NovelToon NovelToon
Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Fangirl Cantik Milik Tuan Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kaya Raya / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Aluna, seorang pekerja kantoran, punya satu obsesi: Grand Duke Riven Orkamor, antagonis tampan dari game otome yang seharusnya mati di semua rute. Baginya, menyelamatkan Riven adalah mimpi yang mustahil.

​Hingga sebuah truk membuatnya terbangun sebagai Luna Velmiran — putri bangsawan kaya raya yang manja dan licik, salah satu karakter dalam game tersebut.

​Kini, Riven bukan lagi karakter 2D. Ia nyata, dingin, dan berjalan lurus menuju takdirnya yang tragis. Berbekal pengetahuan sebagai pemain veteran dan sumber daya tak terbatas milik Luna, Aluna memulai misinya. Ia akan menggoda, merayu, dan melakukan apa pun untuk merebut hati sang Grand Duke dan mengubah akhir ceritanya.

​Namun, mencairkan hati seorang antagonis yang waspada tidaklah mudah. Salah langkah bisa berarti akhir bagi mereka berdua. Mampukah seorang fangirl mengubah nasib pria yang ia dambakan, ataukah ia hanya akan menjadi korban tambahan dalam pemberontakannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 : Ditolak?

​Pertanyaan itu akhirnya keluar, terucap lebih seperti bisikan lirih yang nyaris hilang di tengah riuh rendah para siswa. "Grand Duke... Apa Anda serius?"

​Riven berhenti berjalan. Keheningan pekat di antara mereka terasa semakin berat.

Luna menahan napas, jantungnya berdebar begitu kencang hingga ia takut pria di depannya bisa mendengarnya. Ia telah mengerahkan seluruh sisa keberaniannya untuk satu pertanyaan itu.

​Riven menoleh, matanya yang biru safir menatap lurus ke dalam mata Luna, begitu dalam seolah sedang menelusuri jiwanya. Ia membuka mulutnya, siap memberikan jawaban yang mungkin akan mengubah dunia Luna selamanya.

​"Soal—"

​"LUNAAA!"

​Sebuah suara yang keras, ceria, dan penuh energi membelah ketegangan di antara mereka seperti kapak.

Sesosok gadis dengan rambut merah tembaga yang diikat ekor kuda dan senyum lebar di wajahnya tiba-tiba muncul, langsung merangkul lengan Luna dengan akrab. Itu Garam.

​"Akhirnya aku menemukanmu! Ayo, kita kembali ke asrama bersama!" seru Garam Ironviel, sama sekali tidak menyadari atmosfer tegang yang baru saja ia hancurkan.

​Luna tersentak kaget, sementara Riven langsung menutup mulutnya, ekspresinya kembali dingin dan tak terbaca.

Momen itu… telah hilang.

​"Ga-Garam?" gagap Luna, pikirannya masih kacau.

​"Tentu saja ini aku! Memangnya kamu punya teman dekat lain? Ngomong-ngomong... Kamu hebat sekali bisa dapat peringkat tiga! Aku tidak menyangka temanku yang bahkan tidak bisa mandi sendiri menjadi pemimpin tim! Ayo, ayo, ceritakan semuanya di jalan!" kata Garam sambil menarik Luna pergi, meninggalkan Riven yang hanya bisa menatap punggung mereka dengan tatapan yang rumit.

Begitu pintu kamar asrama mereka tertutup, Garam langsung berbalik dan menatap Luna dengan intens. Sifatnya yang ceria kini berganti dengan tatapan tajam seorang ksatria praktis.

​"Oke, sekarang jujur padaku," kata Garam sambil melipat tangan di dada. "Bagaimana caramu melakukannya? Maksudku, peringkat ketiga? Tim-mu itu, terus terang saja, adalah kumpulan sisa. Tapi kalian berhasil. Apa yang dikatakan murid lain benar? Semuanya berkat Grand Duke Orkamor?"

​Luna, yang masih mencoba memproses interupsi tadi, hanya bisa tersenyum lelah. "Hanya sedikit keberuntungan, kurasa. Dan... Ya. Grand sangat kuat, tapi yang lain juga bisa bekerja sama dengan baik."

​"Keberuntungan dan kekuatan saja tidak akan memberimu puluhan ribu poin. Kamu pasti memimpin mereka dengan baik karena itu kerja samanya bagus," bantah Garam. "Sayang sekali kita tidak bisa satu tim. Kalau saja kita bersama, posisi pertama pasti sudah jadi milik kita."

​Luna tertawa kecil, berusaha mengalihkan pembicaraan dari dirinya. "Mungkin saja. Tapi, bagaimana dengan tim-mu? Kalian tampak hebat di atas podium tadi."

