kisah sekretaris yang nikah sama bos nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malmingan Dulu
"Kiss me!" Permintaan Hazel membuat Dave menautkan kedua alisnya, dia tampak bingung, tiba-tiba saja Hazel menghampiri dan mengerucutkan bibir kearahnya.
Setelah memberi kecupan di bibir Hazel, Dave tersenyum dan menarik Hazel untuk duduk di pangkuannya. Dave menatap lekat wajah Hazel, istrinya ini terlihat begitu senang dan bersemangat. Rupanya, Hazel menginginkan sebuah makanan, tangan Hazel bergerak dilayar ponselnya dan menunjukkan foto makanan itu kepada Dave.
"Cumi? Kamu mau cumi bakar?."
"Iya!."
"Hahahaha" Dave mendongak dan tertawa lepas, "Tiba-tiba, Hazel?."
"Iya, aku pengen, ayo kita beli."
"Haha, ya udah, ayo."
Malam itu, Hazel membawa Dave menyusuri pusat kuliner yang tidak jauh dari kampusnya saat berkuliah. Di dalamnya, beragam makanan tersaji di setiap tenda para pedagang yang berjajar disisi kiri dan kanan. Dari makanan ringan sampai berat, pedas, manis dan segala jenis minuman semuanya ada disana.
Dengan situasi yang cukup ramai, tentu Dave tidak melepaskan genggamannya pada Hazel, sebab sesekali Hazel menabrak bahkan terbawa arus pejalan kaki lainnya. Jika Hazel terlepas, akan cukup sulit bagi Dave untuk menemukannya.
Namun meski begitu, keramaian disana tidak melunturkan semangat Hazel untuk mencari makanan yang sejak tadi membuat air liurnya mengalir deras, dia harus mencarinya dengan segera. Sepuluh menit berjalan kaki, Dave menuntun Hazel ke salah satu tenda yang mereka cari, tenda yang menjual aneka macam seafood dengan berbagai olahan.
Hazel sedikit bertepuk tangan, rasanya sudah tidak sabar melahap makanannya itu. Hazel memperhatikan proses pengolahan makanannya dengan mata berbinar, sesekali tubuhnya bergoyang-goyang saking senangnya. Terlihat lucu dan menggemaskan, Dave tidak berhenti tersenyum menatap wajah istrinya itu.
Tiga porsi, Dave membayar tiga porsi makanannya dan langsung dia berikan pada Hazel. Selesai dengan makanannya itu, Dave kembali membawa Hazel menyusuri setiap tenda disana, sampai tidak terasa, tangan mereka sudah penuh dengan kantong berisi berbagai macam makanan dan minumannya.
Selesai dengan pencariannya, mereka pun keluar dari tempat itu, mencari tempat duduk untuk beristirahat, cukup lelah rasanya. Jauh dari keramaian juga membuat mereka bernafas lega, mereka menghirup udara segar malam itu sepuas-puasnya.
"Sayang, cumi bakar yang mana?" Tanya Hazel saat menatap satu persatu kantong makanan yang mereka taruh diatas kursi
"Hayo, yang mana coba?."
"Aku lupa, hehe."
"Tapi kenapa jadinya banyak banget, ya? Kan niatnya beli cumi bakar doang."
"Tapi didalam kamu lapar mata. Sayang, pengen ini. Sayang, pengen itu"
"Awas ya kalo nggak dihabisin."
"Hahaha, kamu bantuin habisin dong? Tapi cariin dulu, cumi bakar yang mana?."
"Yang ini, Sayang" Ucap Dave saat mengambil kantong makanan yang Hazel maksud.
Bukan menerima makanannya, Hazel justru tersenyum mendengar Dave memanggilnya sayang. Panggilan yang baru pertama kali Hazel dengar dari mulut Dave.
"Kamu tadi manggil aku apa?."
"Sayang. Hazel, sayangku."
"Aaaahh....salting" Hazel menghentak-hentakkan kakinya ke bawah. Entah mengapa kalimat Dave membuatnya tersipu malu. Hazel tidak kuasa, dia berteriak kegirangan sambil membungkam mulutnya,
"Hey? Dimakan dulu, nanti cuminya kabur lagi ke laut."
"Hahahaha, iya, okeeey."
Malam yang menyenangkan untuk Hazel bisa menyantap makanan bersama Dave di tempat itu. Meski hanya duduk disebuah kursi, keduanya menikmati suasana malam minggu dengan bergembira. Momen sederhana namun terasa begitu membahagiakan untuk mereka.
Saling menyuapi, membersihkan makanan sisa di sudut bibir adalah tindakan kecil yang tanpa sadar membuat hubungan mereka semakin dekat. Semuanya berjalan alamiah, mengalir apa adanya seperti kedua hati yang mulai menerima satu sama lain.
