NovelToon NovelToon
Terima Kasih "Teman"?

Terima Kasih "Teman"?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:925
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Arsyila

Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 5

Juna mengantarkan Shafa dengan mobilnya, karena tahu hari ini Shafa memakai kebaya. Dia tidak ingin Shafa kesusahan jika dia membiarkannya berboncengan menggunakan motor. Tak sedikit anak anak di sekolah mengira mereka sepasang kekasih, karena dimana ada Shafa disitu ada Juna. Tapi banyak juga yang menyangkal, ada yang berpikir Shafa hanya memanfaatkan kepopuleran Juna dan kepintarannya juga karena Shafa yang hanya orang biasa bisa dekat dengan orang orang dikalangan terpandang. Tapi ada juga yang meyakini mereka jika Juna dan Shafa sahabat dari kecil yang gak mungkin terpisahkan. Entahlah, yang jelas Shafa tidak pernah peduli dengan omongan orang diluar sana.

"rencana ke depan gimana? Mau langsung nyari kerja?" tanya Juna disela mengemudikan mobil. Shafa menghela nafas dan bersandar nyaman di kursi penumpang "iya..tinggal dikit lagi CV lamaran nya selesai Jun."

"udah planning mau ngelamar kemana?"

"belum tau sih..coba lamar ke cafe kali yah, atau ke pabrik?" tanya balik Shafa ragu.

"pabrik katanya kerjanya berat Shaf, bakalan kuat?"

"sama aja deh kayanya, dimanapun sama sama berat. Lo gimana? Kapan rencana pergi?"

"masih ada waktu 2 mingguan lagi..tar gue yang antar jemput Lo yah buat cari kerjaan."

"gak usah lah..bisa minta anter ojek deket rumah." tolak Shafa yang sekarang melihat lihat jalanan di sekitar rumahnya.

"kapan lagi gue bisa anter Lo kalau bukan sekarang, gapapa yah..itung itung hemat uang bensin Lo.." Juna mematikan mesin mobil di depan pekarangan Shafa.

"hmmm..iya juga yah, hehehe. Oke deh, tar gue chat bang Juna kalo mau pergi kemana mana." membuka safety belt nya, Shafa bersiap turun. Namun Juna menahan tangannya, "bang Juna?" tanya Juna

"tukang ojek suka dipanggil Abang..hahaha" Shafa bercanda dengan tawanya. Juna hanya menyentil kening Shafa dan tersenyum.

"bentar, gue ada sesuatu buat Lo" tahan Juna dengan tangannya yang mengarah ke belakang jok mobil. Ada buket berisikan lima buah coklat. Menyerahkannya ke depan Shafa "selamat, udah lulus." lanjutnya dengan senyum.

"waahhh makasih Juna..tapi gue gak ada nyiapin apa apa buat Lo..gimana dong?padahal Lo lulusan terbaik.." Shafa mengambil buket tersebut dengan senyuman yang tak pernah luntur. Mengambil satu buah coklat, membuka nya dan menggigit coklat tersebut "enak banget..aaaaaaa" Shafa mencoba menyuapi Juna, tapi sebelum sampai di mulut Juna yang sudah terbuka untuk menerima suapan, Shafa menghentikan gerakannya.

"kenapa?" bingung Juna

"bentar, lupa bekas gigitan gue" Shafa berniat memotong coklat dengan jarinya, namun Juna lebih dulu mengarahkan tangan Shafa ke mulutnya dan menggigit coklatnya

"Juna ih jorok..ada bekas liur guenya" Shafa melotot pada Juna yang hanya dijawab dengan mengangkat bahu dan tersenyum.

"eh iya..tadi pas gue ke toilet, ada cowok yang nyamperin lo di aula..siapa? kayanya gue gak pernah liat"

Ketika Shafa dan Maya sedang bercanda setelah acara kelulusan, kebetulan Juna sedang ke toilet, ada Rio yang menghampiri Shafa dan memperkenalkan kakak sepupunya kepada Shafa dan juga Maya. Juna melihatnya sekilas.

