NovelToon NovelToon
TERSERET JANJI ATHAR

TERSERET JANJI ATHAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Halwa adalah siswi beasiswa yang gigih belajar, namun sering dibully oleh Dinda. Ia diam-diam mengagumi Afrain, kakak kelas populer, pintar, dan sopan yang selalu melindunginya dari ejekan Dinda. Kedekatan mereka memuncak ketika Afrain secara terbuka membela Halwa dan mengajaknya pulang bersama setelah Halwa memenangkan lomba esai nasional.
Namun, di tengah benih-benih hubungan dengan Afrain, hidup Halwa berubah drastis. Saat menghadiri pesta Dinda, Halwa diculik dan dipaksa menikah mendadak dengan seorang pria asing bernama Athar di rumah sakit.
Athar, yang merupakan pria kaya, melakukan pernikahan ini hanya untuk memenuhi permintaan terakhir ibunya yang sakit keras. Setelah akad, Athar langsung meninggalkannya untuk urusan bisnis, berjanji membiayai kehidupan Halwa dan memberitahunya bahwa ia kini resmi menjadi Nyonya Athar, membuat Halwa terombang-ambing antara perasaan dengan Afrain dan status pernikahannya yang tak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Athar sudah berada di dalam jet pribadi, bersama dengan Azizah.

"Athar, apakah kamu tidak bisa memberikan aku satu kesempatan untuk menjadi istrimu?" tanya Azizah.

Athar menggelengkan kepalanya dan ia meminta Azizah untuk tidak seperti itu.

Azizah duduk bersimpuh agar Athar menerimanya sebagai istri.

Athar yang melihatnya langsung menghela nafas panjang.

"Azizah, maaf. Aku sudah mempunyai istri dan kamu pasti juga akan mendapatkan jodoh yang lebih baik daripada aku."

Athar meminta Azizah untuk kembali ke tempat duduknya.

Tak berselang lama jet pribadinya lepas landas menuju ke Turki.

"Tunggu aku pulang, Halwa." gumam Athar sambil memegang bibirnya yang tadi mencium bibir istrinya.

Keesokan paginya dimana matahari sudah bersinar terang.

Halwa sudah duduk di ruang makan dan ditemani beberapa pelayan yang sedang berdiri.

Selesai sarapan ia mengajak Yunus untuk mengantarkannya ke sekolah.

Di perjalanan ke sekolah, seperti biasa ia melepas cincin pernikahannya.

"Yunus, nanti tidak usah menjemputku. Karena ada les tambahan di sekolah." ucap Halwa yang membohongi Yunus.

Yunus yang tidak curiga langsung menganggukkan kepalanya.

"Jangan pulang larut malam, Nyonya. Saya tidak mau anda dan Tuan Athar kembali bertengkar."

"Iya, Yunus. Nanti aku langsung pulang dan tidak mampir kemana-mana."

Beberapa menit kemudian Yunus menghentikan mobilnya di depan sekolah Halwa.

Halwa turun dari mobil sambil menganggukkan kepalanya ke arah Yunus.

Setelah Yunus melajukan mobilnya, Halwa masuk kedalam sekolah.

Ia menghela nafas panjang karena tidak khawatir dengan Athar yang tidak ada disini.

Saat ia sampai di kelas, sudah ada Afrain yang menunggunya di depan meja.

“Pagi, Hal,” sapa Afrain dengan senyum lebar.

“Pagi, Kak,” balas Halwa sambil tersenyum tipis.

"Kita mulai latihan dansa hari ini, ya? Atau nanti setelah pulang sekolah?" tanya Afrain,

"Setelah pulang sekolah saja, Kak. Di aula atas." jawab Halwa.

Afrain menganggukkan kepalanya dan setuju' dengan Halwa.

Bel sekolah berbunyi dan Afrain meminta Halwa untuk segera masuk kedalam kelas.

Halwa masuk ke kelas dan melihat Dinda yang selalu menatapnya sinis.

Ia tidak memperdulikannya dan lekas duduk di bangkunya.

Bu Dayang datang dan mulai membuka buku dan meminta mereka untuk mengerjakan soal.

Halwa lekas mengerjakan tugas dari Bu Dayang yang lumayan banyak.

Banyak teman-temannya yang meminta Halwa memberikan jawabannya.

Ia menggelengkan kepalanya dan meminta mereka untuk mencari jawaban sendiri.

Halwa memang dikenal sebagai murid yang pintar.

Ia tidak mau jika teman-temannya hanya bertanya tanpa mencari jawaban sendiri.

Setelah selesai mengerjakannya, ia mengumpulkannya di meja Bu Dayang.

Bu Dayang lekas memeriksanya dan Halwa kembali mendapat nilai sempurna.

Detik demi detik berganti dan jam pulang sekolah telah tiba

Suara bel yang sudah dibunyikan oleh salah satu guru.

Semua siswa keluar dari kelas, kecuali Halwa yang masih membereskan buku-bukunya.

"Hal, ayo." ajak Afrian yang sudah tidak sabar untuk latihan dengan Halwa.

