New Happiness, Begins

"Terima kasih, Dokter Jenner. Tak bisa ku ungkapkan besarnya rasa terima kasih kami atas waktu yang kau habiskan untuk membantu perkembangan selama di sini."

Kendall menerima jabat tangan Harry. "Sama-sama. Setelah diajukan, kalian akan menerima persetujuan dalam waktu tiga puluh hari."

"Berarti kami tidak punya cukup waktu untuk melengkapi klinik... atau memperkerjakan staf."

"Khloe punya daftar peralatan dan persediaan obat dasar yang akan kalian butuhkan. Soal staf, aku akan membantu sebisanya, dari jauh." Kendall menyerahkan kontrak kerja yang tidak ditandatangani.

Harry mengangkat tangan. "Buang saja kalau kau sudah benar-benar memutuskan untuk pergi."

Kendall mengangguk. "Kau tahu kapan mobilku selesai diperbaiki?"

"Hmm... sayangnya tidak."

"Kau tahu apakah saluran bensin pengganti sudah datang?"

Harry tampak salah tingkah. "Hmm... tidak. David yang mengurus."

Kendall melipat tangan. "Mr. Booker, aku ingin pergi secepatnya. Aku butuh mobilku."

"Kau yakin tidak ada yang bisa kami lakukan untuk membuatmu berubah pikiran? Kau sudah melihat klinik itu?"

"Belum," Kendall mengakui. "Tapi aku tidak akan berubah pikiran."

Harry mengangguk. "Aku akan bicara dengan David. Kami akan memperbaiki mobilmu secepat mungkin."

Kendall tersenyum. "Ya, tolong. Setelah pengajuan itu selesai, aku tidak punya banyak kegiatan. Kecuali kalau adikmu menyuap pasien-pasien lain untukku."

Harry tertunduk dan terlihat malu.

"Aku tidak melihatnya beberapa hari terakhir ini," ucap Kendall tenang. "Bagaimana kakinya?"

Harry mengatupkan bibir. "Kurasa ia lebih terganggu daripada yang ia tunjukkan. Sudah kukatakan berkali-kali supaya ia banyak beristirahat."

"Mungkin kau akan merasa lebih tenang kalau kuberitahu. Ia pernah mengalami yang lebih parah dan tidak mau mendengarkan kata-kata dokter juga," kata Kendall. "Sepertinya adikmu memiliki sifat pemberontak."

"Memang. Tapi sifat itu berguna juga dalam hidupnya." Harry tersenyum lebar. "Dan sepertinya wanita suka."

Kendall melayangkan tatapan dingin ke arahnya.

"Hmm... tidak semua wanita," Harry cepat-cepat mengoreksi. "David memang seperti itu, tapi kalau sudah bertekad untuk melakukan sesuatu, ia pasti akan mewujudkan. Misalnya membangun kembali kota ini. Kalau sesuatu terjadi padaku besok, aku yakin David masih tetap akan bisa memenuhi tenggat pemerintah."

"Kau dan adikmu sepertinya sangat dekat." gumam Kendall. Kehangatan keluarga asing baginya.

"Dalam susah dan senang," kata Harry sambil tertawa kecil.

"Adikmu menunjukkan tempat rumah kalian dulu."

Alis Harry terangkat. "David membawamu ke tanah keluarga kami?"

Kendall ragu-ragu, menyesali ucapannya. Harry jelas mencium sesuatu dalam tindakan sederhana itu. "Kurasa ia berusaha menghiburku. Tempat itu indah."

Harry mengangguk, tetapi memandang Kendall dengan tatapan aneh. "Kurasa lebih baik aku membiarkanmu kembali bekerja, Dokter Jenner."

Mereka berdua tahu ucapan tadi hanya lelucon, tapi Kendall mulai merasa kikuk dengan arah percakapan mereka, sehingga ia tidak membantah. Harry berterima kasih lagi kepadanya, lalu pergi.

Setelah pintu menutup, Kendall memikirkan komentar Harry tentang adiknya. David Booker berencana mengembangkan kota terpencil di pegunungan ini dan menghabiskan sisa hidup di sini... menikah di sini... membangun keluarga di sini. Menurut perkiraan jumlah penduduk dalam dokumen, keluarga Booker memiliki rencana besar untuk Happiness. Tapi yang bisa Kendall bayangkan hanya seperti hidup dalam akuarium, tempat semua orang tahu setiap gerakannya. Di mana ia harus berpartisipasi dalam kehidupan setiap orang dan membiarkan mereka melakukan hal yang sama sebagai balasan.