"oh..kakaknya si Rio. Tegur sapa biasa, katanya dia pernah ngeliat gue di apotek waktu gue nebus obat buat bapak. Fariz apa Faiz yah namanya?" jawab Shafa bergerak membuka tas kecilnya dan melihat hp.

"oh Faiz" lanjut Shafa menunjukan layar hp nya ke depan Juna.

"tukeran nomor hp?" Juna mengambil hp Shafa dan melihat layarnya dengan serius.

"he em..tadi sempet tanya tanya gitu mau lanjut kemana, ya gue bilang aja mau kerja. Dia katanya punya usaha cafe, kalo ada lowongan mau ngasih tau gitu lah." jawab Shafa mengangkat bahu. "kali aja da rejekinya, yakan?"

Juna menyerahkan hp Shafa dan mengangguk setuju.

"tapi tetep hati hati!!" Juna membelai rambut Shafa yang dijawab anggukan.

Hari itu mereka berpisah, Juna yang sibuk dengan acara keluarganya dan Shafa yang juga sibuk membantu ibunya merawat bapaknya yang sedang sakit.

Malam hari tiba, ketika sedang tertidur pulas, Shafa dikejutkan dengan teriakan ibunya. Shafa yang terkejut, berlari ke kamar ibunya. Bapak Shafa muntah muntah dengan posisi terbaring dipangkuan ibunya.

Malam itu terasa kacau, bapaknya yang sudah lemas namun tak kunjung ditangani oleh dokter karena keterbatasan ruangan di Rumah Sakit. Mungkin karena Shafa hanya bermodalkan kartu gratis berobat dari pemerintah dan tidak mempunyai uang lebih untuk membayar penanganan Rumah Sakit.

"Shafa..gimana nak?" tanya ibu yang sudah mulai terlihat letih.

"bentar ya Bu, Shafa mau coba hubungi teman Shafa dulu."

Shafa mencoba menghubungi Juna, karena hanya dia yang terlintas pertama kali dipikirannya. Panggilannya pada Juna terhubung, namun sebelum sempat terjawab Shafa mematikan panggilannya karena ada orang yang memanggilnya.

"Shafa kan?" tanya orang itu yang ternyata adalah Faiz kakak sepupu Rio.

"iya..kak Faiz? Lagi apa disini?" tanya Shafa penasaran

"oh..teman gue kecelakaan dikit waktu main futsal barusan, jadi gue anter kesini. Kamu sendiri? Siapa yang sakit? Itu..ibu kamu?" tanya Faiz sambil mengarahkan pandangannya pada ibu Shafa dan tersenyum

"iya..bapak aku sakit. Tapi belum tertangani, Karena keterbatasan ruangan katanya" jawab Shafa dengan raut wajah lesu.

"gitu yah..bentar, kali aja gue bisa bantu." Faiz mengeluarkan hp nya dan mulai menghubungi seseorang. Agak menjauh, Shafa hanya memperhatikan dengan sesekali melihat ke arah ibu dan bapak nya di lobby Rumah Sakit.

"Oke..thanks bro" Faiz menutup telponnya dan menghampiri Shafa "ikut gue aja..ada tempat di RS lain yang bisa nampung bapak kamu" ucapnya pada Shafa yang langsung tersenyum cerah. Namun tidak berlangsung lama, senyum itu tergantikan dengan rasa khawatir.

"tapi aku lagi gak pegang uang banyak kak..ini aja pake kartu berobat ini" Shafa menunjukan kartu pengobatan bapaknya.

"tenang aja. Aman ko. Kamu tadi kesini naik apa? Kalau gak ada kendaraan, pake mobil gue aja. Yuk.." ajaknya pada Shafa lalu menghampiri ibu serta bapak Shafa.

