My Husband Is A Devil

Clarista terlihat panik setelah mendengarkan ucapan Romeo barusan, Romeo memang benar dengan ucapannya, semenjak Aretha mencoba bunuh diri dan menghilang dari kehidupan mereka semua, Kelvin memang berusaha untuk menjaga jarak dengannya, bahkan Kelvin tak lagi peduli dengan keluhan yang selalu menjadi andalannya didepan Kelvin, bahkan janji yang diucapkannya untuk membiarkan dia menjadi ibu dari anaknya tak lagi dipenuhi oleh Kelvin, dia ingat setiap kali dia datang kerumahnya dan mencoba menemui putra kecilnya, ada-ada saja alasan yang dikeluarkan oleh Kelvin, bahkan Kelvin melarang putranya itu memanggilnya Mommy seperti perjanjian mereka dulu.

"Bu, jika apa yang dikatakan Romeo benar, aku ahrus bagaimana Bu, hanya dia satu-satunya cara untukku selamat dari semua masalah yang menimpaku, ini baru satu wanita yang datang menemui kita, bagaimana jika yang lainnya juga datang mencariku Bu?" tanya Clarista dengan wajah penuh ketakutan yang terlihat jelas.

"Kau harus tenang, sebaiknya sekarang kamu cari Kelvin dan minta dia untuk membantumu, kamu harus ingat untuk bersikap menjadi korban dan bertindak dengan sangat menyedihkan, bilang saja kamu frustasi menghadapi semua masalahmu dengannya, sehingga kau mencari pelampiasan dan tak sengaja merayu tunangan orang lain, katakan saja bahwa kamu tak tau bahwa dua orang itu telah memiliki kekasih dan tunangan. Salahkan semua pada Kelvin secara langsung, mainkan ucapan yang akan kau keluarkan seolah-olah penyebab ini terjadi karena perubahan sikap Kelvin padamu." Friska mencoba membantu Clarista berpikir, dia mencoba memberikan saran untuk putri cantiknya yang dibesarkannya dengan sangat baik tersebut. Biar bagaimanapun, dia bisa bersama Zein karena kehadiran Clarista didunia ini.

"Baiklah, aku akan mencarinya sekarang juga, dia pasti ada dikantornya, jika tak ada disana aku akan mencarinya kerumahnya sekaligus." Clarista nampak percaya diri, biasanya saran yang diberikan oleh ibunya selalu berhasil sekalipun dia tak pernah gagal dengan saran-saran yang diucapkan ibunya." Dengan percaya diri Clarista mengambil tasnya yang terletak tak jauh dari tempatnya duduk, dia melangkah penuh percaya diri.

"Ckckck, kenapa kalian tak mau sadar! ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah merebut kebahagian orang, ibu macam apa yang mengajarkan anaknya untuk merebut kebahagian milik orang lain, aku benar-benar malu punya ibu seperti ibuku, kenapa ibu tak bisa seperti ibu Akhleya yang mengajarkan anak-anaknya kebaikan meski sudah seringkali tersakiti, dia tak pernah mengajari anak-anaknya untuk dendam dan membenci orang lain." Romeo berdiri dengan marah, dia melirik sinis pada saudari dan ibunya sebelum meninggalkan ruang keluarga menuju ke kamarnya dilantai atas.

Sedangkan Keyza nampak tak peduli, mungkin ia sudah terbiasa dengan pembangkangan Romeo terhadap ibunya, dengan santai ia meminum susu yang terletak didepannya, " Bu, kenapa Ayah tak kunjung membawa kita pindah kerumah besar itu Bu? padahal rumah itu sudah lama kosong dan ditinggalkan oleh pemiliknya, rumah itu sekarang harusnya menjadi milik kita, apa ibu tau Bu! aku bahkan sudah mengatakan pada teman-temanku bahwa kita akan tinggal disana, aku malu Bu!" Keyza berbicara setelah meletakkan gelas susu yang isinya tinggal setengah kembali ke tempatnya lagi.

"Apa yang bisa ibu lakukan, setiap kali ibu berbicara tentang rumah itu pada ayahmu dia akan selalu mengubah pembicaraan, dia bahkan akan berpura-pura tak mendengar apa yang ibu ucapkan jika ibu membahas rumah besar itu padanya." Friska nampak marah dengan ucapan Keyza barusan, dia sudah berulang-ulang kali membahas mengenai rumah itu, tapi Zein tak pernah peduli dan selalu bersikap acuh tak acuh.

