Ketika hati mencoba berpaling.. namun takdir mempertemukan kita di waktu yang berbeda. Bahkan status kita pun berubah..
Akankah takdir mempermainkan kita kembali? ataukah justru takdir menunjukkan kuasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SUNFLOWSIST, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. SHORT DRAMA NAYA DAN WIRA
"Wira.. Di depan ada Nak Laras ingin bertemu." ucap Ibu Wira di depan pintu kamar itu.
"Laras..? Kebetulan sekali.. Aku ingin sekali membuat perhitungan dengannya." ucap Wira dengan nada penuh penekanan.
Dengan langkah cepatnya Wira keluar dari kamar itu. Menyusuri meja makan hingga menemukan sosok wanita yang merupakan sahabatnya namun akhir - akhir ini telah berubah menjadi musuhnya.
"Laras? Tumben kamu kesini.. " ucapnya dengan sorot mata penuh selidik.
Laras beranjak dari sofa tempat ia duduk. Dengan langkah manjanya ia mendekat kepada Wira.
"Aku kesini hanya ingin mampir dan memberitahu bahwa kamu dan ibu diundang oleh ayah untuk makan bersama besok malam. " ucapnya dengan nada yang dibuat selembut mungkin.
Sorot mata Wira begitu dingin. Tangannya terkepal begitu kuat. Mencoba menahan emosi dalam dirinya. "Baiklah ... Aku akan datang. Hanya itu saja kan? Kalau begitu aku pergi dulu. Ada hal yang perlu aku urus." Ucap Wira dengan nada dinginnya.
Laras hanya mampu menatap punggung Wira menjauh. Menyisakan segudang pertanyaan dalam benaknya. "Kenapa Wira dingin sekali kepadaku? Apa ada sesuatu yang terjadi dan aku tidak mengetahuinya?" monolognya dalam hati.
Wira mengambil ponselnya, dan mencoba menghubungi suster Ika.
Tut..
Tut..
"Halo ... Iya dokter Wira." jawab suster Ika diseberang sana.
"Apa baby Zayn rewel? Apa keadaannya baik- baik saja disana?" ucap Wira dengan nada tegasnya.
"Hemm.. Sebenarnya ada sesuatu yang aneh dokter, ASI yang sudah disediakan untuk baby zayn tiba - tiba tidak ada di ruang penyimpanan ASI. Dan ini stoknya tinggal 1 kantong saja dok." ucap Suster Ika dengan paniknya.
"Kenapa tidak memberi kabar dari tadi sus? Baiklah aku dan Naya akan segera kesana." ucap Wira dengan nada penuh penekanan.
Tanpa aba - aba bergegas Wira memasuki kamarnya dengan langkah tergesanya.
Ceklek..
Nampak Naya sedang pumping ASI untuk stok baby Zayn. Dengan wajah paniknya Naya menghadap ke tempat lain. Namun sayangnya, akibat ulahnya yang ceroboh itu kepalanya terantuk headboard.
"Aaww.. " ringis Naya penuh kesakitan.
Wira pun segera memalingkan wajahnya. Mencoba menghindar dari pemandangan yang memabukkan itu. "Maaf.. Maaf aku tidak mengetuk pintunya terlebih dahulu. Bersiaplah sekarang juga, kita kembali ke rumah sakit." ucap Wira dengan suaranya yang gagap.
Tanpa ada jawaban dari Naya, dengan cepat Wira keluar dari kamarnya. Jantungnya berdebar begitu cepat. Nafasnya tercekat.
"Sial ... Kenapa aku harus melihatnya dengan keadaan seperti tadi?" umpat Wira dengan nada kesalnya.
Bergegas Wira mencari keberadaan ibunya, meminta ijin untuk pamit segera kembali ke rumah sakit. Namun sayangnya Laras masih berada disana. Bercengkrama bersama ibunya.
"Ibu aku pamit pulang dulu bersama Naya. Ada kejadian yang sepertinya disengaja oleh seseorang." Ucap Wira dengan nada menyindirnya.
"Apa maksudnya nak?" tanya ibu Wira dengan nada cemasnya.
"Nanti saja bu aku akan menjelaskan lewat telepon."
