Ikutin kisahnya yang berakhir dengan perpisahan dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Yoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah memesan makanan, Dae dan Edy melanjutkan obrolan mereka tadi.
"Ed, kamu kenapa bisa menyukaiku?" tanya Dae menuntut.
"Kalau jatuh cinta itu gak bisa ditanyakan kenapa bisa? Yang pasti, kamu berbeda dengan perempuan lainnya," jelas Edy.
"Hahaha bisa ya seperti itu, mencintai tapi gak bisa menjelaskan kenapa," protes Dae.
"Ya aku memang tidak bisa menjelaskannya, tapi aku akan membuktikannya. Gimana kalau besok, aku minta ornag tuaku melamar kamu, agar kamu mempercayainya," tantang Edy.
"Serius banget sih kamu menanggapinya," Dae menyesal karena bibirnya terlalu pinter bertanya seperti itu.
Lalu pesanan makanan mereka datang ke hadapan mereka. Si pelayan menghidangkan makanan tersebut.
"Silahkan di nikmati Tuan dan Nona. Jika ada kekurangan, bisa memanggil saya," ucap pelayan itu dengan ramah.
Si pelayan tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencuri pandang dengan Edy. Edy yang terlihat sangat tampan dan wajah yang cool menambah pesonanya untuk di taksir para perempuan.
Dae melihat ke arah Edy yang cuek tak memperdulikan kekaguman si pelayan atas dirinya.
"Ed, lihat gak tadi pelayan itu. Sepertinya dia tertarik sama kamu deh," ucap Dae memberitahu.
"Aku gak tertarik. Aku hanya tertarik dan mencintai satu orang yaitu kamu Dae," balas Edy sambil mengaduk makanannya.
Dae merasa puas dengan jawaban Edy. Ada rasa senang, namun ada juga rasa sedih. Bahagia karena Edy mencintainya. Dan rasa sedih karena harus menjalani kisah cinta yang rumit seperti ini.
"Udah ayo dimakan nasinya. Nanti keburu sore. Biar aku anter, kamu kan mau ketemu sama dia," Edy mengingatkan Dae akan janjinya.
"Iya nih mau di makan," balas Dae.
Mereka berdua menikmati makanannya dengan hening tanpa ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing dan tak sanggup untuk berbicara.
Hingga makanan habis tak bersisa. Dae dan Edy memutuskan untuk pulang.
Edy mengantar Dae pulang ke rumahnya. Jalanan sore hari terbilang macet karena banyak karyawan yang pulang kerja. Hingga beberapa jam menempuh perjalan, mereka akhirnya sampai di rumah Dae.
"Ed, aku turun disitu aja ya," pinta Dae.
Dae gak mau kalau Mamanya melihat dia pulang dengan laki-laki yang berbeda.
"Kenapa Dae?" tanya Edy curiga.
"Gak apa-apa. Gak enak sama Mama," alasan Dae.
"Baiklah, aku parkir disini, tak terlalu dekat dengan rumah kamu."
"Iya, aku masuk dulu ya," ucap Dae berpamitan.
"Bentar Dae, kamu belum memberiku sesuatu," balas Edy.
"Maksudnya, emang aku harus memberimu apa Presdir?" tanya Dae polos.
"Nih," Edy menunjukkan bibirnya dengan telunjuknya.
"Jangan aneh-aneh ya. Nanti dilihat orang," protes Dae.
"Kita sudah berbuat yang aneh-aneh Dae ku, ini hanya sebuah kiss dan gak lebih," sambung Edy yang masih bertahan.
"Udah kamu pulang gih," usir Dae.
Dae langsung keluar dari mobilnya dan tidak memperdulikan teriakan Edy dari dalam mobil.
"Dae...., hanya sebuah kiss..!" rengek Edy.
Edy tidak langsung pergi dari sana. Dia senyum-senyum sendiri mengingat kejadian singkat tadi di ruangannya.
"Hahhhh Dae.., kamu jual mahal kepadaku. Padahal jelas kamu juga memiliki perasaan yang sama dengan ku. Aku akan membuat kamu menyatakan cintamu dengan sendirinya Dae. Kau milikku," gumam Edy dengan penuh keyakinan. Dia pun mengusap wajahnya dengan telapak tangannya.
Sementara Dae sudah masuk ke dalam rumahnya. Dia tidak melihat keberadaan Mamanya. Dae menghampiri Bibi dirumah itu.
Bi, apa Papa jadi pulang hari ini?" tanya Dae saat menemukan bibinya lagi bersih-bersih.
"Iya Non, sekarang Mama Non lagi menjemput Papa di Bandara. Mungkin sebentar lagi sampai," jelas si Bibi.
"Owh makasih ya Bi."
Dae langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi. Saat Dae melepaskan seluruh pakaiannya, dia terkejut dan menjerit melihat banyaknya tanda ungu kemerah-merahan di bagian dadanya.
