Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Bertindak Sendiri
Ternyata orang yang membawa Rasyid tak lain adalah Robby. Di malam gelap gulita Robby menopang tubuh Rasyid dengan membawanya masuk ke dalam hutan dan kemudian langsung menjatuhkan sehingga Rasyid tergeletak di tanah dengan setengah sadar karena masih lemas akibat suntikan yang diberikan Robby dan entahlah obat-obat apa itu.
"Kau berat sekali!"
"Dasar menyusahkan!" umpat Robby dengan nafas naik turun dengan berkacak pinggang terlihat begitu kesal.
"Aku harusnya melakukan semuanya sejak awal agar kau tidak merajalela, mulai mencari perhatian Kakek dan dan sekarang kau menikahi sepupuku yang bodoh itu, kau benar-benar merasa paling di atas dan berkuasa," umpatnya begitu kesal mencurahkan seluruh amarahnya kepada Rasyid.
"Terimalah pembalasanku!" Robby menginjak perut itu membuat Rasyid kesakitan dengan sedikit membusungkan dadanya.
Dalam kondisinya begitu lemah tidak mampu bergerak membuat Robby menghajar Rasyid dengan memukul wajahnya dan bagaimana mungkin ada perlawanan membuka mata saja Rasyid begitu sulit.
Sampai akhirnya Rasyid bisa melawan dengan satu tendangan menendang laki-laki yang menghajar dirinya itu mampu membuat Robby tergeletak di tanah dengan memegang perutnya tampak kesakitan.
Rasyid berusaha untuk bangkit dengan memegang perutnya dengan posisi duduk dan mundur ke belakang bersandar pada pohon bernafas naik turun melihat Robby masih tampak lemah hanya karena satu pukulan.
"Kau pikir bisa menang dariku!" umpat Robby.
"Kau benar-benar pengecut, bisa-bisanya kau menghajar orang yang lemah," sahut Rasyid dengan nafas berat.
"Mulutmu berani sekali menyebutku dengan panggilan kau. Aku adalah tuanmu!" tegas Robby sudah berdiri dan masih terlihat kesakitan berdiri di hadapan Rasyid.
"Kau bukan tuanku dan bahkan derajatku jauh lebih tinggi dibandingkan kau. Kau lupa jika istriku adalah pemegang Perusahaan dan posisinya adalah di atas dan itu artinya posisimu tidak sebanding denganku," ucap Rasyid dalam keadaannya yang lemah masih sempat-sempat membuat Robby semakin marah dengan kata-kata itu.
"Dalam keadaan seperti ini kau masih menyombongkan diri!" bentak Robby.
"Aku sombong berdasarkan kenyataan. Kau sangat pengecut menculikku tiba-tiba dengan cara seperti ini, memukuliku dalam keadaan lemah dan seharusnya jika kau seorang laki-laki gentleman dan mari bertarung satu lawan satu," ucap Rasyid tersenyum miring seolah menantang Roby.
"Diamlah! aku tidak punya waktu berbicara denganmu!" sahut Roby dengan tiba-tiba mengeluarkan pistol dari saku celana dan mengarahkan tepat pada dahi Rasyid
"Kau dengar aku Rasyid. Aku tidak punya waktu meladeni orang sepertimu. Kau lebih baik mati di tanganku agar mataku tidak sakit melihatmu setiap hari masuk rumahku," ucap Robby.
"Kau membunuhku karena takut aku membongkar semua kejahatanmu. Robby percuma saja kau melakukan semua ini kepadaku. Cilla juga sudah tahu bahwa sebenarnya kau yang melakukan penggelapan dana di pabrik, kau juga membuat gas beracun di dalam ruangan Arbil. Jika aku mati di tanganmu dan itu percuma saja," sahut Rasyid.
"Paling tidak aku puas jika kau mati di tanganku dengan begitu sepupuku yang bodoh itu tidak akan bisa dikendalikan siapa-siapa, dia juga akan berpihak kepadaku, memberikan rasa prihatin dan mengampuni kesalahanku. Tetapi jika kau masih berada di sampingnya dan kau akan mempengaruhinya. Aku sangat mengenal laki-laki seperti dirimu. Kau hanya memanfaatkan Cilla!" tegas Robby membuat Rasid tersenyum dengan mendengus kasar.
"Terserah apa yang kau katakan? Kau ingin membunuhku, maka silahkan. Aku tidak perlu heran dengan apa yang kau lakukan, karena kau seorang pengecut dan hanya bisa bermain dengan cara seperti ini," ucap Rasyid dalam keadaan yang sekarat masih bisa menantang Roby.
"Diamlah! Apapun yang kau katakan tidak akan mengubah pikiranku!" tegas Robby menarik pelatuk pistolnya yang sudah ingin menembakkan ke Rasyid.
