"Assalamualaikum Kapten"
.
Ini bukanlah drama Korea,
Dia bukan Kapten RI Jeong Hyuk,
Dan aku bukan Yoon Se Ri.
Tapi ini takdir Allah
Takdir yang membuat ku berpikir.
Apakah kita dipertemukan,
Hanya untuk diperkenalkan ?
Atau,
Mungkinkah kita dipertemukan,
Untuk disatukan ?
*****
Hallo semua 👋
Mohon maaf sebelumnya karena Karya ku yang judulnya "Angel's Story" tidak bisa dilanjutkan lagi.
Maka dari itu, aku memutuskan untuk membuat cerita baru yang terinspirasi dari drakor CLOY.
Hanya saja ini bernuansa Islami.
So, Happy reading guys 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pernikahan (Resepsi)
Joo Young lagi-lagi terpesona dengan kecantikan Jia. Malam ini, gadis itu mengenakan Hanbok -Pakaian adat Korea- berwarna Merah muda yang senada dengan Hanbok pria yang dipakai Joo Young.
Tak lupa hijab berwarna dongker senada dengan warna motif Hanboknya.
"Apa ada yang aneh dengan penampilanku?" Jia mematut dirinya di cermin. Ia sempat risih dengan tatapan Joo Young yang tak berkedip menatapnya.
Joo Young yang sudah berhasil mengendalikan kekagumannya, menggelengkan kepala.
"Tidak. Kau sangat cantik," ujarnya seraya berlalu keluar dari kamar hotel.
Sementara Jia yang ditinggalkan sudah seperti kepiting rebus. Wajahnya merona saat Joo Young memujinya cantik untuk pertama kalinya.
---------
Para tamu undangan bertepuk dan tangan dan berdecak kagum begitu kedua mempelai memasuki ballroom hotel. Semua tamu duduk di meja bulat yang telah tertata rapih dengan dekorasi berwarna putih gading, sesuai warna keinginan Jia. Joo Young sengaja memintanya untuk menentukan warna dekorasi saat acara resepsi mereka.
Walaupun hanya sederhana, dekorasi yang telah dirancang oleh Wedding organizer untuk acara ini terlihat sangat cantik dan anggun. Tak kalah jauh dengan kesan mewah.
Joo Young menuntun Jia untuk melakukan tradisi pernikahan adat Korea seperti yang dilakukan oleh Sua dan suaminya.
Mereka menunduk hormat untuk Ayah, Paman dan Bibi Joo Young.
Joo Soong memeluk Jia dengan sayang. Ia mengelus-elus kepala gadis itu seperti ia memeluk Hyun Joo dulu.
"Jika Joo Young melukai hatimu, katakan pada Ayah. Aku akan memukulnya hingga dia sadar akan kesalahannya," ujar pria paruh baya itu seraya melepas pelukannya.
Jia tertawa, "Baik ayah. Aku akan selalu siap mengadu padamu," ia menyalami tangan kanan Joo Soong.
"Terimakasih Ayah," ujarnya tulus.
Joo Soong tersenyum dan mengangguk seraya menyentuh puncak kepalanya.
Kini acara beralih pada menyantap makanan. Para tamu telah dipersilahkan untuk menikmati makanan yang telah tersedia.
Sementara kedua mempelai masih sibuk menghampiri para tamu yang merupakan teman sekolah dan juga teman anggota tentara Joo Young.
Pria itu dengan ramah memperkenalkan Jia sebagai istrinya.
"Na Ra?" ujar Jia tak percaya melihat gadis itu hadir di pernikahannya. Gadis itu duduk diantara dua pria yang Jia ketahui salah satunya adalah Yu Jin.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk.
"Aku tidak akan lupa mengundang orang yang berjasa mengajarkan istriku ini bahasa Korea," ujar Joo Young seraya merangkul pinggang Jia begitu posesif.
Na Ra tertawa, "Terimakasih telah mengundangku Joo Young ssi."
"Oh iya, perkenalkan ini kakak pertamaku, Jung Yong Hwa," gadis itu memperkenalkan pria yang duduk disebelah kanannya.
Jia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Dan ini kakak keduaku, yang aku ceritakan waktu itu. Namanya Jung Yu Jin," ia memperkenalkan pria yang duduk disebelah kirinya.
"Iya. Aku sudah kenal. Tapi aku tak tau dia adalah kakakmu," Jia terkekeh, "Dunia begitu sempit ternyata ya."
Na Ra tertawa, "Selamat atas pernikahan mu Jia," ia mengulurkan tangannya.
Jia pun membalas uluran tangan itu, "Terimakasih."
