Malam itu di sebuah ruang VIP karaoke, seorang CEO perusahaan besar sekaligus pemilik tempat hiburan malam, merenggut kesucian Nisa dalam keadaan mabuk.
"Sakit Andreassss,,,,!!" Teriak Nisa.
Pikirannya kalut dengan kejadian mengenaskan yang sedang menimpanya.
"Hentikan.!! Kau ib liss.!! Lepaskan aku.!!"
Nisa begitu frustasi dengan kejadian itu. Kebencian dan rasa sakitnya pada Andreas, membuat Nisa bertekad untuk membalas dendam pada laki - laki yang telah merenggut paksa kesuciannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Nisa menyiapkan makanan di piring Andreas. Laki-laki itu sudah rapi dengan setelan jasnya. Bahkan Nisa membantu Andreas lagi saat mengancing kemeja, memakaikan dasi dan jas. Sama seperti yang Nisa lakukan kemarin.
"Hari ini aku pulang malam. Nanti tidur duluan saja, nggak perlu tungguin aku pulang." Ujar Andreas memberi tau.
Nisa yang baru meletakkan makanan di piring Andreas, seketika menghentikan aktifitasnya untuk menatap suaminya itu.
"Lagi.?" Tanya Nisa. Ada sedikit kecurigaan dan perasaan bingung saat Andreas kembali mengatakan akan pulang malam.
Nisa merasa jika Andreas sengaja menghindari kebersamaan dengannya pada malam hari, dengan cara pulang larut malam dan menyuruhnya untuk tidur lebih dulu tanpa perlu menunggunya.
"Akhir-akhir ini aku akan sangat sibuk karna banyak pekerjaan. Tapi aku pastikan hanya 1 minggu ke depan, setelah itu kita bisa menghabiskan waktu berdua." Tutur Andreas. Dia menunjukkan rasa bersalahnya pada Nisa karna tak punya banyak waktu berdua di saat mereka baru saja menikah.
Nisa langsung menggelengkan kepala.
"Bukan itu maksudku." Ujarnya.
"Aku hanya khawatir saja dengan kondisi kesehatan kamu kalau harus pulang larut setiap hari."
"Sebanyak apapun pekerjaan kamu, tolong pikirkan juga kesehatan kamu. Jangan sampai nanti sakit karna kurang istirahat,,"
Nisa menyentuh tangan Andreas yang ada di atas meja, sedikit mengusapnya dan menebarkan senyum teduh yang manis pada laki-laki itu.
Andreas diam. Sekilas melirik tangannya yang di sentuh oleh Nisa. Dia menatap raut wajah dan tatapan mata Nisa yang dipenuhi dengan ketulusan.
"Andreas,,,?" Tegur Nisa pelan. Dia kembali menyentuh pelan tangan Andreas lantaran laki-laki itu kedapatan sedang melamun.
"Ayo makan dulu,," NIsa menyodorkan piring Andreas agar lebih sekat. Andreas hanya mengangguk, setelah itu mulai menyantap sarapan buatan Nisa.
Baru beberapa kali mengunyah makanan di dalam mulutnya, Andreas kembali terdiam. Dia menatap Nisa yang juga sedang makan di depannya dengan pandangan mata menerawang jauh.
Tiba-tiba Andreas teringat dengan sang Mama. Wanita yang selama 15 tahun terakhir tak pernah bersamanya, kini seolah-olah ada di dekatnya.
Andreas merasakan kehadirannya hingga mengingat kebersamaannya dengan sang Mama lebih dari 15 tahun yang lalu.
Makanan yang ada di mulutnya saat inilah, yang membuat Andreas teringat dengan Mama kandungnya. Rasa makanan buatan Nisa sangat mirip dengan masakan sang Mama.
Andreas segera meletakkan sendok dan garpu di piring itu, dia kemudian meraih air minum dan meneguknya.
"Aku harus berangkat sekarang,," Andreas tiba-tiba beranjak dari duduknya, membuat Nisa menatap heran. Dia bahkan baru melihat Andreas menyuapkan makanan 1 kali kedalam mulut.
