Follow Instagram: maulyy_05
karena sering dapat peringkat satu di sekolah membuat Mesya Fiola Hervandez membenci Luziana Afriani. Sosok gadis berhijab dengan sifatnya periang.
Hingga suatu ketika Luziana di jodohkan dengan kakaknya Meysa Bernama Reynaldi dirgantara Hervandez, yang berkerja sebagai tentara Berpangkat jenderal.
Perjodohan Luziana dengan Reynaldy. Membuat Meysa tidak menyetujui kakak tercintanya harus menikah dengan musuhnya. Namun apa boleh buat, ia tidak bisa membatalkan perjodohan kakak nya. Karena orang tua Luziana dengan Meysa dulu teman akrab mereka ingin sekali anak mereka dijodohkan.
Di balik itu semua Renaldi Dirgantara Hervandez, harus pergi menjalankan misi. Ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan pernah menyentuh istrinya Luziana Afriani. Karena ia tahu itu hanya akal-akalan orang tuanya agar dia tidak ikut pergi menjalankan misi sebagai tentara dan akan mungkin mengakhiri Status nya menjadi seorang tentara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mauly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adik ipar Vs kakak ipar
"Gak papa ni kita bertanding voli di pas jam pelajaran," Tutur Luziana, dia takut mereka bakal akan kenak hukuman jika bertanding di pas jam pelajaran. Apalagi jam olahraganya sudah habis.
"Gak papa. Gausah di pikirin. Lagipun gurunya gak masuk gara-gara telah di kelabui sama Nico." Ujar jihan. Walaupun mereka kelas inti tetap aja di kelas 11 MIPA satu itu kelakuannya juga bandel. Biasanya anak kelas 11 MIPA satu itu anaknya pintar-pintar, rajin, sopan santun sama guru. Tapi beda dengan kelas 11 ini, yang sikapnya sangat lumayan bandel. Pas lagi jam pelajaran bisa-bisanya mereka ke kantin.
Yang tadi menatap Luziana kini Jihan pun beralih menatap dua cowok di depannya. "Kalian pilih apa gambar koin kepala Garuda atau gambar koin 500" Tanyak Jihan sembari memperlihatkan bentuk gambar koinnya.
"Gue Garuda"
"Garuda"
Mereka berdua menyahutnya dengan kompak. Langit dan Vian saling pandang sejenak, mendengar yang mereka pilih sama. Dengan segera meraka memutuskan menatap ke arah lain.
Jihan yang berdiri di antara, di tengah dua cowok. Mengeryitkan dahinya heran. "Gak boleh pilih sama. Pilihnya harus beda. Jadi kalian berdua mau pilih yang mana tapi gak boleh sama" Ujar Jihan dengan penuh penekanan.
"Koin gambar Garuda atau koin gambar 500" Sambungnya lagi. Salah satu dari mereka tidak bersuara. Kayaknya dari mereka berdua tidak ada mau mengalah pilih gambar koinnya.
Hening beberapa menit. Vian pun mengalah saja memilih gambar koin 500. Daripada mereka berdiri gajelas di situ. Dan hanya membuang-buang waktu.
Jihan pun melambungkan koin itu keatas dan menangkapnya. Baik dari Vian dan Langit hanya menatap datar koin itu yang berada tangan Jihan yang sudah di lambung ke atas. Jihan pun membuka tangannya yang menutup koin tersebut.
Hasil gambarnya adalah Koin gambar 500. Dengan jelas Jihan memperlihatkan gambar koin itu kepada dua cowok itu.
"Jadi tahukan bolanya harus berada tim siapa?." Ucapnya. Tanpa menjawabnya, mereka berdua langsung kembali berdiri di tempat tim masing-masing.
"Tim siapa yang pertama ituin bolanya." Tanyak Meysa Seraya bersedekap dada. Langit yang berdiri di samping sepupunya itu menoleh kesamping mendengar pertanyaan dari cewek itu.
"Tim Vian." Balasnya dengan datar. Meysa tidak menanyakan hal apapun lagi mereka berdua hanya diam dan fokus menatap lawan. Meysa menatap lawan volinya dengan tangan sengit.
Servis pertama jatuh pada Luziana. Luziana memengang bola voli yang berada di tangannya. Para murid Tribune mulai kembali bersorak heboh kembali.
Sedari tadi perempuan itu hanya diam dengan di tangannya memegang bola voli. Tim Luziana menatap temannya yang satu ini dengan bingung. Kenapa perempuan itu belum servis-servis juga. Dan hanya diam berdiri di situ.