Tidak terlihat rasa takut sama sekali di wajah pria tampan itu, mungkin hanya sedikit menahan rasa sakit pada perutnya dan juga wajahnya akibat pukulan Robby.
Robby tersenyum miring sudah tidak sabar, menembakkan peluru itu tepat didada Rasyid. Rasyid pasrah dan jika hal itu terjadi maka apa yang bisa dilakukan.
"Aahhh!" belum juga sampai pelatuk pistol itu di tarik, tiba-tiba saja Robby merasa kesakitan pada punggungnya dan kemudian memegangnya, membalikkan tubuhnya perlahan.
Cilla berdiri di sana memegang busur panah dan ternyata menancapkan anak panah tersebut tepat di punggung Robby.
"Cilla!" sahut Robby menekan suaranya
Cilla justru ingin menembakkan sekali lagi.
"Ampun Cilla!" Robby mengangkat kedua tangannya memohon ampun agar Cilla tidak melukainya lagi dan akhirnya membuat Cilla menghela nafas dan melangkah menghampiri Robby.
Sementara Rasyid melihat kedatangan istrinya bersama kedua Bodyguard berdiri di belakangnya, Rasyid mendengus yang mungkin tidak menyangka jika istrinya sangat pintar sekali memainkan panah dan bahkan tanpa ragu menembakkan anak panah itu pada saudara sendiri.
"Benar-benar sangat keterlaluan. Ingin membunuh suamiku agar kehilangan jejak. Kak Robby aku sudah mengetahui semuanya perbuatanmu!" tegas Cilla.
"Tetapi kau tidak harus memanahku seperti ini!" tegas Robby kesakitan dengan menekan suaranya yang masih memegang punggungnya dengan tancapan anak panah itu.
"Aku juga akan menembakmu, jika peluru itu sampai menembus dadanya. Aku benar-benar tidak menyangka Kakak bisa melakukan hal seperti ini," ucap Cilla sampai tidak bisa berkata apa-apa.
"Bawa dia!" titah Cilla pada kedua anak buah tersebut.
"Kau ingin membawaku ke mana Cilla?" tanya Roby terlihat begitu panik.
"Kantor Polisi!" jawab Cilla membuat Robby kaget.
"Kenapa? Kakak pikir aku tidak tega melakukan hal itu. Penjahat harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan tidak pilih bulu. Cepat bawa dia!" tegas Cilla.
Kedua anak buahnya langsung membawa Robby masih dalam keadaan anak panah yang tertancap.
"Cilla kau tidak bisa melakukan semua ini kepadaku. Aku adalah saudaramu," Robby memberontak saat di seret paksa dan Cilla tidak peduli apapun sama sekali.
Cilla kemudian berjongkok di depan suaminya, melihat keadaan suaminya yang babak belur turut membuatnya prihatin.
Jika Cilla tidak melihat secara langsung ada yang membawa suaminya dan sebelum itu melupakan suaminya. Maka sekarang Rasyid sudah mati di tangan Robby.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Cilla memperlihatkan ekspresi khawatir.
Rasyid tidak menjawab dan menatap istrinya begitu dalam.
"Ada apa? Kamu terkesan melihatku saat menancapkan anak panah ke punggungnya?" tanya Cilla dengan percaya diri mengharapkan pujian dari Rasyid dan justru membuat Rasyid mendengus kasar dengan tersenyum miring.
"Sudah keadaan seperti ini masih sempat mengejekku," sahut Cilla dengan kesal.
"Aku tidak mengejekmu. Benar aku sedikit terkesan kamu pandai bermain panah. Aku sebelumnya tidak percaya hal itu," ucap Rasyid.
"Selain hobi melukis dan aku juga ahli dalam bermain panah. Aku memang tidak bisa memegang pistol seperti dirimu, atau menembakkan peluru kepada target musuh. Tetapi anak panahku bisa tertancap tepat pada target," jawab Cilla menyombongkan dirinya.
Rasyid mendengarnya sejak tadi malah senyum-senyum, seolah-olah wajahnya yang babak telur itu tidak terasa sakit.
"Jangan memberikan ekspresi seperti itu kepadaku. Bangkitlah kita harus kembali," ucap Cilla kemudian langsung berdiri.
"Aku tidak akan dibantu?" tanya Rasyid.
"Ini adalah hutan dan anak buah sudah pergi terlebih dahulu. Dalam keadaan sempit dan genting seperti ini harus mandiri. Berdirilah, pasti juga mampu," jawab Cilla.
Rasyid mendengus dasar mendengar pernyataan istrinya ternyata membalas dirinya saat mereka terjebak di dalam hutan dan saat itu Rasyid juga mengeluarkan kata-kata itu pada Cilla.
Bersambung....
penuh rahasia