Dari kamar Wira, Naya keluar dengan wajah canggungnya. "Sayang... Apa kamu sudah siap?" ucap Wira dengan penuh kelembutan. Tangannya terulur seolah ingin menggandeng Naya.
Naya pun terlonjak kaget mendengar panggilan Wira untuknya. Namun setelah ia melihat kehadiran Laras di ruang tengah saat itu, ia menjadi yakin bahwa ini hanya untuk membuat Laras marah. Tak tinggal diam ... Naya pun menyambut permainan Wira dengan senang hati.
"Sudah mas... aku sudah siap." ucapnya seraya menerima uluran tangan Wira.
"Tante.. Saya balik dulu. Terima kasih atas sambutannya. Rumah tante sangatlah nyaman dan penuh ketenangan."
Naya pun mencium tangan Ibu Wira dengan takzim dan kemudian dilanjutkan memeluk dengan penuh kehangatan. Hingga tanpa sadar Naya menitikkan air mata. Teringat akan kepergian ibunya karena semua kesalahannya.
"Pintu rumah tante selalu terbuka untukmu nak. Kemarilah kapan pun kamu mau nak. Syukur - syukur bisa menemani tante disini." ucap Ibu Wira seraya mengelus lembut punggung Naya.
Laras hanya mampu menatap semua itu dengan penuh kebencian. Tangannya mengepal erat seolah ingin meninju melampiaskan segala emosi di dalam dadanya.
"Saya permisi dulu dokter Laras." ucap Naya dengan nada ramahnya.
Kedua pasangan itu keluar dari rumah Wira, dan bergegas memasuki mobil. Segera Naya melepaskan genggaman tangan Wira. Suasana di dalam mobil pun mendadak canggung. Hingga beberapa saat kemudian suara Naya memecah keheningan dalam mobil itu.
"Maafkan saya dok. Sedikitpun saya tidak bermaksud untuk memanfaatkan kesempatan tadi. Maaf kalau saya telah lancang tadi memanggil dokter seperti itu." ucap Naya dengan penuh kecanggungan.
Wira hanya memasang ekspresi datarnya. "Panggilan seperti apa maksudmu Nay?"
Naya hanya mampu menundukkan kepalanya. Rasa malu jelas menyelimuti dirinya. "Memanggil dengan sebutas Mas Wira..."
"Iya sayang ... " ucap Wira dengan senyuman menggodanya.
Naya hanya mampu menggelengkan kepalanya.. "Bukan seperti itu maksudku dok.. Maaf tadi sudah lancang memanggil dokter Wira dengan sebutan Mas Wira.."
"Benar kan maksud aku tadi. Kamu tadi memanggilku apa?" ucap Wira dengan nada meyakinkan.
"Mas Wira.. " ucap Naya dengan nada polosnya.
"Dan aku menjawabnya... Iya sayang.. Terus dimana kesalahanku?" ucap Wira yang sengaja menggoda Naya.
Naya hanya mampu menanggapinya dengan tersenyum kikuk. "Astaga .. Aku tidak sadar dengan perkataanku sendiri. Maafkan saya dokter." Ucap Naya dengan semburat merah di wajahnya.
"Panggil aku Mas Wira saja mulai sekarang. Aku lebih suka dipanggil seperti itu. Dan soal tadi, aku tidak pernah merasa dimanfaatkan olehmu. Manfaatkan saja aku sebisamu. Bahkan aku rela menjadi garda terdepan untukmu Nay.." ucapnya dengan tanpa keraguan.
Wira menatap serius wajah Naya. "Aku harap kamu tidak berubah pikiran dengan keputusan kamu kemarin. Sesuai dengan syariat bahwa selesai masa nifasmu aku baru bisa menikahimu. Dan aku akan menikahimu dua minggu lagi Nay."
"Tunggu dokter.. Aku belum memutuskan apa - apa. Darimana dokter tahu bahwa aku setuju untuk menikah dengan dokter?" ucap Naya dengan nada paniknya.
"Kakek sudah memberitahuku. Aku harap kita bisa menerima satu sama lain. Baik itu kelebihan maupun kekurangan kita. Mulai sekarang kita tata hidup baru kita dengan baby Zayn."
kerahkan para intelejen buat nyari Naya sampai ke lobang tikus sekalipun....ah nggak ada usaha banget sih 😬😬😬