"Sialan Edy.......!" teriak Dae kesal.
Sedangkan di tempat lain, Edy tersedak ketika minum air putih.
"Siapa yang lagi mengumpat ku ya," gumam Edy yang sedikit terbatuk-batuk.
Kembali ke Dae, dia melihat terus tanda-tanda yang ditinggalkan Edy di tubuhnya. Dae pun menghela napasnya dengan pasrah.
"Hah, semua sudah terjadi. Gw harus menjalaninya dan bertanggung jawab," gumam Dae di depan cerminnya.
Lalu dia berendam di air yang wangi aromaterapi. Dae menenangkan pikirannya selama berendam hingga dia tak menyadari kalau saat itu Mama dan Papanya sudah sampai di rumah.
"Bi, Non Dae sudah pulang?" tanya Mamanya kepada si Bibi.
"Sudah Nya, sudah dari tadi. Mungkin lagi mandi sekarang Nya," jawab si Bibi.
"Siapkan makan malam ya Bu," suruh Mamanya Dae.
"Baik Nya."
Lalu Mamanya Dae masuk ke dalam kamarnya Dae. Dia melihat tidak ada siapapun di dalam kamar. Kemudian Mamanya mencoba mengetuk pintu kamar mandinya.
"Tok tok tok, Dae kamu di dalam nak?" tanya Mamanya.
Di dalam kamar mandi, Dae mendengar suara Mamanya. Dia pun bergegas membersihkan diri dan memakai handuk kimononya agar tak terlihat Mamanya.
Dae pun membuka pintu kamar mandinya dan melihat keberadaan Mamanya.
"Mama dan Papa sudah lama pulang?" tanya Dae saat melihat Mamanya di depan kamar mandinya.
"Iya, tuh dibawah Papa kamu ada. Nanti kita makan malam bareng ya," pinta Mamanya.
"Tapi Ma, nanti Ilyas datang menjemput. Katanya mau ngenalin aku sama Mamanya," ucap Dae jujur.
"Hmmmm, ada kemajuan nih. Kapan kamu kenalin dia sama Papa?" tanya Mamanya.
"Hehehe, Dae belom berani Ma," jawab Dae.
"Papa kan gak makan Ilyas, kenapa kamu harus takut?" tanya Mamanya balik.
"Ya sapa tau Papa gak suka. Mending Mama aja dulu yang cerita ke Papa. Baru Dae yang ajak Ilyas ke rumah," jawab Dae.
"Hmmm baiklah. Jam berapa Ilyas jemput kamu?" tanya Mamanya.
"Habis Maghrib Ma."
"Ya udah, Mama mau ke kamar dulu ya. Mau siapkan pakaian Papa kamu," ucap Mamanya.
Lalu Mamanya Dae keluar dari kamar Dae menuju kamarnya sendiri.
Dae merasa legah karena sudah memberitahukan sesuatu yang penting nanti. Dae segera bersiap-siap untuk pergi bersama Ilyas.
Malam pun tiba, Dae sudah selesai dengan dandanannya. Dia tinggal menunggu Ilyas. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Assalamu'alaikum sayang, aku bentar lagi sampai di rumah kamu ya," info Ilyas.
"Iya Yas, aku tunggu ya," balas Dae.
Dae keluar dari dalam kamarnya menuju ruang tamu. Dia harap-harap cemas menunggu kedatangan Ilyas.
Sementara kedua orang tua Dae baru keluar dari kamar. Mereka berjalan menuju meja makan.
Papanya Dae melihat keberadaan Dae dengan berpakaian cantik dan rapi.
"Ekhem ekhem," Papanya berdehem saat berdiri di dekat Dae.
Dae terlonjak kaget melihat kehadiran Papanya.
"Eh Papa, ngagetin aja," Dae berdiri dan langsung memeluk Papanya.
"Kamu mau kemana sayang? Kok dandanannya cantik banget. Apa sekarang anak Papa ini sudah punya kekasih?" tanya Papanya curiga.
"Ahhh Papa, Dae jadi malu nih," manja Dae.
"Kenalin dong ke Papa. Masa disimpan gitu aja gak dikenalin," ledek Papanya.
"Nanti pasti Dae akan kenalin ke Papa, kalau kami sudah serius. Papa tenang aja ya," ucap Dae yakin.
"Kamu mau kemana malam ini?" tanya Papanya lagi.
"Dae mau pergi sama teman Pa. Udah janjian tadi. Katanya dia mau jemput Dae kesini."
"Oh ya sudah, Papa sama Mama makan duluan nih. Kamu gak makan dulu?" tanya Papanya lagi.
"Nanti aja Pak, bareng teman," jawab Dae.
"Ya udah, Papa tinggal ya. Hati-hati nanti di jalan," ucap Papanya.
Dae pun mengangguk mengiyakan ucapan Papanya.