"Kenapa buru-buru.? Kamu baru makan sesuap kan.?" Tanya Nisa.
"Aku lupa harus ke kantor cabang dulu. Kalau nggak berangkat sekarang, aku bisa terlambat,," Katanya sembari melirik arloji di pergelangan tangannya.
"Tapi kamu harus sarapan."
"Bagaimana kalau aku bawakan bekal, kamu bisa makan setelah sampai di kantor." Tawar Nisa. Dia langsung beranjak dari duduknya untuk mengambil kotak makan agar Andreas bisa membawa sarapannya.
"Nggak usah, lain kali saja. Aku bisa pesan makanan di sana."
"Aku berangkat, habiskan makanmu,," Katanya sembari mengusap pucuk kepala Nisa dan berlalu dari ruang makan.
Melihat Andreas yang pergi buru-buru, Nisa langsung mengejarnya.
"Andreas,, tunggu,,,!" Nisa mengeraskan suaranya untuk membuat Andreas menghentikan langkah.
Dan begitu Andreas berhenti, Nisa berdiri di depan Andreas lalu meraih tangan Andreas untuk mencium punggung tangannya.
"Hati-hati di jalan,," Ucapnya setelah melepaskan tangan Andreas. Tak lupa melemparkan senyum manis pada suaminya itu.
Andreas mengangguk dengan senyum tipis, lalu beranjak keluar dari apartemen.
...***...
"Kamu yakin kemarin malam Andreas nggak ada di club.?" Tanya Nisa untuk kedua kalinya.
"Ya ampun Nis, ngapain juga aku bohong.?"
"Kalaupun malam itu aku lihat Andreas, pasti aku sudah telfon kamu." Jawab Mella.
Lagipula Mella juga tidak akan tinggal diam jika melihat Andreas berada di club. Apalagi disaat Andreas dan Nisa baru sehari menikah.
"Justru Devan yang datang ke club.!" Nada bicara Mella sedikit meninggi. Dia mengambil gelas miliknya dan menyeruput oren jus miliknya.
"Mas Devan.? Mau apa dia ke club.?" Nisa menautkan kedua alisnya. Selama dia bekerja di club milik Andreas, sekalipun tak pernah melihat Devan di sana. Bahkan Mella saja tak pernah bercerita melihat Devan selama lebih dari 2 tahun bekerja di sana.
"Mau apa lagi kalau bukan mencari informasi tentang kamu."
"Dia menemui ku, menanyakan ini dan itu soal kamu yang bisa bekerja di club dan akhirnya bertemu dengan Andreas sampai sekarang kalian bisa menikah." Tutur Mella.
Sebenarnya dia ingin menghubungi Nisa setelah Devan datang dan mengorek informasi darinya. Namun melihat saat itu sudah larut malam, Mella mengurungkan niatnya untuk memberi tau Nisa lewat telfon. Akhirnya dia memutuskan mengatakan pada Nisa pada saat bertemu.
"Terus kamu jawab apa.?" Nisa terlihat penasaran, ingin tau percakapan apa saja yang terjadi antara Devan dan Mella menyangkut dirinya.
"Aku jawab saja sesuai fakta biar Devan nggak nuduh Andreas hanya memanfaatkan kamu untuk balas dendam padanya. Entah balas dendam apa." Mella mengangkat kedua bahunya acuh.
"Devan bilang kalau Andreas sengaja mendekati kamu karna kemungkinan tau tentang hubungan kamu dan Devan di masa lalu."
"Tapi apa itu masuk akal.?" Tanya Mella tak habis pikir.
"Mana mungkin Andreas sengaja merusak kamu malam itu agar bisa menikahi kamu. Kalau memang dia berniat seperti itu, dia bisa saja mendekati kamu lebih dulu kan, tanpa harus melakukan hal gila di club miliknya." Mella terlihat sangat kesal saat bercerita Agaknya dia geram dengan ulah Devan yang terlalu menyudutkan Andreas dengan alasan tidak masuk akal.