NovelToon NovelToon
PENANTIAN CINTA HALAL

PENANTIAN CINTA HALAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Aila Rusli tumbuh dalam keluarga pesantren yang penuh kasih dan ilmu agama. Diam-diam, ia menyimpan cinta kepada Abian Respati, putra bungsu Abah Hasan, ayah angkatnya sendiri. Namun cinta mereka tak berjalan mudah. Ketika batas dilanggar, Abah Hasan mengambil keputusan besar, mengirim Abian ke Kairo, demi menjaga kehormatan dan masa depan mereka.

Bertahun-tahun kemudian, Abian kembali untuk menunaikan janji suci, menikahi Aila. Tapi di balik rencana pernikahan itu, ada rahasia yang mengintai, mengancam ketenangan cinta yang selama ini dibangun dalam doa dan ketulusan.

Apakah cinta yang tumbuh dalam kesucian mampu bertahan saat rahasia masa lalu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PENANTIAN CINTA HALAL

Senja sudah lama tenggelam. Di teras samping ndalem pesantren, angin malam membawa keheningan yang mencekam. Bayu duduk di kursi kayu tua, menunduk dengan wajah tanpa ekspresi, khas dirinya.

Tak lama, Aila datang, matanya sembab, suaranya lirih.

“Mas Bayu… Umi bilang… kita akan menikah…”

Bayu menoleh. Tatapannya tenang, tapi tajam.

“Iya.”

“Tapi… kenapa Mas Bayu tidak menolak? Kenapa bukan Mas Bayu yang bilang tidak?” suara Aila mulai gemetar.

“Karena ini bukan tentang aku… bukan tentang kamu juga. Ini soal nama baik Romo dan Umi. Juga tentang kehormatanmu sendiri, Aila.” Bayu menjawab datar, tapi kalimatnya mengiris.

Aila menggigit bibirnya.

“Tapi… aku tidak mencintai Mas Bayu... Aku bahkan belum bisa menyembuhkan diri dari perasaan ini… dari pengkhianatan itu... Bagaimana aku bisa jadi istri yang baik kalau hatiku kosong?”

Bayu menatap langit sebentar. Lalu menoleh pada Aila.

“Pernikahan yang dimulai karena cinta pun banyak yang gagal, Aila. Tapi pernikahan yang dibangun karena tanggung jawab dan niat lurus insyaAllah akan Allah jaga.”

Aila mulai menangis pelan.

“Aku penyebab semuanya, Mas... Kalau aku tak terlalu berharap… kalau aku tak terlalu bahagia pasti semua ini gak terjadi.”

Bayu diam. Tapi suaranya terdengar lebih pelan, walau tetap tegas.

“Berhenti menyalahkan diri sendiri. Bukan kamu penyebabnya. Abian yang menyembunyikan semuanya. Kamu korban.”

“Tapi… kenapa harus Mas Bayu? Bukankah Mas sudah punya Mbak Zela… dan anak yang sebentar lagi lahir?”

Bayu menarik napas panjang.

“Aku tidak menginginkan, keadaan ini juga, Aila. Tapi aku akan bertanggung jawab, demi nama keluarga, demi kehormatan Umi, Romo, dan kamu sendiri. Selama kita menjaga batas, Allah akan menjaga kita.”

Aila menunduk, menangis lebih keras. Tangannya mengepal di pangkuan.

“Aku takut, Mas… Takut hidup dengan orang yang tak mencintaiku… dan yang aku pun tak tahu... apakah hatiku bisa menerimamu…”

Bayu menatap lurus, kemudian berkata tenang.

“Aku tidak menuntut cintamu, Aila. Aku hanya minta, kita jalani ini dengan niat yang benar. Kalau Allah ridha, cinta bisa tumbuh… Tapi kalau tidak, setidaknya kita tetap saling menjaga... tanpa menghinakan.”

Aila menatapnya... dan kali ini, tak ada penolakan dalam matanya, hanya luka dan rasa kehilangan yang belum pulih. Ia pun mengangguk pelan, masih dalam tangis.

“Baik, Mas... Jika ini takdir kita... aku siap, meski aku tak memiliki rasa pada Mas Bayu…”

Bayu hanya menunduk dalam diam. Tak ada rasa menang, tak ada bahagia. Hanya satu tekad, menjaga nama baik keluarganya… dan menjaga hati seorang gadis yang sedang patah.