​Mendengar itu, ekspresi Garam berubah menjadi lebih analitis. Ia duduk di tepi tempat tidurnya. "Timku... yah, mereka kuat. Sangat kuat." Ia berhenti sejenak, seolah sedang menyusun penilaiannya.

​"Iselyn itu persis seperti rumornya," mulai Garam. "Kekuatan sucinya luar biasa. Dia bisa menyembuhkan luka fatal dalam sekejap dan sihir cahayanya sangat kuat. Tapi..." Ia mengerutkan kening. "Dia terlalu naif. Dia melihat dunia ini hitam dan putih, dan terkadang itu membahayakan tim."

​"Valen," lanjutnya, "Dia seperti pendekar sejati. Setia, kuat, dan tampak seolah akan melakukan apa pun untuk melindungi Iselyn. Dia seperti perisai yang sempurna, tapi... Itu luarannya. Dia... Memendam perasaannya, entah untuk apa."

​"Dan Alther..." Garam mendesah. "Dia monster. Kekuatan pedang sihirnya memiliki daya rusak yang mungkin setara dengan si penyihir api itu. Dia terlalu arogan dan sulit diajak kerja sama, tapi entah kenapa dia hanya mendengarkan Iselyn. Kami menang karena kekuatan individu kami luar biasa, bukan karena kerja sama tim kami yang bagus."

​Luna mendengarkan dengan saksama, analisis Garam sangat tepat dan objektif, persis seperti kepribadian miliknya.

​"Sudah, jangan bicarakan mereka lagi. Ayo kita mandi, Tuan Putri! Badanku lengket sekali!" seru Garam, kembali ke sifat cerianya.

​Di dalam pemandian uap yang hangat, setelah mereka selesai membersihkan diri, Garam kembali menyinggung topik yang paling dihindari Luna.

​"Hei, Luna," katanya, suaranya lebih pelan sekarang. "Tadi di podium... kau dan Grand Duke Orkamor... kalian tampak canggung sekali. Ada apa?"

​Luna, yang sedang merendam diri, seketika menegang. "Ti-tidak ada apa-apa."

​Garam menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Jangan bohong padaku. Kalian berdiri berjauhan seperti ada dinding tak terlihat. Wajahmu juga merah padam." Ia terdiam sejenak, lalu matanya sedikit melebar dengan ekspresi kasihan.

​"Tunggu... jangan-jangan... kau ditolak, ya?"

​"HAH!?" pekik Luna, suaranya menggema di pemandian uap yang sunyi. Cipratan air tercipta saat ia tanpa sadar menegakkan tubuhnya, wajahnya yang sudah memerah karena uap kini semakin merah karena alasan lain.

"Di-ditolak!? Apa maksudmu!?"

Garam menatapnya dengan tatapan prihatin yang jujur. "Yah, kau tahu... kau kan sampai membayarku hanya untuk menempel padanya. Tapi tadi di podium, kalian seperti dua kutub magnet yang saling menolak. Aku hanya menduga... mungkin kau tanpa berpikir menyatakan perasaanmu, lalu dia menolakmu dengan dingin. Benar, kan?"

Pikiran Luna seketika berputar. Skenario yang dilontarkan Garam seratus persen salah, tapi entah kenapa terasa lebih mudah diterima daripada menceritakan kebenarannya. "Apa aku harus bilang kalau dia secara tidak langsung melamarku di depan iblis, lalu aku kabur seperti pengecut? TIDAK MUNGKIN!"

"Ti-tidak seperti itu!" sanggah Luna, suaranya sedikit terlalu keras. Ia kembali merendam tubuhnya hingga sebatas leher, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

"Kami hanya... ada sedikit salah paham. Itu saja."

"Salah paham?" Garam mengangkat alis, jelas tidak yakin. "Salah paham macam apa yang membuat wajahmu terlihat seperti mau meledak begitu?"

Luna tidak bisa menjawab. Pikirannya kembali melayang pada momen di aula obsidian itu. Pada tiga bola kristal. Pada bisikan Hesrak. Dan yang paling penting... pada suara Riven di dalam benaknya.

"Gadis yang menarik. Dia memiliki kualitas untuk berdiri di sisiku. Sebagai Grand Duchess."

Setiap kali mengingatnya, jantungnya serasa mau melompat keluar dari dadanya. Itu adalah pengakuan. Itu adalah sebuah janji. Itu adalah... sebuah lamaran? Tapi setelah itu, ada juga kalimat. "Dia gadis yang berbahaya. Kenapa dia menyembahku? Dia aneh."

"Argh! Pria itu benar-benar membingungkan!"