Tidak lama berselang, mereka sampai di rumah sakit yang di rekomendasikan oleh Faiz. Bapak Shafa langsung ditangani dan masuk ruang rawat inap. Faiz tetap menunggui sampai berkas administrasi selesai ditangani.

"kak, makasih banyak ya. Kalau gak ada kak Faiz, aku gak tau harus minta tolong ke siapa. Hmmm ini.." Shafa menyodorkan hp nya. barang satu satunya yang ia punya. "aku cuma punya ini. Tolong simpan dulu, sebagai jaminan biaya administrasi tadi. ntar kalau udah punya uang, aku ambil lagi HP nya dan ganti uang kakak." pinta Shafa.

Shafa sudah memikirkan barang apa yang bisa ia kasih sebagai jaminan biaya bapaknya. hanya hp satu satunya barang berharga yang ia punya. Kalaupun mau mencari kerja, ia bisa memakai hp ibunya, walaupun hp jadul, tapi setidaknya masih bisa digunakan untuk komunikasi. Tidak mungkin ia hanya berterimakasih tanpa menjaminkan apapun, karena bagaimanapun ia dan Faiz belum terlalu kenal.

"hp kamu? ntar kamu kalau ada perlu gimana? Penting lho ini buat komunikasi." tanya Faiz sambil memegang hp Shafa

"gapapa, aku masih bisa pake punya ibu."

Faiz menimbang nimbang dengan alis mengerut, lalu tersenyum "gak usah Shafa, tenang aja. gue ikhlas bantu kamu." membawa telapak tangan Shafa untuk mengembalikan hp nya, Shafa ragu menerima.

"tapi kak..masalahnya kita kan baru kenal. Gak enak kalau gak ngasih apa apa"

"hmm gini aja.. gimana kalau kamu kerja di cafe gue. kebetulan ada posisi waitress yang kosong. kamu bisa nempatin..hm?"

"beneran kak?" tanya Shafa antusias

Faiz mengangguk 2x dan tersenyum dan dibalas senyum cerah Shafa. "boleh banget. sekali lagi makasih banget ya kak."

"yaudah besok ke cafe gue ya..ntar gue kirim alamatnya. Sekarang gue pamit dulu, udah mau subuh juga." pamit Faiz.

Shafa mengantar Faiz sampai lobi rumah sakit. Sebelum kembali ke kamar rawat inap, ia mengaktifkan kembali hp nya yang sedari tadi ia nonaktifkan dan kartunya pun ia kantongi. Tak berselang lama muncul notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari Juna. Ia membalas pesan Juna yang menanyakan perihal panggilannya mlm tadi, namun tak berharap akan dibalas karena waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi. Tak berselang lama Juna balik menelpon Shafa

"halo Jun..gak tidur? sorry ganggu tadi"

"gak kok..ada apa tadi nelpon? sorry gue udh tidur tadi, ini baru kebangun"

"bapak masuk rumah sakit. Tadinya mau minta tolong, cuma sekarang udah beres kok"

"rumah sakit mana? Gue kesana sekarang"

"Harapan Bunda. Gak usah sekarang, besok pagi aja. Tidur lagi sana. Masih malam lho, lumayan masih ada waktu buat tidur" balas Shafa yang tidak mau mengganggu waktu istirahat temannya.

Sambungan telpon berakhir, Shafa berniat tidur di kamar rawat bapaknya. Ia baru sadar hanya memakai celana pendek dan sweater rajut seadanya. Hembusan angin di luar membuatnya cepat cepat kembali ke ruangan. Masih ada waktu untuk setidaknya menyandarkan badan dari keterkejutan tengah malam tadi yang membuatnya terasa lelah.

1
partini
ga usah nangis be strong move on jangan pernah terlihat menyedihkan di depan orang yg ada di hatimu kalau bisa pergi jauh dulu
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya
CantStopWontstop
Terhibur banget!
Rukawasfound
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Anthea
Meleleh sudah air mata menunggu update terbaru, thor~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!