Dan malam itu... mereka kembali masuk ke rumah dengan langkah berat, menunggu eaktu yang tak mereka rancang, tapi harus mereka jalani.

Langit pagi itu diselimuti mendung lembut, seolah ikut menahan terik yang biasa menyengat halaman pondok. Di sebuah kamar tamu di ndalem, Aila duduk termenung di tepi tempat tidur. Raut wajahnya masih lelah oleh tangis semalam. Gaun akad berwarna krem lembut telah tergantung di balik pintu, namun hatinya masih tertambat di keraguan.

Pintu kamar diketuk pelan.

“Assalamualaikum, Aila…”

Suara lembut namun terdengar tenang di balik pintu.

Aila segera berdiri dan membuka pintu. Di hadapannya berdiri Azela, perempuan yang telah lebih dulu menyandang nama "istri" dari Bayu. Mengenakan gamis hijau pastel dan jilbab pashmina senada, Azela tersenyum lembut. Wajahnya sedikit pucat karena kehamilan, namun sorot matanya teduh.

“Boleh masuk?”

“Silakan, Mbak…”

Mereka duduk berdua. Aila menunduk, kikuk. Namun Azela memecah keheningan dengan suara pelan.

“Aila… kamu cantik sekali hari ini.”

Puji Azela sembari merangkul bahu adik ipar yang sebentar lagi akan menjadi msfunya.

“Saya… saya masih merasa tak pantas, Mbak.”

Lirih Aila terbata.

“Aila…” Azela menggenggam tangannya, hangat, tegas.

“Rasa pantas itu bukan dari manusia, tapi dari Allah. Jika hari ini kamu dinikahkan, itu bukan kebetulan, itu pilihan-Nya.”

Aila mulai berkaca-kaca.

“Tapi saya takut, Mbak. Takut menyakiti Mbak Zela. Takut jadi perusak. Saya tak pernah mau jadi orang ketiga…”

Azela menggeleng, senyumannya tetap terjaga meski matanya ikut basah.

“Kamu bukan orang ketiga, Aila. Ini bukan tentang siapa datang duluan atau siapa yang lebih dicintai. Ini tentang siapa yang Allah takdirkan bersanding dalam satu jalan perjuangan. Dan aku… aku sudah ridha.”

Aila terisak.

“Tapi kenapa…? kenapa harus Mas Bayu..? Dan kenapa Mbak Zela bisa seikhlas itu? Bukankah sakit melihat suaminya menikah lagi…?”

Azela mengusap air matanya sendiri sebelum menjawab,

“Iya, sakit. Tapi rasa sakit itu jadi ringan saat kita tahu ini bukan tentang kita saja. Aku memulai pernikahan ini dengan banyak luka, dan Mas Bayu telah menutupinya dengan sabar dan kehormatan. Sekarang aku membalasnya... dengan doa, bukan kepemilikan.”

Azela menatap mata Aila dalam-dalam.

“Aku percaya Mas Bayu akan membimbingmu, sebagaimana ia membimbingku. Mungkin kamu belum mencintainya, tapi kamu akan mencintai bagaimana ia mencintai Allah. Dan itu cukup sebagai permulaan.”

Aila memeluk Azela erat, menangis lebih dalam.

“Terima kasih, Mbak… Saya akan berusaha jadi istri yang salihah… Saya akan jaga Mas Bayu sebaik mungkin…”

Azela membalas pelukan itu sambil berbisik,

“Aku juga akan terus mendoakanmu, Aila. Kita bukan musuh, kita saudara. Dan istri-istri yang salihah akan selalu saling menguatkan, bukan menjatuhkan.”

Mereka pun berpisah dengan peluk hangat dan air mata haru. Di luar, langit masih berawan... namun dalam hati mereka, mentari sudah mulai merekah.

HAY KAKAK, YUK TEMBUSKAN LIKE 100 NANTI AKU KASIH DOBEL UP 2 BAB, MAU...? YANG MAU KOMEN😁🤭🥰

1
Ita Putri
poor bayu
Ita Putri
jangan" hamil anak almarhum dr.kenzi
R I R I F A
lanjut aku suka cerita yg islami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!