"Servis bolanya Prik jangan di lihatin aja bolanya" Ucap Lisa yang berdiri di belakang perempuan itu. Luziana mendengar penuturan temannya, seketika menoleh kebelakang.
"Heih, Ini cara servisnya gimana sih. Aku gak tahu." Seketika temannya Luziana melongok heran pada perempuan itu. Tadi dengan entengnya terima pertandingan. Sekarang pas di lapangan cara servis aja gak tau.
"Tadi Lo dengan entengnya terima tantangan. Tapi pas bertanding cara servis aja gak tau," Ucap Lisa dongkol. Lisa berjalan dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi mendekati Luziana dan seraya pura-pura melayangkan pukulan pada perempuan itu. Luziana hanya cengengesan melihat gumpalan tangan melayang di atas udara yang sedang mengarah padanya.
"Maaf mbak dukun" Balas Luziana seraya mengatup tangganya.
"Pala otak kau minta maaf" Ucap Lisa emosi.
"Udah-udah jangan berantem kalian berdua" Ucap Vian menengahi mereka berdua. Lisa pun kembali pada formasinya. Vian pun mengasih tau bagaimana cara servis. Luziana pun mengangguk paham mendengar penjelasan Vian.
"Dah tentu kalah dah tim kita" Ucap Lisa dengan suara sedikit di besarkan. Anita dan Karina menatap temannya satu itu. Dan hanya mengehela nafas panjang. Anita yang di samping Lisa menepuk pundak cewek itu pelan.
"Yang sabar" Ucap Anita seraya terkekeh kecil.
Lisa mendengus kesal mendengar perkataan Anita.
Luziana yang sudah tahu caranya segera memukul bola itu. Bola voli itu pun melambung ke atas sangat tinggi. Membuat orangnya menatap takjub dengan cara Luziana memukul bola voli itu sampai melambung sangat lumayan tinggi. Sayangnya rasa takjub itu hanya sementara. Di ganti dengan gelakan tawaan orang yang menonton. Karena bola voli itu tidak melewati net dan jatuh pada tempat tim mereka.
Luziana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, yang berbalut dengan jilbab.
Meysa yang melihat cara main mereka mencebik kesal. "Kalian ngerti main gak sih. Dasar tim kalian lemah" Cibir Meysa seraya tertawa remeh.
Membuat luziana mengepal tangannya kuat. Ia pun segera melakukan servis kembali lagi. Karena lengah bola itu berhasil mendarat di tempat tim meysa.
"Poin satu untuk tim Luziana."
Lisa dan Luziana berteriak kegirangan. Tim mereka berhasil mendapatkan satu poin. Membuat Karina dan Anita mengeleng kepalanya pelan melihat tingkah mereka. Meskipun baru dapat satu poin mereka senang minta ampun. Sedangkan tim meysa juga dapat satu poin. Karena bola voli yang di servis pertama oleh Luziana jatuh pada wilayah tim dia sendiri. Jadi tim lawan mendapatkan poin.
"Hebat banget lo Luziana" Puji Lisa seraya tersenyum lebar.
"Siapa dulu dong," balas Luziana membanggakan dirinya.
Sementara Meysa menjadi kesal melihatnya. "Gimana sih kalian mainnya" Ucap Meysa berkacak pinggang. Riri dan langit mengangkatnya bahunya acuh tak acuh. Mereka aja tadi belum sadar kalau tim lawan sudah kembali memukul bolanya kembali.
Permainan pun terus berlanjut poin demi poin mereka kejar. Biasanya permainan voli itu beranggota enam orang. Tapi mereka berjumlah orangnya beda dengan peraturan permainan voli. Sangat melawan hukum peraturan permainan voli.
Vian dapat giliran servis, cowok itu segera memukul bolanya. Dengan cepat Langit memukul balik bolanya dengan gaya smash. Tim Luziana pun tidak mampu menahan bolanya. Dan bola itu jatuh sempurna di wilayah mereka. Satu poin pun di peroleh tim Meysa.
Para penonton pun berteriak heboh tim Meysa.
"Huu... Tim kalian bakal kalah jadi nyerah aja. Kalian kan lemah gak bisa saingi tim kami yang hebat-hebat ini," Cibir Riri sembari menjulurkan lidahnya. Tim Luziana melihat cibiran Riri menatap cewek itu dengan dongkol.
