* Alexandro Hutomo dan Alexandra Narnia *
Kehilangan dokumen membuat Xandra terjebak harus menjadi pembantu di rumah pemilik perusahaan dimana seharusnya ia bekerja.
Susah membuat orang percaya saat kita tak memiliki bukti ~ Xandra.
Penawaran tidak pernah datang dua kali, jika tidak silahkan tinggalkan tempat ini, jika ia mari kita pulang~ Alex.
Kita tidak tahu kemalangan apa yang akan menimpa kita, jika keberuntungan selalu ada dipihak kita~Xandra.
Mari kita lihat siapa pemenangnya~ Alex.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimulai
Alex menunggu Xandra untuk sarapan, namun yang ditunggu tak keluar dari kamarnya.
" Xan, buruan nanti saya telat" teriaknya, namun tetap tak ada tanda-tanda pintu akan dibuka.
" Xandra.... " Alex berteriak sekali lagi. Pintu terbuka menampilkan wajah cemberut Xandra. Dengan malas dia duduk diseberang Alex. Tempat terjauh dari Alex saat ini.
" Bapak punya hoby baru ya, teriak-teriak. Brisik tau!" Gerutu Xandra.
Tak ada percakapan seperti biasa saat di meja makan. Namun mata Alex tak henti menatap Xandra yang masih cemberut dan malas menatapnya. Hanya sesekali melirik dengan tatapan sadis.
" Jangan lihatin saya terus, kesedak duri syukurin" rutuk Xandra.
Alex tak membalas ucapan Xandra yang mendoakan kesialannya tetap mengunyah dan menatap Xandra tanpa berkedip. Ditatap sedemikian, Xandra belingsatan sendiri akhirnya.
" Apa sih bapak ini, saya culek tu ntar mata" Xandra mulai tak nyaman, namun Alex tetap pada posisinya.
Xandra jengah lama-lama, membawa piringnya pindah ke ruang tv, dan sarapan di sana. Alex no coment.
Hingga acara sarapan pagi itu selesai, tetap dengan posisi Alex di meja makan dan Xandra diruang tv.
Lama Xandra menanti Alex keluar dari dapur, namun sepertinya tak ada pergerakan dari Alex dari sana. Sedang sarapannya kini tinggal piring dan sendok kotor.
Xandra melongok dari ruang tv dan melihat Alex masih anteng, duduk dengan hpnya. Akhirnya ia beranjak juga ke dapur untuk mencuci bekas piringnya. Namun saat masuk, Alex kembali menatapnya . Xandra menyerahkan dan menampilkan senyum paksaan pada Alex.
" Apa semenarik itu sih pak wajah saya, sampai bapak liatin saya dari tadi, ntar jatuh cinta sama saya lho. " canda Xandra.
Alex tak menjawab, namun kini ia bergerak mendekati Xandra. Otomatis Xandra mundur, tak ingin kecolongan lagi. Namun bukan Alex jika mengalah, ia maju mendekat ke Xandra. Xandra mundur selangkah, begitu pula Alex maju selangkah, hingga akhirnya mentok di tembok dan jarak Alex semakin mendekat darinya.
Xandra memasang mode siaga, jika sewaktu-waktu Alex menciumnya lagi, sontak ia menutup wajahnya ketika Alex mulai menunduk mendekatkan wajah ke wajahnya.
Jantungnya berdetak tak karuan, kala ia membayangkan wajah Alex tak lagi berjarak. Namun siapa sangka jika apa yang dibisikkan Alex ketelingannya membuat Xandra otomatis menurunkan tutup tangan diwajahnya, dan melihat apakah benar jika bajunya saat ini terbalik. Namun ternyata itu hanya siasat Alex membohonginya agar ia membuka tangannya, begitu Xandra lengah, Alex kembali mencuri kecupan bukan di kening, namun dipipi Xandra.
Xandra terkejut, namun detik berikutnya tangannya memberi reaksi lain untuk Alex.
Plak
Tamparan itu kini membekas merah dipipi Alex, bersamaan dengan luruhnya air mata Xandra, tak peduli lagi dengan tangannya yang terluka mengeluarkan darah segar dan menetes melalui sela-sela jarinya.
" Brengs*k!" hanya satu kata yang keluar sebelum akhirnya ia menyingkirkan kungkungan tangan Alex dan berlari keluar rumah Alex.