Halwa menganggukkan kepalanya dan memasukkan buku terakhirnya ke dalam tas.

Ia berdiri dan berjalan bersama Afrain menuju aula sekolah di lantai atas, tempat yang biasanya sepi setelah jam pelajaran usai.

Sesampainya di aula dan sebelum latihan dilakukan.

Afrain mengajak Halwa untuk makan siang bersama.

"Hal, aku sudah beli nasi pecel sama es kacang hijau kesukaan kamu." ucap Afrain yang sudah menyiapkan semuanya.

Halwa memandang wajah lelaki yang sangat mencintainya.

"Kak, kenapa selalu repot-repot segala?"

"Hal, sebagai kekasihmu. Aku tidak merasa direpotkan." jawab Afrain.

Mendengar nama 'kekasih' yang disebabkan oleh Afrain, membuat jantung Halwa berdetak kencang.

"Kak..."

"Sudah, ayo kita makan dulu."

Halwa menundukkan kepalanya dan mulai memakannya.

Setelah selesai makan, Afrain membereskan sisa bungkus nasi pecel dan mangkuk es kacang hijau.

Aula di lantai atas itu sunyi dan hanya suara mereka berdua.

"Sudah siap untuk latihan?" tanya Afrain.

"Sudah, Kak." jawab Halwa.

Afrain berdiri, lalu menyalakan musik dari ponselnya.

Sebuah melodi waltz yang lembut memenuhi aula.

Ia berjalan mendekati Halwa dan mengulurkan tangannya.

“Ingat, dansa itu tentang kepercayaan, Hal. Berikan tanganmu.”

Halwa sedikit ragu seolah teringat Athar yang melarangnya dekat dengan Afrain.

Ia menarik napas panjang dan membuang rasa takutnya

"Athar tidak ada di sini. Athar sedang di Turki. Ia hanya menuruti tugas sekolah." ucap Halwa dalam hati.

Ia menyambut tangan Afrain yang terasa sangat hangat.

Afrain menempatkan tangan kanannya di pinggang Halwa, sementara Halwa meletakkan tangan kirinya di bahu Afrain.

Jarak mereka begitu dekat, membuat detak jantung Halwa makin tak karuan.

“Santai, Hal. Jangan tegang. Ikuti saja langkahku. Satu, dua, tiga…”

Afrain mulai memimpin dengan langkahnya yang luwes.

Ia membimbing Halwa yang masih sangat gerakannya masih sangat kaku.

Awalnya Halwa sering salah langkah, menginjak kaki Afrain beberapa kali.

“Aduh! Maaf, Kak!”

“Nggak apa-apa, Hal. Kita ulangi lagi, ya. Lebih santai, fokus pada mataku, ya. Jangan lihat kaki.”

Halwa mengangguk kecil dan mencoba melakukan apa yang dikatakan oleh Afrain.

Ia mengangkat pandangannya dan menatap mata Afrain

Dengan mata yang saling mengunci, perlahan Halwa mulai menemukan ritmenya.

Ia bisa merasakan Afrain menekan pinggangnya lembut setiap kali ia harus berputar.

Selama beberapa menit, mereka bergerak serasi diiringi musik.

Halwa mulai menikmati momen itu, ia bahkan tertawa kecil saat Afrain memutarnya sedikit terlalu cepat.

Untuk sesaat, ia mencoba untuk melupakan masalahnya.

“Tuh kan, kamu bisa, Hal! Kamu penari alami,” puji Afrain yang bangga dengan Halwa.

“Kak Afrain, jangan terlalu berlebihan,” balas Halwa sambil tersenyum malu-malu.

Mereka berdua kembali melakukan latihan dansa yang akan diadakan besok malam.

Sementara itu di kelas lain Dinda dan Edward yang juga latihan untuk besok.

"Edward, sepertinya kita yang akan memenangkan prom night." ucap Dinda.

Edward hanya tersenyum hambar saat mendengar perkataan dari Dinda.

"Aku harap begitu, Din. Tapi fokuslah pada langkah kita dulu. Kamu sering menginjak kakiku," ucap Edward sambil mengajak Dinda berlatih lagi.

"Itu karena kamu kaku! Pokoknya, kita harus menang. Aku nggak sudi Halwa dapat Afrain, dan sekarang dia dapat pasangan dansa Afrain. Itu nggak adil!" ujar Dinda mendengus kesal.

Edward menghela nafas panjang dan meminta Dinda untuk fokus ke latihan.

Di Aula atas dimana Afrain dan Halwa telah selesai latihan.

"Sudah cukup untuk hari ini, Hal. Gerakanmu sudah bagus sekali. Besok kita tinggal gladi bersih sebelum malam prom night."

Halwa menghela napas lega dan menarik tangannya dari Afrain.

Rasa lelah bercampur dengan kegembiraan karena bisa melewati sesi latihan tanpa kendala.

"Terima kasih banyak, Kak Afrain. Aku tidak tahu harus bagaimana kalau tidak ada Kakak," ucap Halwa tulus.

Afrain tersenyum tipis saat mendengar perkataan dari Halwa.

1
November
lanjut
My 78
di tunggu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!