Menikah Dengan Om Sahabatku.

Kita tinggalkan Gaby dengan kegilaannya, biar dia puas melampiaskan emosinya terhadap Alana dan Aisha.

Dibelahan bumi lain, seorang pria paruh baya sedang keluar dari kantornya. Badannya yang tegap dan tinggi masih terlihat gagah, walaupun ada terlihat kesedihan diwajahnya.

Josh berjalan menuju cafe yang letaknya berhadapan dengan perusahaannya, matanya mencari-cari sosok yang ingin ditemuinya di cafe.

Setelah melihat orang yang ingin ditemuinya, Josh berjalan menuju ke tempat temannya duduk.

"Hai Josh, bagaimana keadaannya mamamu ?" tanya Alessandro.

(ini mereka bicara pakai bahasa Inggris ya, tapi sini author tulis pakai bahasa Indonesia saja. ribet nulis pakai terjemahan)

"Baik-baik saja ," jawab Josh.

"Josh, apa kau masih ingin kembali ke sana ?" Alessandro tahu kisah cinta Josh waktu dia belajar di Indonesia.

"Aku masih ingin mencarinya, aku yakin dia belum meninggal," ucap Josh.

"Bagaimana dengan Evelyn, apa kau akan meninggalkan dirinya. Ingat pengorbanannya saat kau terpuruk, sehingga usaha keluarga mu bangkit kembali," ucap Alessandro.

"Tapi aku tidak mencintai dirinya."

"Kau tidak mencintai dirinya, apa Edward juga tidak ada dalam hatimu. Ingat dia putra mu satu-satunya." ingatkan Alessandro terhadap Edward putra Josh dengan Evelyn yang baru berusia 17 tahun.

"Lupakan dia yang ada di Indonesia, jika dia tidak meninggal saat kebakaran. Mungkin dia juga sudah menikah lagi, pernikahan kalian juga dulu bukanlah pernikahan negara. Ingat Josh ada keluarga mu yang harus kau jaga disini," ucap Alessandro untuk mengingatkan sahabatnya tersebut.

"Bagaimana pun juga, aku harus mencari tahu kondisinya. Baru aku bisa tenang," kata Josh kepada Alessandro.

"Terserahlah, aku sudah ingatkan kau. Jangan sampai kau kehilangan keluarga mu yang berada disini ."

Alessandro menyerah, karena Josh tetap kekeuh untuk mencari tahu tentang kondisi keadaan Larasati saat ditinggalkannya.

***

Aisha dan Mayang berpamitan ingin pulang, tetapi Alana menyuruh Om Richard untuk mengantarkan Aisha dan Mayang.

"Tidak usah Al, aku pulang bersama Mayang, " ucap Aisha kepada Mayang.

"Ais, sepertinya aku belum bisa pulang. Ada pasien yang harus harus aku tangani." kata Mayang.

"Aku bisa pulang sendiri ," kata Aisha.

" Jangan pulang sendiri Aisha, walaupun belum malam. Kamu juga harus hati-hati, kejahatan tidak melihat malam dan siang ," ucap Mama Alana kepada Aisha.

'Rich, apa kau keberatan mengantarkan Aisha ?" tanya Oma nya.

"Tidak ma, Rich juga ada urusan di kantor ," kata Richard.

"Kalau begitu baguslah, Aisha biar Richard yang mengantarkan dirimu,' ucap mama Alana.

"Ais, jangan kau menolak lagi ," ucap Alana, dan terlihat senyuman dibibirnya.

Aisha membulatkan matanya, kedipan mata Alana membuat bibir Aisha manyun.

Pintu kamar rawat Alana terbuka, dan terlihat wajah David muncul dari pintu yang terbuka. David masuk dan matanya mencari-cari sosok yang ingin ditemuinya.

"Siapa yang kau cari ?" tanya Alana saat dilihatnya mata David celingukan kesana-kesini.

"Aisha ," ucap David, dan berjalan menuju ketempat Aisha berada.

"Kau datang kesini bukan untuk mengunjungi aku ?" tanya Alana.

"Mengunjungimu dan menjemput Aisha ," kata David sambil tersenyum.

"Dasar..!" seru Alana.

"Apa kabar David ?" tanya papa Alana yang mengenal David, karena sering datang bersama Dony kerumahnya Alana.

"Ternyata ada Om juga, baik Om ," ucap David yang baru menyadari bahwa selain Alana dan Aisha ternyata ada orang tuanya Alana didalam ruangan rawat tersebut.

"Kau tidak melihat keberadaan kami disini, karena matamu hanya fokus pada satu titik ." goda papa Alana.

David hanya menggaruk-garuk rambutnya dan nyengir."

