Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjual Mas Kawin
Dari mana aku bisa memecahkan masalah ini? Keterlaluan sekali Yarr aini, apa sih yang ia inginkan? Di pikirannya hanya ada uang dan uang, kepuasan diri semata.. – Ameera duduk terdiam di balkon kamarnya di temani rintik hujan yang sejak sore tadi mengguyur wilayahnya.
Lamunan Ameera membuat ia tidak menyadari kedatanagn Rumi kedalam kamar. Rumi berniat hanya ingin mandi usai dirinya melakukan aktivitas di luar rumah.
Sedang apa dia berdiri seorang diri disana? Apa dia sakit hati akan ucapanku pagi tadi?! Halah, masa bodo! – Rumi melanjutkan niatnya, mengambil pakaian semi formilnya dan bergegas untuk mandi.
*
Waktu untuk Makan malam pun tiba..
"Victor! Kemana Ameera? Kenapa di tidak turun dan makan?! Ingat ya, aku tidak ingin dia sakit dan membuat papa menaruh banyak kecurigaan padaku! Urus dia!" Perintahnya sambil menatap kesal Victor.
Dengan cepat Victor menuju kamar dimana Ameera berada, ia hendak mengetuknya namun ia menunda niat nya itu, ia mengintip sejenak sambil mendengar ucapan Ameera seorang diri. Dilihatnya Ameera tengah duduk sambil memandangi satu kotak perhiasan emas sambil bermonolog menghadap cermin.
"Berapa rupiah kalo aku menjualnya? Cukup gak ya untuk menutupi hutang Yarra yang mengatas namakan aku? Tapi apakah mahar boleh di jual?" Ucap nya.
"Hutang? Yarra?.. wah bos harus tau ini" ucapnya.
Victor kembali mendengar ucapan Ameera seorang diri.
"Uangku sisah tiga ratus ribu.. sementara total hutang yang Yarra pinjam ada empat puluh lima juta.. Kenapa banyak sekali kurangnya?
Kalo saja aku bisa bekerja dan bebas, aku akan bekerja untuk membayar hutang-hutang yang muncul secara ghaib"
Victor asik saja mengintip sambil mendengarkan Ameera berceloteh ini dan itu tanpa menydari di belakangnya kini ada Rumi yang tengah memperhatikannya sambil memasukan kedua tangannya di saki celananya.
"Ekheeemmmm" suara itu mengejutkan Victor
"S I A A P" Victor langsung bersikap siap dan hormat sambil menatap Rumi dengan tatapan terkejut.
"Apa yang kamu lakukan?" Kata Rumi pada Victor.
"Anu den, saya mendapatkan in---"
Ucapan Victor terthan..
"Ngapain kalian? Mengintip ya?" Kata Ameera yang datang karena suara Victor yang cukup lantang terdengar.
Rumi hanya diam seribu bahasa, ia sempt melirik sekilas ke arah Ameera.
Rapih sekali Mas Rumi, apa dia akan pergi lagi? Setiap malam dia selalu pergi, seperti tukang nasi goreng keliling saja. - ucap Ameera terkekeh dalam hatinya.
"Kenapa kalian diam? Apa yang kalian lakukan disini? Kalian mengintai ku? Dirumahpun kalian memata-mataiku" ucap Ameera sambil bertolak pingang.
Rumi menyungingkan bibirnya sambil menertawakan ucapan Ameera.
"Terlalu percaya diri, bercerminlah" Ucap rumi pelan sambil menampakkan telapak tangannya persis di hadapan wajah Ameera sambil ia beranjak menjauh pergi meninggalakan Ameera dan juga Victor.
"Pria gak ada hati, batu! Mirip seperti serpihan gunung meletus" kesal Ameera lalu ia masuk kedalam kamar itu sambil menutup pintu dengan cukup kencang.
Kala itu hanya Victor yang terkejut .
"Bangun-bangun makan nasi sama garem tambah pecel di tetel sambel" ucap Victor terkejut sambil mengusap dadanya pelan.
Ameera memutuskan untuk mandi kala itu, tak sengaja ia melihat lemari pakaian Rumi yang terbuka sedikit, rasa penasaran membuat Ameera memilih untuk membuka lemari Rumi yang di dalamnya berisi belasan jam tangan, puluhan pasang sepatu dengan beberapa model dan warna, berjejer pula beberap perfume yang Rumi koleksi sejak dia duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Wajah Ameera tersenyum lebar kala itu saat dirinya mendapat sebuah ide cemerlang.
