Seruni adalah seorang gadis tuna wicara yang harus menghadapi kerasnya hidup. Sejak lahir, keberadaannya sudah ditolak kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sederhana. Tak ada yang mau mengadopsinya.
Seruni tumbuh menjadi gadis cantik namun akibat kelalaiannya, panti asuhan tempatnya tinggal terbakar. Seruni harus berjuang hidup meski hidup terus mengujinya. Akankah ada yang sungguh mencintai Seruni?
"Aku memang tak bisa bersuara, namun aku bisa membuat dunia bersuara untukku." - Seruni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyonya Anita
Seruni
Aku sangat terkejut, ternyata Nyonya cantik yang mengemudikan mobil menyadari kalau aku menumpang di dalam mobilnya. Aku katupkan kedua tanganku sambil menatapnya dengan tatapan penuh Iba. "Hmmp! Hmmp!"
Seakan baru menyadari kalau aku tidak seperti dengan orang lain, Nyonya cantik tersebut menurunkan nada suaranya. Dia menepikan mobilnya lalu kembali mengajakku berbicara. "Kamu siapa? Kenapa kamu bisa ada di dalam mobilku?"
Aku merogoh saku dress milik Putri lalu mengeluarkan kertas kecil dan pulpen yang selalu aku bawa kemana-mana. Kutuliskan apa yang mau kukatakan. "Maafkan aku, Bu. Tolong bawa aku keluar dari gedung ini. Aku mohon bantu aku!"
Nyonya cantik tersebut memanjangkan lehernya dan melihat ke arah belakang. Aku ikut mengintip, para Bodyguard yang tadi mencariku kini berlari dan sudah di luar gedung. Jarak mereka semakin dekat dengan mobil tempat aku bersembunyi. Jantungku bertalu semakin kencang. Apakah Nyonya cantik ini akan menolongku ataukah malah membuka pintu dan memberitahu kalau aku ada di dalam mobil? Ya Allah ... tolong aku! Bukakan pintu hati Nyonya cantik ini agar mau menolongku, aku mohon dengan sangat ....
Tak kusangka Nyonya cantik itu berbalik badan lalu kembali melajukan mobilnya meninggalkan gedung terkutuk tersebut. Aku bisa bernapas lega sekarang. Setelah dirasa sudah jauh dari gedung terkutuk itu, Nyonya cantik itu kembali menepikan mobilnya. Nyonya cantik itu berbalik badan dan kembali mengajakku berbicara namun kali ini dengan nada yang lebih lembut. "Siapa mereka? Kenapa mereka mengejarmu?"
Aku menggelengkan kepalaku dan mengangkat kedua bahuku. Aku memang tidak mengenal mereka. Kembali aku tuliskan apa yang ingin aku katakan. "Ada yang mengajakku bekerja di gedung tersebut tapi ternyata aku ditipu. Aku disuruh menemani bapak tua. Aku takut jadi aku pergi. Aku tak mau bekerja seperti itu. Aku mau bekerja yang halal, tak mau menjual diriku, dosa."
Nyonya cantik tersebut hanya geleng-geleng kepala membaca tulisanku. "Tega sekali yang sudah menipumu itu. Lalu kamu mau ke mana? Biar aku antar!" Baik hati sekali Nyonya cantik tersebut padaku. Sudah mau menolongku eh menawari mengantarku pula.
Sekarang aku yang bingung saat ditanya mau kemana. Aku sudah tak punya tempat tinggal. Rumah Ibu Pertiwi sudah habis di lahap si jago merah. Adik-adikku juga sudah tinggal di tempat donatur yang baru. Ibu Pertiwi bilang kalau beliau akan tinggal sementara di rumah saudaranya sampai beliau punya uang untuk membangun kembali Panti Asuhan miliknya dan itu pasti tidak dalam waktu dekat. Butuh banyak modal untuk membangun kembali rumah yang sudah rata dengan tanah. Aku kini tak punya tempat tinggal.
"Kenapa kamu diam saja? Kamu duduk dulu yang benar. Jangan bersembunyi lagi. Sudah aman kok." Nyonya cantik tersebut mengambil sebotol air mineral dan memberikannya padaku setelah aku duduk di kursi mobil mahal yang nyaman sekali. "Minumlah dulu! Wajah kamu begitu pucat dan tubuh kamu gemetar. Tenangkan diri kamu dulu."
Aku mengambil air mineral yang diberikan oleh Nyonya cantik tersebut lalu meminumnya. Beliau masih tetap menatapku dengan lekat dan kasihan. "Kamu masih muda sekali, bahkan kamu lebih muda daripada anakku. Kenapa kamu mau bekerja? Kamu tidak sekolah?"