"Kalau begitu, kalian nikmati dulu makanannya, kami permisi."
Jia dan Joo Young membungkukkan setengah badannya begitu juga ketiga tamunya itu, sebelum akhirnya pergi berlalu dari hadapan mereka.
"Sangat serasi yah. Cantik dan tampan," ujar Na Ra dengan sumringah.
Sementara kedua kakaknya hanya tersenyum menanggapinya.
Siapa gadis ini sebenarnya? Kenapa dia begitu mirip dengan Hyun Joo? Aku yakin, gadis itu sudah tak bernyawa saat itu.
Yong Hwa terus menatap setiap pergerakan Jia. Tatapannya terkadang berubah sendu ketika melihat senyuman gadis itu. Senyuman dari gadis yang dulu, yang masih menjadi obsesinya.
Tanpa dia sadari, dari jauh Joo Young juga memperhatikan pria itu. Sejak tadi, ia merasa ada yang aneh dengan tatapan Yong Hwa pada Jia.
---------
Beberapa jam berlalu dengan lancar. Tak ada kendala pada acara resepsi pernikahan mereka.
Jia dan Joo Young baru saja menyelesaikan ibadah salat isya mereka dengan berjamaah.
Jia berjalan mendekati ranjang dimana Joo Young tengah duduk bersandar pada kepala ranjang dengan memainkan ponselnya.
Gadis itu duduk di sebelah Joo Young dekat takut-takut, bahkan ia masih memakai jilbab instan yang biasa.
Setelah duduk dengan sempurna, Jia hanya membisu seraya memainkan jemarinya. Ia memikirkan kewajiban yang harus dia lakukan dimalam pertama mereka menjadi sepasang suami-istri.
"Kenapa tidak dilepas jilbabnya?"
Jia langsung menoleh "Ha?"
"Jilbab kamu. Kenapa tidak dilepas?" tanya Joo Young sekali lagi.
Jia menjadi kikuk, "er, aku belum terbiasa rasanya," jawabnya jujur.
Joo Young tersenyum. Ia meraih kedua tangan Jia lalu mengelusnya dengan lembut.
"Yang aku tau, saat seorang suami melihat aurat istrinya itu akan berarti sebuah pahala bagi istrinya. Berbeda dengan saat kamu belum menjadi istriku."
Jia menatapnya lekat begitu mendengar perkataannya. Dalam hati dia banyak mengucap syukur karena Joo Young mempelajari ilmu tentang Islam sebelum dia memilih untuk mengucap dua kalimat syahadat. Dia berperan seperti seorang Imam dalam rumah tangga yang sebenarnya.
Jia tersenyum, "Maafkan aku."
Kedua tangan Jia bergerak untuk melepas jilbabnya.
Sementara Joo Young tetap memperhatikan gadis itu hingga akhirnya dia bisa melihat rambut panjang hitam bergelombang milik Jia.
Sebelumnya, ia pernah melihat rambut Jia saat gadis itu tengah ditangani oleh dokter. Walau hanya sekilas dan tak sengaja. Tapi kali ini berbeda. Dia benar-benar melihat gadis itu tanpa penutup kepalanya.
"Kamu cantik." Ujar Joo Young setengah berbisik.
"Apa?" tanya Jia untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar. Joo Young sekali lagi memujinya cantik. Gadis itu menahan senyumannya.
Joo Young yang telah menguasai dirinya dari pesona Jia memilih untuk tidur dan membelakangi gadis itu.
"Aku tidur duluan. Ngantuk."
Senyum gadis itu memudar. Jia menatap punggung Joo Young dengan alis yang bertaut.
"Bukannya ini malam," perkataan Jia terpotong karena Joo Young berbalik dan langsung menariknya kedalam pelukannya.
"Aku tau. Tapi kita istirahat dulu malam ini. Aku benar-benar capek," ujar Joo Young seraya mengelus kepala Jia dengan lembut.
Jia bisa merasakan hembusan napas pria itu di atas kepalanya. Perlahan Jia menganggukkan kepalanya menuruti perkataan Joo Young.
Sebagai seorang istri, dia harus mematuhi perkataan suaminya. Dia juga sadar, bahwa Joo Young lah yang sangat berperan pada pernikahan mereka. Wajar saja pria itu merasa sangat lelah.
Joo Young membuka kedua matanya saat merasakan tangan kanan Jia melingkari pinggangnya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya dalam pelukan Joo Young.
Maafkan aku Jia. Kita tak mungkin melakukan itu. Aku tak mau merusak kehormatan mu dengan pernikahan ini.
**** to be continued ****
semoga skripsi.a lancar n segera wisuda... good blaze...!!!