"Aduuh capek haus lagi. Dahlah gue nyerah aja tim kita bakal kalah dah" Ngeluh Lisa. Lisa sangat sudah putus asa sekarang, dia ingin segera mengakhiri pertandingan ini. Apalagi poin tim Meysa sangat tinggi daripada poin mereka yang masih bawahan. Begitu juga Anita yang gak kalah capeknya. Padahal mereka dari tadi hanya berdiri diam di situ. Cuman Karina, Luziana, Vian yang mengasih umpan balik pada lawan. Orang ni dua cuman baru beberapa kali aja dah capek.
"Jangan nyerah, ayoo semangat-semangat" Ucap Luziana menyemangati timnya. Dengan terpaksa mereka berdua mengulas senyum. Dan berdiri tegak kembali yang tadi sempat duduk di lantai lapangan.
Para penonton pun bersorak memberikan semangat pada tim Luziana. "Tim kak Prik ayoo semangat kalian pasti bisa" Teriak para penonton yang mendukung Luziana.
Luziana mendengarnya di panggil Prik langsung emosi. "Aku gak Prik tau.." Teriak Luziana berkacak pinggang.
"Luziana kayaknya Lo emang cocok di panggil Prik deh" Celetuk Lisa. Seketika Luziana menoleh kebelakang dan menatap temannya itu tajam. Karina di situ pun segera menengahi mereka.
Permainan pun terus berlanjut. Sekarang waktunya dikit lagi segera berakhir. Tetap saja tim Luziana tidak bisa menyaingi tim Meysa.
Semua tim Luziana sudah sangat ngos-ngosan dan tentu sangat lelah. Sementara tim Meysa terlihat biasa-biasa saja. Dan kayak masih bersemangat untuk main. Mereka sebenarnya gak terlalu hebat kalau gak ada Langit. Cowok itu lah yang bikin susah mereka untuk menang.
"Kalian dah kalah Huu.. dasar lemah wlee..." Ledek Riri sembari mengacungkan jempolnya kemudian ke arah kebawah. Cewek satu itu tidak ada henti-hentinya meledek tim Luziana. Membuat mereka yang mendengarnya jadi muak.
Luziana yang hilang kesabaran. Menyepak bola voli itu. Sayangnya bola itu mengenai Langit. Langit menoleh siapa pelaku yang menendang voli mengenai dirinya.
Cowok itu meringis pelan sakit pada kepalanya akibat tendangan voli itu mengenai kepalanya. Meysa yang melihatnya tersenyum sinis.
Riri yang berada samping cowok itu hanya menutup mulutnya dengan tangannya. Beraninya Luziana menendang bola voli itu mengenai cowok paling bandel di sekolah ini.
"Ck' lemah." Setelah mengatakan itu untuk Langit. Meysa langsung berlalu dari tempat itu juga. Langit yang gak terima dirinya di hina. Melempar bola itu kearah Meysa.
Sang empunya terasa sakit di bagian belakang kepalanya. Dia pun menoleh melihat siapa penyebabnya. Cowok itu tersenyum miring. Mampu membuat kaum hawa berteriak histeris melihat senyuman cowok itu.
"Sakit" Ucap langit menaikan alisnya. Langit sengaja melemparkan bola itu kearah Meysa biar dia tahu betapa sakit terkena lemparan bola itu, jadi jangan seenaknya bilang orang lemah. Meysa yang jadi pusat perhatian dia segera berlenggang pergi dengan perasaan dongkol. Luziana yang pelakunya hanya menyengir lebar. Menendang salah sasaran.
Pertandingan voli pun antar kakak ipar Vs adik ipar pun berakhir dan di menangkan oleh tim Meysa, si adik ipar. Mereka pun semua bertepuk tangan heboh. Tim Luziana yang sudah capek berlenggang pergi dari tempat itu juga. Menghindari hinaan dari para penonton. Mereka pun menuju ke kedai. Karena sekarang waktunya sudah istirahat.
ini si ray lg...coba buka hati mu sedikit utk istri mu...sibuk nak mikir tugas dn hamidun aja...😡
suami nya juga..gk bs tegas..dgn akhlak minus adek nya...terlalu d manja siih...😡
cb kau selidiki gmn adek mu d sekolah ..jgn terlalu percaya omongan busuk adek mu itu...😏😏😏
lebih baik luziyana kepas dr suaminya dr pada hidup menderita