Kembali aku menuliskan jawabanku di atas kertas. "Aku sudah putus sekolah, Bu. Aku harus bekerja karena sekarang aku tidak tinggal lagi di Panti Asuhan. Panti Asuhan tempatku tinggal mengalami kebakaran beberapa hari yang lalu. Aku harus menghidupi diriku sendiri mulai sekarang."
Nyonya cantik tersebut menatapku dengan tatapan iba. "Kasihan sekali kamu. Kamu masih muda dan sudah ditipu. Kamu juga harus bekerja keras untuk menghidupi dirimu. Oh ya, perkenalkan dulu, namaku Anita. Nama kamu siapa?"
Aku kembali menuliskan namaku di atas kertas. "Seruni? Bagus sekali nama kamu. Kamu mau tidak bekerja di rumahku? Kamu bisa menjadi pembantu dan mengurus rumahku. Apa kamu mau?"
Tanpa pikir panjang aku langsung mengangguk. Aku yakin sekali kalau Nyonya Anita adalah orang yang baik. Jika tidak, mana mungkin beliau mau menolongku keluar dari gedung terkutuk tersebut.
Nyonya Anita tersenyum senang melihat jawabanku. "Baiklah, ayo, kita langsung ke rumahku."
Aku membalas senyum Ibu Anita. Aku percaya padanya, aku yakin beliau adalah orang baik. Ibu Anita lalu membawaku ke sebuah rumah besar. Dari pagar depan rumah sampai ke dalam saja lumayan jauh jaraknya, sungguh Nyonya Anita adalah orang kaya sejati. Apakah Nyonya Anita keturunan ningrat seperti yang ada di film layar tancep yang sering aku tonton kalau ada acara hajatan?
Setelah memarkirkan mobilnya, Nyonya Anita mengajakku masuk ke dalam rumah. Aku mengikuti langkahnya dan masuk ke dalam sebuah rumah besar dimana ada sebuah patung harimau yang diawetkan di ruang tamunya. Aku sedikit takut namun Nyonya Anita malah tertawa melihat ekspresiku. "Tak apa. Dia tidak menggigit kok. Ayo, biar kukenalkan dengan putraku." Nyonya Anita mengajakku masuk lebih dalam lagi ke dalam rumahnya.
"Aku jarang berada di rumah ini. Aku tinggal di kota Y bersama suamiku. Hanya anakku yang tinggal di rumah ini. Kebetulan anakku sedang kuliah di kota ini. Nanti kamu awasi dan siapkan semua kebutuhannya. Kamu bersihkan rumah ini dan jangan lupa merawat bunga-bunga milikku yang ada di halaman belakang. Jangan sampai mereka mati ya!" pesan Nyonya Anita padaku.
Aku menganggukkan kepalaku mendengar perintahnya. Nyonya Anita lalu mengetuk sebuah kamar dan tak lama seorang laki-laki tampan keluar dari kamar tersebut dengan rambut yang berantakan. "Kenapa, Ma? Mama kok masih di sini? Bukannya tadi Mama mau pulang ya?" tanya anak Nyonya Anita dengan tidak sopan.
"Papa kamu tadi ada meeting dadakan jadi Mama drop di gedung tempat pertemuannya dan secara tidak sengaja Mama bertemu dengan Seruni," jawab Nyonya Anita dengan jujur.
Seakan baru menyadari keberadaanku, laki-laki itu pun bertanya siapa aku. "Siapa dia?" Tunjuk laki-laki tersebut dengan dagunya.
"Seruni. Dia yang akan bekerja di rumah ini. Kamu harus bersikap baik sama dia. Seruni ... dia tuna wicara. Mungkin kamu harus berbicara dengan bahasa isyarat dengannya. Mama tak bisa lama di rumah ini. Kamu ajari dia atau suruh Bu Surti saja yang ajari. Mama harus pulang sekarang sebelum hari semakin larut." Nyonya Anita lalu pergi setelah menyuruh anaknya mengajariku.
"Tolong jaga dia dan laporkan padaku kenakalannya, oke?" pesan Nyonya Anita padaku. Aku mengangguk dan menatap kepergian Nyonya Anita bersama putra tampannya.
Setelah Nyonya Anita pergi, secara tiba-tiba laki-laki tampan tersebut berbalik badan dan langsung mencengkeram wajahku. "Heh, kamu pura-pura bisu bukan? Ngaku deh! Dengar ya, kamu memang disuruh Mama mengawasiku tapi jangan harap kamu bisa melaporkan semua yang kulakukan di sini pada Mama. Kalau sampai kamu melakukan itu ... aku akan habisi kamu, mengerti?"
***
Fikiran mu Vi, terlalu menjurus....🤣
eh jd papa Dio dan mama Ayu...itu yg punya bisnis Ayu Furniture itu?...olala...😂😂😂