Malam semakin larut, pusat makanan pun semakin ramai pengunjung. Berbeda dengan Hazel dan Dave yang sudah tidak berdaya setelah menghabiskan makanan mereka.
Gelak tawa Dave terdengar saat Hazel tidak sengaja bersendawa cukup kencang, namun sedetik kemudian, Dave membalas dengan suara yang lebih kencang, membuat tawa mereka sama-sama pecah. Keduanya sudah sangat puas, perut mereka tidak sanggup menampung apa pun lagi. Mereka pun bersiap untuk pulang kerumah, merangkul satu sama lain sambil berbincang tentang tempat makan enak yang lain waktu akan mereka kunjungi di sela-sela kesibukan mereka. Karena sepertinya Hazel menyukai misi penjelajahan mencari hidangan enak bersama suaminya ini, sangat menyenangkan.
"Hai, Hazel?" Seorang perempuan menyapa Hazel saat melintas dihadapannya. Kedua mata Hazel memicing menatap perempuan yang merupakan teman kuliahnya ini, Helen namanya.
Sepintas Hazel teringat sesuatu, hal yang sangat membuatnya kesal. Hazel pun mendekati Helen, mencengkram lengan temannya itu cukup kuat, "Kenapa kamu belum hapus komentar kamu di postingan Samuel?."
Mendengar pertanyaan Hazel, Helen pun tertawa kecil, "Oh itu? Kenapa? Malu ya busuknya ketahuan?."
"Hapus sekarang."
"Enak aja? Terserah aku dong. Lagian..." Ucapan Helen menggantung, dia berjalan menghampiri Dave,
"Yang dibilang Samuel itu benar."
"Buktinya, om-om ini pelanggan kamu kan?."
"Helen?!" Hazel menjauhi temannya itu dari Dave, Hazel tidak suka Helen menatap Dave dengan tatapan mengejek seperti itu.
"Ternyata Hazel beneran berubah, ya."
"Tapi aku ngerti kok, kamu pasti sakit hati kan Samuel nikah? Jadi ya, wajar aja kalo kamu cari pelarian."
"Cukup, Hel. Aku cuma mau kamu hapus semua komentarnya."
"No way! Hahahaha."
"Helen!" Hazel berdecak kesal karena tiba-tiba saja Helen berlari pergi dari tempatnya. Helen bahkan belum menghapus komentar buruknya itu.
"Kenapa kamu kesal? Emangnya komentar apa yang kamu maksud?" Dave mencoba bertanya karena sejak tadi dia sangat bingung menyimak perbincangan Hazel dengan temannya itu.
"Dia itu gosipin aku di instagram, jelek-jelekin aku."
"Instagram? Wah, sayang banget saya nggak punya akun instagram."
"Tapi kalau kamu tersinggung karena dia jelek-jelekin kamu, laporin aja ke polisi?."
"Apa? Enggak-enggak, itu berlebihan."
"Kenapa? Biar saya yang urus."
"Hey, jangan, Sayaaang. Itu nggak perlu."
"Lupain aja ya, ayo pulang."
Selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, Hazel hampiri Dave yang sedang duduk di sofa. Dave menyambutnya dengan senyum sambil menaruh iPadnya diatas meja. Dipelukannya, Dave mengecup puncak kepala Hazel sangat lama, menghirup semua aroma bunga yang menyeruak diatasnya, sangat menenangkan.
Dave menginginkan posisi yang lebih nyaman, Dave membopong Hazel dan membaringkannya diatas tempat tidur, dia pun kembali membungkus Hazel dengan tubuhnya yang besar, kini Hazel bagai bantal guling dipelukannya.
"Makasih, Sayang."
Suara Hazel tidak terdengar jelas, sebab wajahnya bersembunyi di dada bidang Dave. Dave menunduk, meminta Hazel untuk mengatakan lagi. Namun istrinya itu justru mendongak, membuat wajah mereka bertemu, menyatukan kedua bibir tanpa pikir panjang. Tanpa melepas pagutan bibir mereka, Dave menarik Hazel keatas, memperdalam ciumannya. Keduanya saling mengikat, larut dalam ciuman memabukkan yang selalu mereka rindukan. Ciuman penutup sebelum mereka beristirahat setelah melewati malam indah yang menyenangkan.
...••••...
...Bersambung ...
Huaaaa baru update.... sibuk banget sumpah semenjak bocil masuk TK😭 belum lagi urus tuyul satunya lagi 🥴 otak ku ngebul, nggak dapat pencerahan buat update 🤣 maapin ya guysss
Jangan lupa dukung aku terus biar aku semangat update 💋 💝 💖 💝 terimakasih banyak ya