NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Pulang

Pagi menjelang, aku segera bersiap untuk berangkat keluar kota, semua barang yang ku perlukan sudah tertata di dalam koper tadi malam sekalian ku masukkan ke bagasi mobil. Selesai bersiap aku menghampiri Emir di kamar, ku lihat ibunya mungkin sendang menyiapkan sarapan.

Klek..

Ku buka pelan pintu kamar dan disana terlihat Emir yang masih terlelap, ku hampiri Emir, bocah kecil yang sudah merasakan penderitaan sedari kecil karena kelainan jantung nya. Memang aku benci pada kakek dan juga nenek nya, dan begitu kecewa pada ibu nya, juga sedikit mengutuk ayah nya. Tapi anak ini tidaklah bersalah, bukannya anak ini lebih membutuhkan kasih sayang dan dukungan yang sedari kecil tidak di dapatkan dari ayah nya. Biarlah dia menganggap ku ayah, bukankah statusku juga sebagai ayah sambung untuk anak ini. Ketika tangan ini mengelus kepalanya tiba-tiba mata Emir terbuka dan terukir senyum dari bibir nya. Senyuman itu persis sama seperti ibu nya.

"Pak Yoga.." sapa nya lembut, sebuah panggilan yang di ajarkan oleh ibunya.

"Terganggu ya bobok nya?" balas ku seraya duduk di tepi ranjang. Emir menggeleng, dia mencoba bangun lalu duduk.

"Pak Yoga mau kelja?" tanya nya polos ketika melihat ku sudah siap dengan pakaian kantor. Aku mengangguk.

"Hem,, mungkin tiga hari baru pulang" jawabku.

"Kok lama?" Emir bertanya lagi dengan nada sedikit sedih terlihat wajah nya yang murung.

"Ya, soal nya pekerjaan nya jauh, apa Emir mau di mau di belikan oleh-oleh saat nanti pulang?" sebuah tawaran yang mungkin membuatnya senang.

"Apa boleh?" tanya Emir. Aku mengulas senyum lalu mengangguk. Tapi anak itu malah menggeleng.

"Kenapa?" lanjut ku bertanya, apakah dia malu atau takut, itulah tebakan ku.

"Kamu gak perlu takut, Emir mau pesan apa?" tanya ku selembut mungkin. Emir menatap padaku dalam, dan tatapan itu menjadi sebuah permohonan.

"Pak Yoga, Emil hanya ingin pak Yoga kembali" lirih Emir.

Deg

Sungguh permintaan yang membuat hati ini terenyuh, dimana anak seusianya harus nya minta di belikan mainan tapi permintaan anak ini begitu sederhana. Ku peluk tubuh kecil anak ini.

"Pasti, bapak janji nak, karena ibu dan kamu adalah tempat pulang" ujar ku lembut, terukir senyum di bibir mungil Emir.

"Kita keluar temuin ibu yuk!" lanjut ku mengajak Emir. Anak ini mengangguk dia pun turun dari ranjang. Kita melangkah keluar kamar bersama.

"Emir, kesana dulu, bapak mau ngambil barang dulu di kamar!" seru ku pada Emir, Emir mengangguk seraya melangkah menuju meja di ruang makan tak jauh dimana dapur berada. Aku kembali ke kamar untuk mengambil ponsel untuk menghubungi Bagas agar membelikan baju ganti buat Emir. Selesai menghubungi Bagas aku memilih keluar untuk mencari keberadaan pak Yayan dan Bu Dana, mereka adalah yang bertugas merawat villa ini, rumah mereka juga tak jauh dari villa.

"Pak Yayan.." panggil ku pada pak Yayan yang baru datang.

"Pagi mas?" balas pak Yayan sopan.

"Begini pak, istri dan anak saya akan tinggal beberapa hari disini, tolong bapak sama Bu Dana untuk sementara temani istri saya ya, karena saya ada tugas ke luar kota pak!" ujar ku pada pak Yayan. Pak Yayan terlihat kaget mungkin mendengar aku yang sudah menikah apalagi punya anak tak lama dia mengangguk.