Clarista seperti dikejar setan, tak butuh waktu lama untuknya Samapi dikantor Kelvin. Resepsionis dan juga petugas keamanan yang sudah sering melihat kedatangannya hanya tersenyum kecil sembari, Clarista tak peduli pada mereka dengan cepat ia masuk kedalam lift khusus untuk Kelvin dan beberapa orang kepercayaannya saja.

Sekretaris yang ruangannya terletak didepan ruangan Kelvin hanya melirik Clarista sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya mereka kembali. Dan setelah Clarista masuk kedalam ruangan Kelvin mereka mulai bergosip tentang dirinya.

"Ckckck, benar-benar tak tahu malu, dia pasti meminta perlindungan bos seperti sebelum-sebelumnya, dia pikir berita miring tentangnya akan hilang begitu saja ketika bos kita turun tangan."

"Apa kau tidak tau, berita tentang ibunya merayu Ayah mertua bos juga sudah terbit, rupanya ibunya juga suka berakting menyedihkan, pantas saja putrinya juga seperti itu, kalian tau gara-gara dia istri bos melakukan percobaan bunuh diri, bahkan karenanya juga istri bos menghilang, semua perubahan sikap yang dialami oleh bos juga disebabkan olehnya." bisik yang lain dengan suara sepelan mungkin, mereka takut jika ucapan barusan akan tiba-tiba terdengar oleh Clarista.

"Hus, kalian lebih baik diam dan tak banyak bicara tentang bos, apa kalian lupa kejadian terakhir kali." Ingat yang lain, dan sukses membuat ruangan yang dihuni 3 orang itu langsung terdiam.

Sedangkan Clarista yang telah masuk kedalam telah bergelayut dengan manja disebelah Kelvin yang tengah duduk sembari membaca dokumen-dokumen penting yang harus ditandatanganinya.

"Vin aku mohon bantu aku kali ini saja, aku melakukannya karena aku tak tau harus berbuat apa, aku sedih dan kalut melihat perubahan sikapmu padaku, sehingga aku pergi melepaskan semuanya dengan minum-minuman keras, aku melakukannya dibawah pengaruh alkohol, lagipula kami hanya berkencan biasa, dan tidak sempat melakukan hal-hal lain, kami hanya sekedar berciuman sebelum temanku datang dan membawaku pulang." bujuk Clarista dengan suara pelan seolah-olah dia sedang sakit.

"Lalu bagaimana dengan yang lainnya?"tanya Kelvin tak peduli, dia masih sibuk membalik halaman dokumen yang dipegangnya.

Clarista tersenyum manis, nampaknya rencananya berhasil, dia merasa Kelvin tak marah padanya lagi. Dengan percaya diri Clarista duduk diperlukan Kelvin dia sengaja menyibak rambutnya dan memperlihatkan belahan payudaranya. "Itu terjadi ketika kau menolak memberikan hak asuh Kenzo padaku, padahal kau sudah berjanji padaku bukan, aku kecewa kau berubah setelah kepergian Aretha membuatku merasa semua laki-laki sama saja, aku berpikir kau benar-benar tak menginginkanku yang tak bisa memberikanmu anak dan juga penyakitan yang hanya akan menjadi beban saja untukmu nantinya." Clarista membelai dada Kelvin dengan ujung jarinya, meskipun masih berbalut jas dan kemeja yang masih dipakai Kelvin.

"Aku akan membuatkan minuman kesukaanmu, duduklah disana sebentar." Kelvin berdiri dengan pelan, jarinya menunjuk kearah sofa yang ada di ruangan kerja tempat mereka berada. Clarista sangat senang, dia berpura-pura memperbaiki rambutnya berharap Kelvin melihat bekas tamparan diwajahnya dan merasa lebih kasihan lagi.

"Kau memang yang terbaik." seru Clarista senang, dengan cepat ia duduk ditempat yang ditunjuk Kelvin.

Tanpa Clarista sadari ada senyum sinis yang terbentuk di bibir merah menggoda Kelvin, dia melangkah keluar ruangan menuju tempat pembuatan minuman yang berada khusus didekat ruangannya, ia hanya melirik sekilas pada sekretarisnya.

"Hallo Andi, datang keruangan saya 5 menit lagi, kamu ingin mendapat bonus bukan, maka datanglah dan jangan membuat saya menunggu lama, jika pekerjaanmu bagus maka bonusmu semakin besar." Kelvin menelpon direktur bagian pemasarannya yang terkenal suka bermain wanita dan playboy, jejak kekejaman melintas dimatanya yang bersinar cerah. Setelah mengaduk teh susu kesukaan Clarista dan memasukkan sesuatu kedalamnya, Kelvin keluar dari ruangan yang ditempatinya tak sampai 10 menit itu.