mobil.
"Tunggu kenapa ada banyak sekali mobil di sini?" Darren mencoba meminta penjelasan pada Jean dan juga Steve.
Mereka berdua mengangkat bahunya acuh. Hingga seseorang menghampiri ketiganya. "Selamat datang Tuan dan Nona. Silahkan masuk karena Tuan sudah menunggu kedatangan kalian,'' ucap pria tersebut yang tak lain adalah Boy, bodyguard sekaligus asisten pribadi Jean.
"Terima kasih Boy. Bagaimana kabarmu hum? Apa kau merindukanku?" tanya Jean.
"Tidak Nona." jawab Boy dengan raut wajah dingin. Selain tak ingin mencari masalah dengan Darren, ia juga memang tak merindukan Nona nya tersebut. Karena berada di samping Jean membuatnya pusing.
"Ck! Dasar menyebalkan. Padahal aku sangat merindukanmu," celetuk Jean yang sudah mendapat lirikan tajam dari Darren.
Jean tersenyum dan meraih tangan Darren lalu mengajak pria itu masuk ke dalam.
"Selamat malam semuanya, maaf kami datang terlambat." ucap Jean membuat semua tamu undangan yang berada di sana menoleh dan menatap ke arahnya.
"Akhirnya putri kesayanganku datang juga.'' ucap Willy menghampiri putrinya dan memeluknya penuh kehangatan. ''Daddy sangat merindukanmu sayang."
Jean mengulum senyum dan juga memutar bola mata malas. Baginya pelukan yang di berikan Willy hanya sebuah pencitraan saja di hadapan rekan bisnisnya.
Selama ini bahkan dia dan juga Maria sama sekali tidak mempedulikannya. Mereka sibuk bekerja dan menitipkannya pada James. Dan sekarang saat dia dewasa mereka datang dan berpura-pura peduli.
Darren yang melihat itu seakan mengerti apa yang Jean rasakan. "Selamat malam tuan Ashley," sapa Darren mengulurkan tangan.
Namun sayang sekali bukannya di sambut, Willy menarik pinggang Jean dan mengajaknya menemui Maria.
'Shitt! Untung calon mertua, kalau bukan aku sudah menghabisinya. Lagi pula tidak masalah bukan, penyakit ku jadi tidak kambuh karena menyentuh pria sepertinya' umpat Darren dalam hati.
"Anda baik-baik aja Tuan?"
Darren mengangguk. "Perketat penjagaan karena aku merasa ada sesuatu yang tidak beres di sini," perintah Darren lalu menyusul Jean.
"Baik Tuan," Steve segera menghubungi beberapa anak buahnya melakukan apa yang Darren katakan.