Aku Ayu Wulandari, putri tunggal ibu Sarah dan pak Harto, terlahir dari keluarga tak mampu membuat diri ku harus menjadi jaminan hutang orang tua ku.
di usia ku masih lima belas tahun ayah ku kecelakaan saat dia berangkat bekerja sebagai kuli bangunan,
karena musibah itu ibu ku berhutang kepada pak Yasir juragan ikan kaya raya di kampung sebelah.
karena hutang itu aku menikah dengan Farhan Yasir Maulana, putra tunggal pak Yasir yang sekaligus teman SMA ku dulu.
dia adalah laki-laki tampan dan berasal dari keluarga kaya raya hingga dirinya di sukai banyak wanita di sekolah ku.
meski dia adalah laki-laki kaya raya dan juga tampan tidak membuat ku jatuh hati kepadanya.
bagaimana kisah rumah tangga ku? dengan suami yang tidak aku cintai dan sangat aku benci............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
2 bulan berlalu........ kini Farhan sudah mengetahui kehamilan ku, tapi dia tak tau, anak siapa yang sedang aku kandung. berat bagi ku, menyembunyikan kebenaran dari suami ku. namun aku tak bisa berkata jujur, tentang siapa ayah dari anak yang aku kandung.
Aku tak ingin, rumah tangga ku hancur, disaat Farhan yang sudah mulai menerima ku sebagai istrinya. rasa takut yang sedang aku rasakan, membuat ku merasa gelisah, aku tak tau harus berbuat apa nanti, jika suami ku tau. kalau ayahnya sudah meniduri aku.
"sayang, aku berangkat kerja dulu"
"iya, hati-hati"
Setelah Farhan berangkat ke kantor, aku menemui Tante Ida. aku ingin membantu dia, untuk menghilangkan rasa gelisah ku. berdiam diri di kamar, membuat ku merasa suntuk dan stres, memikirkan tentang apa yang harus aku lakukan, ketika nanti Farhan tau, ayah dari anak yang aku kandung.
Di usia pernikahan yang belum menginjak 1 tahun, aku sudah di landa masalah sebesar ini. aku merasa tak sanggup menjalani hidup yang penuh akan dosa ini. rasanya aku ingin mengatakan hal yang sebenarnya kepada ibu ku, tapi aku takut, ayah mertua melakukan hal yang tidak aku inginkan.
Aku mengingat, akan ancaman yang pernah ayah mertua ku katakan. laki-laki tua itu sangat kejam, dia telah menghancurkan kehidupan ku. dia sudah merenggut kehormatan, yang semestinya anaknya dapatkan. hanya karna nafsu ingin mempunyai seorang cucu, dia rela meniduri menantunya.
Ini semua terjadi hanya karna keluguan ku, anda saja aku menjadi wanita pemberani, pasti ini semua tidak akan terjadi. aku terlalu polos, menerima perlakuan buruk dari ayah mertua ku. ini sebuah pelajaran yang sangat berharga, untuk mengubah sikap polos ku ini, agar tidak mengulangi kesalahan yang pernah aku lakukan.
"eyyy... kamu sedang mikirin apa sih" cetus Tante Ida, yang membuat ku terkejut
"aa, tidak.... aku tidak memikirkan apa-apa"
"hmmm.... kalau kamu tidak memikirkan apa-apa, kenapa kamu diam saja dari tadi"
"em... lagian Tante juga diam, aku jadi ikutan diam"
"oh ya yu, apa kamu mau ikut Tante nanti sore?"
"kemana?" aku balik bertanya
"Tante, mau pergi ke rumah mertua Tante. karna disana ada acara"
'boleh Tante.. lagian, aku bosan jika berdiam diri di kamar terus"
"iya udah, nanti sore kita pergi, oh ya, Tante mau izin dulu sama suami dan juga ayah mertua mu"
"iya Tante"
Jam menunjukan pukul 12 siang, setelah aku membantu Tante Ida membereskan pekerjaan rumah. aku pergi keluar duduk di ayunan, merenungi nasib ku yang penuh akan cobaan. di ayunan, aku melamun seraya mengelus perut ku yang sudah membuncit.
Aku berharap ketika anak ini lahir, ayah mertua tak mengatakan kalau anak ini, adalah anaknya. karna jika ayah mertua ku mengatakan hal yang sebenarnya, Farhan pasti akan sangat marah kepadaku. tapi apakah ayah berani mengatakan itu kepada anaknya, apa ayah mertua tak takut di benci oleh anaknya. entah lah yang pasti, aku masih ragu, dan masih merasa takut.
