Season 1
Kisah dua orang yang sangat menginginkan kebebasan dalam hidup mereka. Hingga keduanya bersedia untuk melakukan apapun untuk mendapatkan kebebasan itu.
Veronica Catarina Emmanuel, seorang tuan puteri yang selalu terbelenggu kebebasan hingga suatu hari dengan bantuan sahabatnya. Berhasil melarikan diri dari pengawalan ketat sang kakak.
Adrian Hanson Lee, pria yang hidup sangat bebas. Saking bebasnya membuat sang ayah pusing tujuh keliling. Hingga timbul sebuah ide untuk "membuang" sang putra ke suatu tempat yang bisa mengekang sedikit kebebasannya.
Lalu bagaimana jika keduanya dipertemukan secara tidak sengaja dan terpaksa bersama karena suatu keadaan.
Ikuti kisah Hans dan Ve di karya terbaru aku ya....
Season 2 King's Missing Bride
Melanjutkan kisah Mark dan Lyn. Bagaimana akhirnya keduanya bisa bersama. Di tengah K yang selalu mencoba mendekati Lyn.
Mark, yang putera mahkota sedang Lyn hanya gadis biasa...Juga kelanjutan kisah Hans dan Ve...
Dikepo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sugi ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Ku Pertimbangkan
Pukul 6.30 malam, bus mereka sampai di New York Hotel. Banyak yang bersorak gembira ketika sampai di sana. Maklum, hotel itu berada di tepi jalan raya. Tapi tidak sekalipun mereka pernah menyambanginya. Atau menginap di sana.
Kredit Google.com
Kecuali Ve tentunya. Ketika mereka turun dari bus langit masih terang. Tapi sebentar lagi malam akan menjelang.
"Mau jalan-jalan dulu atau mau naik?" Tanya Lyn.
"Jalan-jalan dululah" Jawab yang lain.
"Kalian pergilah. Aku tunggu di lounge-nya" Sahut Ve.
"Kamu nggak ikutan?" Tanya Ira.
Ve menggeleng. Mereka semua meninggalkan Ve yang langsung masuk ke dalam area hotel. Menunggu di lounge atau ruang tunggu. Gadis itu asyik dengan musiknya. Menyandarkan tubuhnya di sofa dengan nyaman. Pelan mulai memejamkan matanya.
What is honestly the best
Cause I just wanna see the next
Dua baris lagu itu yang beberapa hari ini terngiang di telinganya. Apa yang dianggap hal paling baik. Jika dirinya, benar hanya ingin melihat apa yang akan terjadi pada hidupnya selanjutnya. Ve menarik nafasnya pelan. Tanpa dia sadari. Seorang pria menatapnya dengan tatapan penuh arti.
Ve benar-benar membuat pria manapun akan berpikir yang tidak-tidak soal dirinya.
"Naiklah jika kau lelah. Akan kubukakan satu kamar untukmu?" Adrian bersuara. Membuat Ve membuka matanya.
"Kak Hans..."
Belum sempat berkata apa-apa. Pria itu sudah menutupi tubuh Ve dengan jasnya. Membuat Ve terkejut.
"Apa kamu tidak membawa mantel?" tanya Adrian tajam.
Ve menggeleng. Mendudukkan tubuhnya.
"Ini sudah sopan Kak Hans" protes Ve. Melepas jas milik Adrian.
"Pahamu kemana-mana. Itu yang kau bilang sopan" Kesal Adrian.
"Isshh kaya dia nggak pernah lihat paha yang kemana-mana aja" Protes Ve lagi.
"Itu beda Ve!" Adrian membalas kesal.
"Naiklah. Akan kubukakan satu kamar untukmu" Ulang Adrian.
"Tidak perlu. Aku hanya ingin duduk sebentar. Menunggu yang lain datang"
Ve sejenak menatap pakaian Adrian
"Kak Hans kan CEO-nya kenapa tidak ikut dress code-nya. Biar bisa menang best dress malam ini" Tanya Ve.
"Suka-suka akulah. Aku kan yang punya. Lagipula ogah aku menang kalau couple-nya nggak kamu" Celetuk Adrian.
"Jadi Kak Hans malam ini sengaja mau couple-an sama aku. Seperti ini?" Ve bertanya kepo.
"Iya" Adrian memjawab singkat.
Dan jawaban Adrian membuat Ve tersenyum. Ya, mereka memang memakai tema pesta di pakaian mereka. Meski Adrian lebih ke setelan formal dan resmi.
Kredit Instagram.com
Sedangkan Ve terlihat cantik dengan gaun abu-abu berlapis brokat sederhana yang justru membuatnya tampil berkilau bak bintang.
Kredit Instagram @ zeunique
Meski Ve akui bagian dalam gaunnya, lumayan pendek. Jadi benar kata Adrian jika pahanya ke mana-mana.
"Naik sekarang atau nanti?" Tanya Adrian berdiri dari duduknya. Ve sejenak berpikir.
"Ada rest room-nya tidak?" Tanya Ve. Meraih lengan Adrian untuk berdiri. Yang langsung membuat Adrian mengulurkan tangannya. Membantu Ve berdiri.
"Sudah kubilang. Akan kubukakan satu kamar untukmu. Jika kau mau istirahat. Berapa kali aku bilang dari tadi" Jawab Adrian ketus.
"Aiihh, janganlah marah. Memang acaranya mulai pukul berapa?" Tanya Ve.
"7.30. Ayo naik sekarang. Duduk saja di atas jika belum mau masuk. Ada sofa diatas di depan ball roomnya" Ajak Adrian.
"Aku tahu" Jawab Ve singkat.
"Iyalah kamu tahu. Orang kamu pernah nginap disini" batin Adrian sambil berjalan menuju lift.