"Al, bagaimana? saingan Om mu datang," ucap Mayang dengan berbisik kepada Alana, sehingga hanya Alana yang mendengarnya.

"Kita harus melakukan sesuatu, agar Aisha tidak pulang bersama David," ucap Alana kepada Mayang.

"Apa yang kalian bicarakan, aku curiga dengan kalian berdua ?" mata Aisha menelisik wajah kedua sahabatnya.

"Tidak ada apa-apa, kami hanya membahas latihan yang harus ku jalani," kata Alana.

Oma dan mama Alana saling berbisik membahas hubungan Aisha dan David.

"Chintya, apakah pemuda ini kekasih Aisha ?" tanya Oma Alana.

"Tidak ma, Alana mengatakan Aisha belum punya kekasih," jawab Chintya.

"Baguslah, jika bukan kekasihnya. Kita masih ada harapan," ucap Oma.

"Rich, pemuda ini bukan kekasih Aisha. Kau masih ada harapan," ucap Chintya kepada adeknya.

Richard tidak menanggapi ucapan kakaknya, dia asik membalas pesan diponselnya. Hanya sesekali melihat kesekitarnya.

"Aisha, apa kau ingin pulang sekarang ?" tanya David.

"David, Aisha menemaniku disini. Kau tolong antarkan Mayang ya ," kata Alana kepada David.

"Apa..! mengantarkan dia ." tunjuk David kearah Mayang.

"Iya, please.." Alana memohon pada David.

"Kau itu laki-laki kan, kau harus mengantarkan gadis cantik seperti ku ," ucap Mayang.

"Kau pulang sendirian juga tidak akan ada yang mau menculik dirimu, penjahat mana yang ingin menculik gadis jutek seperti dirimu," ucap David dengan meledek Mayang.

"Kau harus mengantarkan aku, ayo kita pulang. Om, tante dan Oma. Kami pulang dulu ya." Mayang terus menarik lengan David.

"Hei..enak saja kau menarik tangan ku, aku tidak mau mengantarkan mu, tidak akan ada yang mau menculik mi ," ujar David.

"Kau harus mengantarkan aku ." Mayang terus menyeret David keluar dari ruangan Alana.

Semua orang yang berada dalam ruangan Alana tersenyum, melihat Mayang menarik David. Dan David hanya dapat mengeluarkan gerutuannya dan mengikuti Mayang dengan setengah hati.

"Akhirnya, satu saingan tersingkir ," ujar Alana.

***

Dalam perjalanan menuju rumahnya, Aisha hanya diam. Pandangan matanya diarahkannya kesisinya.

"Aisha, sudah lama berteman dengan Alana ?" tanya Richard dengan membuka suara, untuk memecahkan keheningan dalam perjalanan menuju rumah Aisha.

"Sudah Om ," jawab singkat Alana.

Suasana dalam mobil kembali hening, sampai Richard menanyakan alamat rumah Aisha dan Aisha memberitahukannya.

Sampai tujuan, tidak ada percakapan diantara mereka.

"Terimakasih om ," ucap Aisha, saat ingin turun dari mobil Richard.

"Aisha, maafkan mama dan kakak saya ya. Kamu pasti tidak menyukai apa yang mereka rencanakan terhadap kita, kamu tidak usah menanggapinya," ucap Richard kepada Aisha yang masih duduk dalam mobilnya.

"Ya Om, say juga tidak menanggapi perkataan mereka dengan serius," kata Aisha.

"Baguslah," ucap Richard.

"Terimakasih om ." Aisha membuka pintu mobil dan kemudian turun dan masuk kedalam rumahnya, tanpa melihat kearah Richard.

Sedangkan Richard menatap punggung Aisha.

Begitu tiba dalam rumahnya, Aisha melihat ibunya masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Ais, malam sekali pulangnya. Di antar siapa ?" tanya ibunya.

"Diantar Om Alana Bu, ada jahitan lagi. Punggung ibu kan sakit, kenapa jahit lagi ?" Aisha tahu beberapa hari ini punggung ibunya terasa nyeri.

"Ibu bosan, tidak ada kegiatan," ucap ibunya.

"Sini, biar Ais bantu." Aisha mengambil baju yang sedang dipasangkan kancing.

"Tidak usah Ais, tinggal sedikit lagi. Mandi sana, badan sudah bau asem begitu ," ucap ibunya.

"Bau asem, tapi masih tetap cantik kan ," ucap Aisha dengan memeluk lengan ibunya.

"Iya cantik, sana cepat mandi." perintah ibunya.

Aisha bangkit dan masuk kedalam kamarnya.

Bersambung...