Tadinya Kendall siap melempar kontrak kerja itu ke tempat sampah, tapi lalu berubah pikiran dan memasukannya ke laci meja tulis.

Untuk dokter berikutnya yang datang.

Ia mondar mandir di ruang praktik, merasa terkurung, melawan desakan untuk berlari keluar dan berjalan ke arah jalan raya utama ke perbatasan antar negara. Ia tergoda untuk meminta salah satu wanita mengantarnya kembali ke Denville, tapi ia ingin pergi dari sana dengan cara setenang mungkin. Mereka semua sangat... suka memaksa, terus-menerus mengundangnya datang ke kamar setelah makan malam untuk mendengarkan musik dan bergunjing. Tapi Kendall merasa kedatangannya akan mengganggu, karena ia takut mereka ingin membicarakan tentang perpisahannya dengan sang mantan tunangan. Sekalipun mereka tidak bertanya, ia tahu mereka memikirkan hal seperti itu saat melihatnya. Mereka mengasihaninya.

Itu membuatnya ingin melindungi diri dan menjauhi mereka.

Kendall memijat pelipis dan batang hidung untuk mengurangi tekanan akibat alergi, yang sepertinya sudah bersarang di kepala. Alergi ini saja sudah cukup menjadi alasan untuk membuatnya kembali ke Virginia, musim dingin yang menggigit menghancurkan penyebab alergi yang merajalela dalam suhu panas dan mengeluarkan sebongkah permen hitam pemberian dari Kristofer, bukan karena percaya kemanjurannya, tetapi karena mengunyah sesuatu bisa mengurangi tekanan di telinga.

Lagi pula, ia mulai merindukan rasa cerinya yang tajam. Ia mengerang senang saat pintunya di gedor. Sebelum ia sempat merespon, pintu terbuka lebar. David Booker berdiri disana, dengan tubuh besar dan kruknya.

Keterkejutan Kendall saat melihat pria itu memicu kejengkelannya. Ia menelan permen di dalam mulut. "Kenapa repot-repot mengetuk, Mr. Booker, kalau kau bermaksud menerobos masuk."

"Maaf," sahut David sambil menyingkir untuk memberi jalan kepada pria-pria yang mengikutinya. "Ini darurat."

Saat itulah Kendall melihat darah di kemeja David. Ia segera bangkit. "Ada yang terluka?" Pikirannya langsung fokus ke hal-hal terpenting dalam penanganan trauma. Tapi saat mereka meletakkan pasien yang berdarah di ranjang dan menyingkir, Kendall tertegun.

"Itu... rusa."

David memberi isyarat pada pria-pria lain untuk pergi, lalu menatap. "Benar... anak rusa, tepatnya. Ia berlari ke jalan, melompat ke sisi traktor yang sedang aku kemudikan."

Kendall mengangkat tangan dengan ekspresi tak percaya. "Mr. Booker, aku bukan dokter hewan. Aku tidak tahu cara mengobati binatang, terutama yang liar."

David tampak terkejut. "Memangnya kenapa? Kaki yang patah sama saja. Masa kau tidak bisa memasanginya gips?"

"Dan memberinya kruk untuk digunakan sementara sampai kakinya sembuh? Ini tidak sama dengan mengobati manusia. Mirip pun tidak."

Wajah David jadi keruh. "Ayolah, Bu Dokter Kecil, pasti kau bisa melakukan sesuatu."

Ekspresi David meluluhkan hati Kendall. Ia mengalah dan maju untuk memeriksa keadaan rusa. Dada berbulu hewan itu naik turun dengan gemetar, tetapi rusa itu tidak membuka mata. Kendall manarik stetoskop dari saku jas dan meletakkannya dengan lembut di dada rusa. Bulu hewan itu lebat dan halus, suhu badannya hangat... lebih hangat daripada suhu manusia yang seingat Kendall, normal untuk banyak makhluk. Denyut jantungnya cepat, tapi lemah, dan peru-parunya terdengar normal.

Kendall mengerutkan kening. Hanya sejauh itu yang ia tahu.

Mata rusa itu terbuka, berputar liar, lalu hewan itu berusaha berdiri. Kruk David jatuh saat ia bergegas maju untuk memegangi. Ia membelai leher rusa dan mengeluarkan suara-suara menenangkan sehingga binatang itu jadi tenang. Kendall ingat adegan di menara saat David memegangi bluebird. Pria itu pandai menangani binatang liar.

...****************...