"Baik mas, nanti saya akan bilang pada istri saya" ujar pak Yayan.

"Terima kasih pak" ujar ku seraya kembali masuk. Ternyata di meja sudah tertata nasi goreng di lengkapi ayam suwir juga secangkir kopi, sedangkan Alana dan Emir tak nampak, mungkin Alana sedang mandiin Emir. Ponsel yang ada dalam saku ku bergetar segera ku lihat ada panggilan dari Bagas yang memberi tahu jika pesawat yang akan aku tumpangi akan segera berangkat dua puluh menit lagi. Aku bercedak seraya menatap makanan yang telah di siapkan oleh Alana, padahal tadi aku ingin menunggu mereka dan sarapan bersama, tapi tidak ada waktu untuk itu, ku menghela nafas berat mungkin dengan minum kopi bisa menjadi obat juga menghargai jeri payah Alana meski itu hanya sedikit.

"Pak nanti bilang sama istri saya ya kalau saya sudah berangkat!" sebuah pesan ku titip kan pada pak Yayan sebelum aku berangkat. Pak Yayan mengangguk.

"Terima kasih pak" balas ku seraya masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil menuju bandara, biarlah nanti Bagas yang mengurus mobil saat di bandara. Lima belas menit aku sampai di bandara dimana Bagas juga dua rekan kerja yang menemani ku sedang menunggu ku.

"Ini tiket mu" kata Bagas seraya memberikan tiket pada ku.

"Kau sudah menjalankan apa yang ku pinta" tanya ku. Bagas mengangguk.

"Semua beres bos" timpal Bagas.

"Yoga, ayo masuk!" ajak salah satu rekan wanita menghampiri ku. Aku pun mengangguk.

"Anggun, masuk lah nanti aku menyusul" jawab ku. Anggun pun mengangguk dia menyeret kopernya dan masuk terlebih dahulu bersama Nanang rekan ku yang satu nya.

"Pergilah selesaikan tugas mu!" ujar ku sebelum berderap pergi. Tak ada jawaban hanya acungan jempol yang Bagas berikan.

"Aku harus menyelesaikan pekerjaan dengan cepat" guman ku menyemangati diri sendiri, semua ini karena pesan dari Emir yang terus terngiang di kepala.

Dua jam sudah kini kami bertiga sudah sampai di hotel yang dekat dengan lokasi tambang yang akan kita kunjungi. Kita bertiga memilih beristirahat dan besok baru mengunjungi lokasi.

"Yoga, nanti malam kita jalan-jalan yuk!" ajak Anggun sebelum kita masuk ke kamar masing-masing.

"Maaf, sepertinya aku gak bisa, kamu pergi sama Nanang" tolak ku, anggun terlihat kecewa, tapi semua itu tak lagi penting bagi ku yang terpenting aku harus secepatnya menyelesaikan tugas dan kembali pulang karena di rumah sudah ada yang menunggu kepulangan ku.

Hari pertama kita mengunjungi lokasi pertambangan emas, meninjau pekerja, setelah itu kunjungan ke pabrik, di pabrik kita melakukan meeting untuk pengembangan produk baru dengan desain yang baru juga mengikuti tren. Untuk desain bagian Anggun dan pemasaran adalah bagian Nanang. Satu jam sudah meeting pun selesai, kita kembali ke hotel.

"Kalau bisa kita harus segera menyelesaikan tugas kita disini" ujar ku pada Nanang dan Anggun. Nanang setuju tapi tidak dengan Anggun yang sedikit protes.

"Kenapa buru-buru, waktu kita disini kan tiga hari, mumpung disini kita jalan-jalan ke tempat wisata di daerah sini"

"Ya, itu terserah kamu, mau traveling, yang terpenting tugas kita harus clear terlebih dahulu" jawab ku.

"Baiklah" timpal Anggun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!