Tiiing, lift berhenti di puncak gedung. Lantai teratas.Lantai 25.
"Duduk saja disini. Mereka sebentar lagi juga naik. Aku ke dalam ketemu Iz" Pamit Adrian.
Ve mengangguk paham. Namun Adrian baru saja akan berlalu. Ketika Ve memanggilnya lagi.
"Kak Hans..."
"Apa lagi?"
Pria itu berbalik. Melihat Ve yang mengulurkan tangannya.
"Mau beli apa minta uang?" Tanya Adrian heran.
"Yang minta uang siapa?" Jawab Ve kesal.
"Lalu?"
"Ponsel. Pinjam ponsel Kak Hans" Bisik Ve.
"Haissshh, kau ini memang merepotkan" Gerutu Adrian. Tapi tak ayal ia memberikan ponselnya juga.
"Sudah tahu merepotkan kenapa juga masih ngajakin nikah" Balas Ve sumringah menerima ponsel Adrian.
"Itu beda, Ve" Adrian berlalu dari hadapan Ve.
"Eehhh password...password" Teriak Ve.
"Tanggal lahirku. Scan sidik jarimu juga bisa" Balas Adrian.
Adrian tahu. Ve tidak bisa menunjukkan ponselnya sembarangan. Jelas mereka akan meminta nomor ponselnya. Dan itu akan berbahaya. Karena bisa membuat para hacker dapat melacak keberadaan Ve. Meski Fao sudah memberitahunya. Jika ponsel Ve secara khusus sudah dia buatkan firewall sendiri. Tapi tetap saja. Fao harus memperingatkan Ve juga Adrian.
Ve mulai asyik dengan ponsel Adrian. Apalagi, menonton dramalah. Masih dengan jas Adrian yang membalut rapi tubuh Ve. Sejenak Ve memejamkan matanya. Aroma maskulin Adrian jelas tercium dari jas pria itu.
"Darimana Bang. Aku calling dari tadi tidak diangkat" Tanya Iz. Memberikan beberapa lembar kertas pada Adrian.
"Dipakai Ve" Adrian menjawab singkat.
Iz ber-oo ria.
"Jasnya juga? Perlu aku carikan lagi? Soalnya Abang akan masuk dengan direktur yang lain" Tanya Iz.
"Tidak perlulah" Adrian menjawab singkat.
"Lalu penampilan Abang ini nanggung namanya. Resmi tak. Santai pun tak"
"Gampang. Aku akan jadi badboy saja" Seloroh Adrian.
Membuka dasinya. Lantas membuka kancing kemejanya. Menggulung lengan kemeja. Membuat rambutnya yang klimis sedikit jadi berantakan.
"Bagaimana? Bagus tidak?" Tanya Adrian.
"Iisshh itu namanya Abang buat rusuh. Bisa dipastikan anak perempuan satu kilang pasti menjerit histeris lihat Abang. Aku juga yang repot. Dahlah mending aku carikan jas lagi saja buat Abang" Iz berlalu dari hadapan Adrian.
"Terserahlah jika kamu mau repot" Balas Adrian mulai membaca kertas yang Iz berikan.
"Duduk saja Bang" Pinta Iz. Lantas pria itu benar-benar berlalu dari hadapan Adrian.
"Eh Ve kau disini. Ingatkan pergi mana?" Tanya Suzy.
"Aku boringlah tunggu kalian dibawah. Jadi aku naik dululah" Jawab Ve masih dengan fokus ke ponsel Adrian.
"Hei tak cakap pun beli ponsel baru" Tanya Ira.
"Taklah aku pinjam punya asisten Iz" Jawab Ve santai.
Bisa dipastikan setelah ini Ve akan dimarahi Iz. Membawa-bawa nama dia.
Semua orang saling pandang mendengar jawaban Ve.
"La katanya hubungannya dengan pak CEO ganteng. Kenapa pinjam ponsel ke asistennya" Batin mereka.
Semakin lama semakin banyak yang naik ke ball room. Mereka mulai masuk ke ruangan yang sudah di tata sedemikian rupa. Semua perempuan hampir menjerit ketika mereka masuk ke arena ball room. Melihat Adrian yang masih duduk di sana. Dengan tampilan badboy-nya.
Kredit Instagram @ ksndr_22
"Alamak!!!" Teriak mereka serempak.
Ve dan Lyn memutar matanya jengah mendengar teriakan teman-temannya. Ve mengambil tempat duduk di samping Lyn. Masa bodoh itu punya siapa. Ve masih asyik dengan ponsel Adrian. Sama sekali tidak menghiraukan keadaan sekelilingnya.
Hingga MC mulai berbicara.
"Mari sila duduk pada tempat yang sudah disediakan" Ucap MC itu. Membuat Ve memanyunkan bibirnya. Enggan untuk beranjak.
"Ve..." Lyn memanggil.
"Iya-iya" Jawab Ve kesal.
"Sebentar saja. Ada Iz juga Hans didepan" Hibur Lyn.
"Nona, mari..." Kali ini Iz yang menjemput.
"Iya-iya. Aku datang"
"Lihat wajahmu sekarang, Ve" Gelak Fao.
"Aku tahu. Rasanya pengen mukulin kamu" Desis Ve mengikuti langkah Iz.
"Untung aku tidak ada disana. Hajar Hans saja" Usul Fao.
"Akan kupertimbangkan" Balas Ve. Mendudukkan dirinya di meja terdepan.
Menunggu acara dimulai.Hingga sorakan terdengar di semua penjuru ball room. Bertepatan dengan aroma maskulin yang begitu dia kenal. Duduk dengan santai disampingnya. Adrian Hanson Lee...Ve sejenak melongo.
****
aq suka visual FAO dan rose cocok.untuk Mark dan Lyn visualnya masih kurang.