Anderson Gif seorang CEO di perusahaan raksasa bernama G'Group. Siapapun sangat tau kalau dia adalah penikmat cinta diatas ranjang. Tak ayal membuat mereka memakai cara licik hanya untuk bisnis dengan mengorbankan putri-putri mereka menjadi mainan Anderson.
Kira-kira ada yang bisa ngerubah sifat Anderson tidak ya? Simak disini yuk 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Sadarkan Diri
Sumi bingung harus menjawab apa. Dia membisu.
Dengan sabar Sumi membujuk Ziva untuk membersihkan dirinya meski sedikit sulit karena keadaan Ziva yang tidak bertenaga. Dia kemudian mengambil setelan piyama lalu memakaikannya di tubuh Ziva.
Sementara Ziva hanya diam dan sesekali terisak pelan dengan pandangan matanya yang kosong. Sumi menyisir ranbut coklat Ziva yang sangat berantakan. Wanita paru baya itu mengurus Ziva dengan telaten.
Dia berjongkok agar bisa melihat wajah Ziva yang menunduk.
"Apa nona sudah makan?" tanyanya.
Ziva bergeming. Membuat Sumi menghela nafasnya panjang.
"Apa nona menginginkan sesuatu?"
Ziva akhirnya menggeleng.
"Baiklah, nona istirahat ya. Panggil saya jika nona membutuhkan bantuan"
Sumi membaringkan tubuh Ziva lalu menyelimutinya. Matanya menatap jam diatas nakas, sudah lewat tengah malam.
Sumi melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Rupanya di apartemen ini hanya ada satu kamar saja, mau tidak mau dia harus tidur di sofa.
-
-
-
Hari berganti hari, Ziva sama sekali tidak ingin makan. Wanita itu selalu menolak semua makanan yang Sumi buatkan untuknya. Wanita itu akan berteriak histeris saat melihat orang lain mendekat ke arahnya. Dia selalu mengurung dirinya di dalam kamar mandi, bahkan tak jarang Sumi meminta si botak untuk mendobrak pintu itu agar terbuka.
Ini adalah hari ke 4 Ziva seperti ini. Kali ini Ziva bahkan mengunci kamar, membuat Sumi khawatir pada tawanan majikannya ini.
Sumi akhirnya keluar untuk memanggil si botak. Mereka mendobrak pintu kamar dan menemukan Ziva yang tergeletak tidak sadarkan diri.
Seketika semuanya panik, si botak mengangkat tubuh tidak berdaya itu ke atas ranjang. Sementara Sumi langsung menelepon Rey "Hallo Tuan.."
"Iya bi, kenapa?"
"Anu.. "
"Kenapa bi?"
"Non Ziva pingsan Tuan" lapor bi Sumi pelan.
"Apa bi? Apa bibi sudah mengabari Ander?"
"Ti-tidak Tuan bibi gak berani"
"Ya sudah saya kesana sekarang!" Rey menutup teleponnya secara sepihak.
Sumi mengecek suhu tubuh Ziva, tubuhnya benar-benar dingin lalu beralih untuk mengecek nadi wanita itu. Denyut nadinya juga melemah.
Rey yang kebetulan sedang berada di lokasi yang tidak terlalu jauh dari apartemen tiba disana hanya membutuhkan waktu 5 menit saja.
Pria yang tak kalah tampan dari Ander itu melangkahkan kakinya dengan cepat, merasa cemas dengan tawanan sahabatnya itu. Dia sudah mengetahui semua alasan Ander mengurung Ziva di sini.
Rey tidak membenarkan tindakan Ander. Tapi siapa yang bisa melawan pria keras kepala seperti Ander, tidak ada.
"Gimana bi?" tanyanya setelah sampai di kamar dimana Ziva berada.
"Belum sadar Tuan, denyut nadinya juga sangat lemah" jawab bi Sumi apa adanya.
"Kita bawa ke rumah sakit!" ujar Rey tak ingin berlama-lama dia segera menggendong tubuh kurus Ziva.
"Tapi.. bibi takut Tuan Ander marah"
"Itu urusanku bi ayo cepat!"
"Salah satu dari kalian ikut denganku, dan satu lainnya lagi tetap berjaga disini" perintah Ander pada si kembar botak.
"Baik Tuan" mereka menggangguk patuh.
Sesampainya di basemen Rey membaringkan tubuh Ziva di jok belakang, lalu memutari mobilnya untuk masuk melalui pintu lain. Membuat pahanya menjadi bantal kepala Ziva.
Sementara bi Sumi duduk di kursi depan dengan si botak menjadi supirnya.
"Cepatlah!"
Si botak segera melajukan mobil itu menuju ke rumah sakit terdekat. Membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai kesana.