Di tengah lamunan ku, tiba-tiba Tante Ida datang membawa satu gelas susu hangat untuk ku.
"ekhem.. astaga ayu, kamu ini, dari tadi pagi Tante liat kamu. melamunnnn terus, apa sih yang sedang kamu lamunin" tanya Tante Ida yang membuat ku terkejut
"aaa.. ih tante, kebiasaan Tante bikin aku kaget"
"lagian, kamu melamun terus. ini minum, jaga kesehatan anak mu, jangan terlalu memikirkan apa-apa, gak baik untuk kesehatan calon anak mu"
"iya Tante"
Aku meminum susu yang di bawakan oleh Tante Ida, aku berpikir, yang dikatakan Tante Ida ada benarnya. tidak sebaiknya aku terlalu memikirkan sesuatu yang belum terjadi, hal yang membuat ku stres. agar calon anak ku, lahir dengan kondisi yang sehat.
Di halaman rumah, di atas ayunan. aku dan Tante Ida berbincang, bercerita, untuk menghabiskan waktu luang kami. aku meminta saran kepada Tante Ida, tentang masalah yang sedang aku jalani. aku percaya, setiap masalah yang aku hadapi, akan terasa ringan, jika di beri saran oleh Tante Ida ku.
"Tante, aku pernah dengar cerita seseorang, yang di hamili oleh ayah mertuanya. menurut Tante, itu yang salah siapa, ayah mertuanya apa menantunya?" tanya ku
"astaga, kenapa sih kamu terlalu memikirkan masalah orang yu. lagian kalau memang benar itu, kita tak perlu ikut campur"
"mmm, gimana ya... maksud aku gini, kan kita sebagai perempuan yang sudah menikah, tentu akan sangat penting bagi ku mengetahui itu semua. agar aku tidak mengalami hal yang sama seperti yang dialami orang itu"
"jadi?... kamu mau bertanya, tentang siapa yang salah dan benar begitu"
"iya"
"pertanyaan kamu itu membuat Tante pengen ketawa, lagian siapa sih orang itu. yang di hamili oleh mertuanya, itu orang terlalu bodoh, kenapa dia tak melawan ketika dia di lecehkan. meskipun dia adalah mertuanya, ingat yu, kita sebagai seorang istri, punya hak di rumah suami kita. jika kita merasa di perlakukan tidak baik di rumah suami kita, kita bisa melawan, apalagi perlakuan seperti itu, di hamili oleh mertuanya. sudah seperti film² saja"
Mendengar kata-kata Tante Ida, membuat ku merasa telah menjadi wanita bodoh. aku bingung, kenapa aku tak berpikir seperti Tante Ida. harusnya waktu itu aku melawan, agar ayah mertua tak menodai kehormatan ku.
Seandainya waktu itu aku melawan, pasti sekarang aku tak akan di hadapi, oleh masalah yang sebesar ini. mengandung benih dari ayah mertua ku, membuat hidupku terasa hancur. aku merasa gelisah, cemas, dan tak tau harus berbuat apa nanti.
"ekhem.... yu, kamu kok bengong"
"aaa... gak, aku hanya menghayati perkataan Tante saja"
"menghayati?... apa yang harus di hayati ayu...... lagian itu masalah orang bukan masalah kamu kan?" tanya Tante Ida
"aa.. iya, itu masalah orang, tapi kan. bisa kita buat jadi pelajaran" ungkap ku dengan senyuman palsu
"sudahlah... mulai sekarang, jangan terlalu memikirkan hal yang membuat kamu stres, agar anak kamu lahir dengan kondisi sehat"
"iya Tante"
Saking asiknya kami berdua berbincang, kami sampai tak sadar, kalau hari sudah mau sore. aku dan Tante Ida pergi mandi, karna kamu akan pergi ke acara di rumah mertua Tante Ida. jam menunjukan pukul 3 sore, aku menunggu Farhan pulang terlebih dahulu, agar nanti dia tak cemas mencari ku.
"apa kamu sudah izin sama ayah mertua kamu?" tanya Tante Ida
"belum, nanti saja. aku mau tunggu Farhan pulang dulu, biar sekalian aku pamitan"
"iya udah, kalau gitu Tante mau siapkan makanan, untuk suami dan juga ayah mertua mu"
"mau aku bantu?" tanya ku
"tidak usah, kamu istirahat saja" jawab Tante Ida yang beranjak kembali ke dapur
Jadi, penulisan yg benar adlh Farhan bin Abdul Yasir.