Valeria bahagia ketika sang adik, Cantika diterima sebagai sekertaris di sebuah perusahaan. Setelah 3 bulan bekerja, Cantika menjalin hubungan dengan pimpinannya.
Ketika Cantika mengenalkan sang pimpinan kepada Valeria, dia terkejut karena pria itu adalah Surya, orang yang dulu pernah menjalin cinta dengannya sewaktu SMU, bahkan pernah merenggut keperawanannya.
Apakah yang Valeria lakukan selanjutnya? Apa yang akan terjadi pada mereka? Apakah hubungan mereka akan berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 34
Kulangkahkan kaki dengan ringan di kantor, serasa hari ini mood-ku sedang cantik. Rasanya juga ga sabar melihat jam menunjukkan waktu pulang. Entahlah, kurasa ini semua karena Surya. Dia selalu membuat hatiku berbunga-bunga di musim semi ini, dia adalah musim semiku.
Pekerjaan di kantor pun seolah cepat aku selesaikan. Bicaraku lembut, namun riang, semua orang kusapa. Bu Magda sampai terheran-heran denganku.
"Val, kamu sehat?" tanya dia sambil menyentuh dahiku.
Aku mengangguk cepat, sehat dong, ga mau lah dibilang ga waras.
"Jangan-jangan... Kamu jatuh cinta, ya kan?" Tebak Bu Magda, membuat pipiku merona.
"Eeng...engga, Bu," sangkalku.
"Hmmmm... Memangnya saya belum pernah jatuh cinta, hingga kamu bohongi seperti itu? Mau telepon Bu Anggraini ah," katanya sambil melirikku.
"Eh, jangan, Bu."
"Lho, kok saya ga boleh telepon? Nah bener kan... Kamu gugup waktu denger nama camer?" Bu Magda seolah senang karena berhasil menjebakku.
Sial, rutukku dalam hati.
Ah, melarikan diri aja dari situ, "Saya mau makan siang dulu, Bu."
"Yaa..."
Akhirnya aku bisa terbebas dari Bu Magda, bisa gawat kalau dia tahu. Ah, kenapa sih aku ga bisa menutupi rasa senangku? Kali ini aja, makan siang sambil senyum-senyum sendiri. Siska, karyawan bagian keuangan memergoki itu.
"Bu Valeria, kok senyum-senyum sendiri? Ngapa hayo..." selidiknya.
"Ga apa-apa, barusan dapet bonus," jawabku asal.
Siska manggut-manggut, "Enak ya, Bu. Saya ga pernah dapet bonus."
Kuambil dua lembar uang 20 Euro, menaruhnya di atas meja, "Itu bonus buat kamu."
Siska membelalak senang, "Makasih, Bu."
Kuletakkan telunjuk di depan mulutku, "Psst... Diam aja ya," kataku setengah berbisik.
Bener, hari ini semua yang kulakukan terasa ringan, hingga tibalah saatnya pulang ke apartemen.
***
Cepat-cepat aku naik ke apartemenku sesudah memarkir mobil di parkiran. Ingin segera melihat 'pacarku'. Ternyata dia sedang membersihkan lemari es. Rajin banget.
"Ngapain?" tanyaku sambil melipat tangan dan mengangkat daguku.
Yakin, sebenarnya pengen peluk dia setelah tiba di rumah, tapi jaga image.
"Ini kulkas apa kandang burung, kotor banget," dia merepet.
"Terserah nyebutnya apa, yang penting aku mau minum."
Dia menunjuk ke atas meja, di situ telah ada segelas jus jeruk. Ya ampun... Meleleh hatiku, sayangnya dia milik adikku. Apa adikku ga tambah manja kalau sama dia.
"Itu minumnya, udah aku siapin, malah bengong."
"Eh, iya,"
Langsung aku mengambil minum lalu meneguknya cepat hingga tersedak.
"Uhuk, uhuk!"
Dia langsung berdiri, "Pelan-pelan, ga ada yang minta juga," ujarnya sambil menepuk punggungku pelan.
Aku menyingkir dari situ, lalu menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi, berdendang sambil mengguyur tubuhku.
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu...
Lagu itu masih kunyanyikan sampai aku keluar dari kamar mandi, ternyata di samping pintu kamar mandi udah ada dia yang berdiri menyandar di tembok, melanjutkan nyanyi,
Hari-hari berganti kini cinta pun hadir
Melihatmu, memandangmu bagai bidadari
Lentik indah matamu
Manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu
Anggun terikat...
Tangannya memegang tanganku lalu menciumnya. Iya, ga bisa kalau aku ga klepek-klepek. Kulepaskan tanganku, dari pada nanti ada adegan yang kayak tadi pagi lagi...
Kurebahkan tubuh di sofa, mencari remote lalu mengganti-ganti saluran televisi, bukan karena mencari tayangan yang menarik, tapi lebih ke mengalihkan kegoncangan jiwaku barusan.
Kuberanikan menengoknya, eh dia kembali membersihkan lemari es, apa sih, tadi nyata kan? Jangan-jangan aku cuma halu, duh...
Tiba-tiba di tayangan televisi Indonesia, ada sebuah lagu lagi, kena banget di hati, kubesarkan volumenya.
Ku tak bahagia, melihat kau bahagia dengannya
Aku terluka, tak bisa dapatkan kau sepenuhnya
Aku terluka, melihat kau bermesraan dengannya
Ku tak bahagia, melihat kau bahagia
Harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia
Harusnya aku yangkau cinta dan bukan dia
Harusnya kau tahu bahwa cintaku lebih darinya
Harusnya yang kau pilih bukan dia
Dia mendekatiku, sepertinya kerjaannya udah selesai. Bau khas tubuhnya hampir saja membuat lemas seluruh ototku. Ya Tuhan, kenapa aku harus jatuh cinta setiap hari padanya?
"Lagu itu, kenapa digedein volumenya?" tanya dia menatap tajam padaku.
Ya gara-gara kamu, lah, batinku menjerit.
"Ga apa-apa," jawabku akhirnya.
berharap anaknya ga cacat semoga, berkali-kali mencoba digugurin 😌😩