Alex tersadarkan tentang apa yang baru saja terjadi. Ia mengusap wajahnya kasar, menjambak rambutnya, dan detik berikutnya ia mengejar Xandra yang berlari menjauh dari rumahnya. Jadilah aksi kejar-kejaran pagi itu.
" Xan, tunggu" Panggil Alex, namun Xandra tak menghiraukan panggilan Alex tetap berlari menjauh, sesekali menengok ke belakang untuk melihat posisi Alex yang semakin mendekat ke arahnya, namun naas mobil melaju kencang dari arah samping ketika Xandra berada di perempatan jalan, Alex mempercepat langkah kakinya untuk menjangkau tubuh Xandra, namun saat Xandra sudah berada direngkuhannya, mobil itu sudah tak berjarak lagi, dan......
Ciiiiiitt.....
Beruntung sopir mobil membelokkan kemudinya dan mengerem tepat waktu.
Semua orang yang menyaksikan kejadian menegangkan itu, seketika menghembuskan nafas lega, bayangan kejadian mengerikan itu terselamatkan oleh keahlian sang sopir.
" Dek, kalau mau menyebrang jalan hati-hati" Sesorang yang berkerumun menasehati.
Xandra masih gemetar dipelukan Alex, dan Alex yang menyahuti semua nasehat dari orang-orang itu. Ia membimbing Xandra menuju sopir truck yang langsung turun dari mobilnya.
" Mas, maaf" hanya kata itu yang bisa ia ucapkan ketika berhadapan dengan sang sopir.
" Lain kali hati-hati mas, mbak, jangan kejar-kejaran di jalan. Bahaya" ucap sang sopir.
Kerumunan orang sudah mulai bubar dan mobil truck juga sudah pergi dari sana. Meninggalkan Alex dan Xandra di trotoar dengan posisi masih memeluk.
" Ren, bawa mobil ke perempatan jalan depan rumah saya" Alex menghubungi Reno.
Tak berapa lama, Reno datang dengan mobil miliknya. Alex membopong tubuh Xandra yang mulai lemas ke mobil Reno, dan ia masuk setelah Xandra sudah di dalam. Mengambil kepala Xandra meletakkan di atas pahanya.
" Ke rumah sakit Ren!"
Reno memutar balik mobil untuk mencari rumah sakit terdekat. Ia melihat dari sepion kecemasan diwajah bos yang biasanya terlihat tenang, berwibawa. Tapi kini semua itu seakan menghilang.
" Cepetan Ren" Alex sudah tidak sabar untuk cepat sampai, melihat Xandra hanya memejamkan mata dengan air mata yang terus mengalir.
" Baik pak"
Sesampainya di rumah sakit, tanpa menunggu bantuan Reno, Alex membawa tubuh Xandra masuk ke ruang IGD, sambil meneriakan nama dokter meminta segera untuk memberi pertolongan untuk Xandra.
" Maaf pak, sebaiknya anda menunggu diluar" pinta perawat yang membawa brankar tempat Xandra dibaringkan, dan mendorongnya masuk ke ruang pemeriksaan.
Alex patuh, dan membiarkan para tim medis menangani Xandra. Ia kini lemas menyandarkan tubuhnya ditembok. Merutuki kesalahannya, dan rasa cemas campur aduk menjadi satu.
Reno menghampiri bosnya, setelah menyelesaikan pendaftaran diruang registrasi. Ia melihat sisi lain dari orang yang setiap hari berwibawa, memimpin perusahaan dengan ketegasan, hampir seperti seorang diktator, namun saat ini dimatanya ia melihat sisi rapuh dari seorang Alexandro. Dan itu dikarenakan seorang gadis yang saat ini sedang dalam pemeriksaan.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Siapa sebenarnya dia?
Dua pertanyaan itu timbul dikepala Reno, namun ia tak berani menanyakan apapun pada pria yang dihadapannya itu, selain memberikan sebotol air mineral pada Alex.
Hidup tanpa masalah itu tak indah ya teman-teman... Disinilah konflik Alex dan Xandra dimulai agar mereka juga bisa merasakan indahnya hidup.
Tetap kasih dukungan karena apa...
Jempolmu semangatku
Salam ~Fillia ~