Kisah bujang lapuk penjual celana kolor keliling yang memiliki kisah pahit bersama wanita, tiba tiba dihadapkan pada kejadian di mana dia harus menikahi tiga belas wanita secara bersama.
Kejadian apakah itu? Bagaimanakah ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buka Tidak Ya?
"Mister,"
"Hum? Apa?"
"Mister nggak buka baju?"
Deg!
Jiwo tertegun sejenak mendengar pertanyaan istrinya. Pandangan matanya yang semula menatap ke arah sang istri mendadak berubah menjadi memandang ke segala arah. Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat. Pikirannya sudah berkelana kemana mana, tapi Jiwo berusaha mencegah pikiran nakalnya.
"Buka baju? Untuk apa?" tanya Jiwo berusaha agar tidak terlihat gugup. Sementara itu wanita yang sedang ditunggu jawabannya malah berbaring dan menatap langit langit kamar.
"Seperti kedua kakak saya, mereka kalau tidur hanya memakai celana saja, tidak mau pakai kaos apapun, katanya nyaman, kebiasaan yang aneh," jawab sang istri. Ada rasa pilu saat mendengar ucapannya.
Jiwo merapatkan mulutnya dan mengangguk beberapa kali. Pikiran nakalnya seketika menguap menjadi rasa prihatin. Istrinya pasti sedang teringat keluarganya.
"Apa kakak kamu sudah pada menikah?" tanya Jiwo. Setidaknya, dia juga penasaran dengan kehidupan pribadi ke tiga belas istrinya. Terlihat dari tatapan mata Jiwo, sang istri menghela nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Harusnya kakak saya yang pertama menikah tahun ini, Mister. Tapi malah Tuhan berkehendak lain. Entah nasib keluarga saya bagaimana. Akun sosial media mereka juga sudah tidak pernah aktif kelihatannya."
Jiwo dan istrinya menghela nafas berat hampir bersamaan. Sejenak suasana berubah menjadi hening. Mereka hanyut dalam pikiran masing masing. Yang pasti mendadak rasa sedih bergelayut di hati mereka.
"Tidurlah!" titah Jiwo. "Kamu pasti lelah karena tadi ikut jualan."
Sang istri tersenyum. "Tapi lebih senang ikut jualan, jadi ada kegiatan. Kita juga tidak terlalu memikirkan apa yang terjadi pada kita. Kalau di rumah, kita malah sering merasa sedih."
Jiwo ikutan mengulas senyumnya. "Apa kalian ingin berjualan?"
"Pastinya ya kami ingin, Mister. Buat bantu bantu pemasukan Mister dan Emak. Tapi bukankah jualan itu butuh modal yang banyak, Mister?"
"Soal modal nggak usah dipikirkan. Kalian pikirkan saja mau jualan apa, nanti bilang sama saya, ya?"
Sang istri menoleh dan menatap Jiwo, "Benarkah?" Jiwo mengangguk sembari mengulas senyum. "Terima kasih."
"Tidurlah, sudah malam," titah Jiwo.
"Mister kalau tidurnya sambil buka baju ya buka aja nggak apa apa. Mister jadi diri sendiri aja asal Mister nyaman."
Lagi lagi Jiwo dibuat salah tingkah. Dia memang lebih suka tidur tidak pakai baju. Tapi sejak ada tiga belas wanita di rumahnya, kebiasan itu dia hilangkan.
"Nggak perlu, aku nyaman kok, tidur pakai baju," balas Jiwo dusta.
"Ya udah," balas sang istri dan dia langsung berbaring miring memunggungi suamiya. Jiwo mengulas senyum tipis lantas ikut berbaring miring memunggungi istrinya. Tak lama kemudian, keduanya larut dalam lelapnya.
Pagi kini menjelang. Pagi ini kesibukan di rumah Jiwo sama seperti pagi pagi sebelumnya. Jiwo hanya bangun tidur, mandi, sarapan dan berangkat jualan. Sedangkan pekerjaan yang lainnya, sudah dikerjakan oleh istri istrinya. Emak pun sudah berangkat ke pasar bersama tiga istrinya.
"Ya sudah saya mau berangkat dulu, kalian jaga diri baik baik. Kalau ada tamu, jangan di terima," titah Jiwo pada istri istrinya.
"Siap, Mister!"
"Baiklah, saya berangkat dulu."
Kini semua istrinya menjabat tangan Jiwo dan mencium punggung tangannya. Sama seperti hari kemarin, salah satu istrinya juga ada yang mendapat giliran ikut jualan. Setelah Jiwo berangkat, para istri yang masih di rumah langsung mengunci pintu rapat rapat.
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di dalam kamar motel yang ada di daerah tempat tinggal Jiwo, tiga orang pria yang dipimpin oleh Bejo sedang duduk santai sambil membahas rencana mereka.
Bau asap rokok dan bau alkohol sisa semalam masih menyeruak disegala penjuru kamar yang mereka tempati. Rencananya hari ini mereka akan datang lagi ke tempat di mana wanita incaran mereka berada. Berdasarkan info dari pemilik warung yang mereka sambangi kemarin, mereka sangat yakin kalau wanita yang mereka cari memang ada di sana.
"Apa rencana kita selanjutnya, Jo? Apa kita datangi rumah mereka lagi? Kita paksa," usul si kepala plontos sambil menyesap batang rokoknya.
"Jangan gegabah! Yang ada malah nanti kita yang habis," balas Bejo sedikit kesal.
"Tapi kan dengan cara halus malah susah, Jo?" protes si plontos.
"Kita pantau dulu aja, nanti kalau ada satu aja yang keluar, kita culik tuh dan jadiin alat untuk memancing yang lainnya," usul pria yang satunya.
"Nah, itu! Baru ide bagus. Ya udah, mending kita siap siap, ayo."
...@@@@@@...
yach.. namanya juga fantasi/Smug/