"Lihat, kau melamun lagi," celetuk Garam, menyadarkan Luna. "Kalau kau tidak mau cerita, tidak apa-apa. Tapi sebagai teman, aku hanya ingin bilang..." Ia mendekat dan menepuk bahu Luna dengan lembut. "Kalau kau sedih, kau bisa mengandalkanku. Kalau kau butuh teman untuk memukuli Grand Duke, aku juga siap meretakkan tulangnya."

Mendengar itu, Luna tidak bisa menahan tawanya. "Kau mau memukuli Grand Duke? Yang ada kau yang jadi patung es."

"Setidaknya aku sudah mencoba!" balas Garam sambil tertawa, suasana canggung di antara mereka akhirnya mencair.

Mereka melanjutkan obrolan ringan sambil menikmati hangatnya air, membahas hal-hal sepele seperti betapa menyebalkannya Darius atau aktifitas akademi yang menarik minat. Namun, di balik tawa dan senyumnya, pikiran Luna tidak pernah benar-benar jauh dari pria berambut perak dan bermata biru itu.

Ia telah memutuskan untuk maju terus, mencoba untuk tidak terlalu mengubah alur cerita dan menyelamatkan Riven. Tapi sekarang, saat Riven sendiri yang tampaknya ingin melangkah maju bersamanya, Luna justru menjadi orang yang paling takut.

Bagaimana jika begini? Bagaimana jika begitu? Pikirannya penuh perandaian. Bagaimanapun, Luna Velmiran adalah salah satu dari delapan pedang sedangkan Riven adalah antagonis kuat di akhir cerita.

"Besok... ujian tahap ketiga, ujian individu," pikirnya sambil menatap uap yang mengepul. "Aku akan menemuinya dan harus bicara dengannya. Aku harus mendapatkan jawaban yang jelas."

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
BlackMail: Makasih sudah mampir 🙏
total 1 replies
Hppykiyo Modbos
terima kasih kak double up nyaa ✨✨✨😍
Hppykiyo Modbos
semangat Lunaa, pelan pelan cairkan si gunung es💪💪😖
Hppykiyo Modbos
simulasi membangun...


~Urusan perabotan dan wangi-wangian
Kuserahkan pada s'leramu yang lebih maju
Tapi tata ruang, aku ikut pertimbangkan~🎶
Hppykiyo Modbos
wkwk, seakan hanya ada kalian berdua ya (Luna Riven), dunia dan yang lainnya hanya jadi latarr + nyamuk
🤣
Hppykiyo Modbos
terima kasih kakk double up nyaa

love you,Je t'aime, Te amo, Saranghae, liebe🫶🏻
Hppykiyo Modbos
rawrrr
Hppykiyo Modbos
adegan ini yang selalu ku nanti, aaaa omg gemesss, thanks kak author, nggk papa tipis" yang penting ada😖😍
nsjdjdhdb
ceritanya sangat menarik dan tidak membosankan.
Hppykiyo Modbos
aa gila, suer iselyn adalah mahluk yang patut di curigai, jangan jangan diaa...😖

sampaikan pesanku untuk Luna Thor "hati hati Lunaa😖"
Hppykiyo Modbos
butuh rekomendasi Novell!! 🫠
Hppykiyo Modbos
sebelumnya terima kasih Thor atas kerja keras nya membuat cerita ini, jangan lupa makan dan istirahat agar tetap dalam keadaan sehat selalu


ijin Thor
aaaaa kenapa sedikit sekali rasanya ini terlalu pendek, sudah kuduga aku harus menabungg nya, tapi karena jari ini terlalu gatal sehinga.. ah sudahlah😖🫠🫠🫠
Hppykiyo Modbos: iya nggk papa kak, aku akan tetap menunggumuu, makasih ya kak, semangatt kk✨💪
total 2 replies
Hppykiyo Modbos
kak Thor kok dikittt🫠
makasih kakk, love sekebon deh🫶🏻✨




~maaf ngelunjak🫰🏻🫰🏻
Hppykiyo Modbos
aaa kuharap Luna iselyn akurr, dan punya pasangan masing masing 😖
Hppykiyo Modbos
.
Hppykiyo Modbos
ku harap raven mencintai luna bukan sekedar mengingatkan karena kekuasaan keluarga nya Lunaa🫠
Hppykiyo Modbos: typo *menginginkan dukungan kekuasaan dari keluarga nya luna
total 1 replies
Hppykiyo Modbos
terima kasih kak sudah menuliskan cerita seseru dan segreget ini

semangat kakk, aku tunggu up selanjutnya, nggk sabar apakah ada adegan bucin nya raven ke Lunaa😍💪
Hppykiyo Modbos
anomaliii~~🤣
Hppykiyo Modbos
aaa lucunya Aluna, fangirl tingat sssss+
Hppykiyo Modbos
menguji kesabaran Luna wkwk🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!