Aku ambil satu, pasti dia tidak akan tahu.. Ameera mengambil satu jam tangan yang jika di rupiahkan menembus angka tiga ratus juta.
“kalau aku jual berapa kira-kira ya? Jam tanganku paling mahal itu lima ratus ribu.. mungkin sekelas Mas Rumi harganya sekita lima juta ya? Apa aku harus ambil delapan untuk melunasi hutang Yarra? Pasti akan ketahuan kalo aku ambil sebanyak itu“ ucapnya dengan jatung berdebar.
“Ah.. tidak-tidak.. aku tidak mau mengambilnya, aku tidak ingin berurusan dengan pria itu.. “ Ucapnya meletakan kembali jam tangan milik Rumi.
“Sepertinya aku lebih baik menjual mas kawin yang di berikan Mas Rumi.. tapi apakah cukup ya? Aku butuh 50 gram emas jika aku ingin membayar hutang mereka kan?” UCap Ameera bermonolog dengan bingungnya.
“Aku rasa dari beratnya tidak ada lima puluh gram” Ucap Ameera Kembali membuka box perhiasannya.
“sudahlah berapapun nanti harganya, aku berusaha dulu mencicilnya..” Ucap Ameera sambil ia memasukan box perhiasannya itu kedalam tasnya. Ia kemudian menghubungi kedua sahabatnya untuk di mintai bantuan.
*
Pagi menjelang, pagi ini Rumi sudah terlebih dahulu berada di ruang makan, ia tengah menyantap nasi goreng beserta lauk pendampingnya. Ameera yang baru saja datang sedikit terkejut atas keberadaan Rumi, "hmm tidak seperti biasanya.." pelan kata Ameera, ia hendak meninggalakan ruangan itu saat melihat keberadaan Rumi, namun Langkah Ameera di hadang oleh Victor.
“Silahkan makan dulu, Mbak..” Ucap Victor. Tatapannya memicing ke arah victor, Dengan hentakan kaki Ameera melangkah kesal kea rah kursi makan. Ia mengambil selembar roti dan selai kacang.
“Ada nasi goreng, mau saya ambilkan.. Non?” Tanya seorang pelayan.
“Tidak, terimakasih.. ini sudah cukup kok..” Ucap Ramah Ameera sambil melepas senyumnya, tanpa sengaja Rumi meliriknya, melihat Ameera tersenyum melebar menampakan lesung pipinya. Merasa Rumi melihatnya Ameera menyungingkan bibirnya sinis..
“Melihatku seperti melihat pisang..” Ucapnya sangat pelan, ia memakai kalimat yang sering di gunakan Faiz saat dirinya manejadi pusat perhatian orang sekitar.
Ameera dengan cepat menghabiskan rotinya dan segelas susu, ia berdiri dan beranjak..
“Sekarang, Victor..” Ucap Ameera melewati Rumi yang masih santai menyantap sarapannya. TIdak ada satu katapun yang di keluarkan oleh Rumi, ia hanya terdiam membisu kala itu.
Victro berpamitan pada Rumi lalu ia berlari kecil mengimbangi posisi Ameera.
Ameera cuek sekali padaku , apa dia begitu karena dia merasa mampu mengendalikan papa, mencari perlindungan dengan papa? Sungguh membahayakan posisiku sekali. – Ucap Rumi membatin.
“Den .. maaf..” Seorang Pekerja rumah tangga menghampiri Rumi.
“Ini, kemai saya sedang membersihkan rumah, dan saya menemukan ini di bawah meja.”Ucapnya memberikan sebuah card dan ternyata itu adalah ATM yang diberikan Rumi untuk Ameera.
Rumi meraihnya lalu meminta pelayan itu pergi meninggalkannya.
“Sombong sekali gadis itu.. hem baiklah akan aku tahan, kita lihat sampai dimana kamu mampu bertahan hidup tanpa uangku, Ameera..” Ucap Rumi tersenyum penuh kekesalan.
*
*
*
Hai terimakasih sudah menajdi pembaca setiaku.. jangan lupa hadikan fav, beri like juga komen yang membangun semangat..
salam cintaku, Mei ❤️
🤭🤭
mampir awak Thor