NovelToon NovelToon
One Night Recipe

One Night Recipe

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Giant Rosemary

Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit

Dani bangun kesiangan karena semalam ia menonton pertandingan bola klub kesuakaannya hingga hampir pagi. Ia keluar dari kamar dengan keadaan yang acak-acakan dan lapar. Berharap bisa langsung makan makanan enak yang Amori masak.

Tapi pemandangan di atas sofa membuat langkahnya sontak berhenti. Tatapannya bertaut dengan milik Lucas yang penuh dengan peringatan agar ia tidak mengganggu. “Kenapa?” tanya Dani tanpa suara. Gerakan mulutnya terbaca jelas, tapi Lucas tak menjawab.

Pria itu hanya menggeleng, lalu mengeratkan pelukannya pada pundak Amori yang tertidur di pangkuannya. Dani mendekat dengan langkah yang hati-hati, lalu ikut duduk di samping Lucas. Ia mengamati wajah Amori yang agak tertutup rambut. Mata gadis itu terlihat bengkak, walau napasnya terdengar tenang seolah telah tertidur sangat dalam.

“Habis nangis?” tanyanya lagi.

“Coba lo cari tau, kemarin Amori ketemu sama siapa. Cari tau kenapa dia bisa pulang dengan kondisi yang berantakan begini.” Dani tidak langsung menanggapi. Ia masih kebingungan dengan keadaan Amori.

“Gimana cara cari taunya?” Dani mengatupkan mulut ketika melihat Lucas tidak terlihat ingin menarik perintahnya. Pria itu terlihat benar-benar serius dan ingin tau.

“Kalo lo bisa dapetin informasi, gue mau ambil project yang kemarin lo ajuin.”

“Bener?!” mata Dani langsung terbuka lebar. Lucas mengangguk singkat sebagai jawaban.

“Oke!” kata Dani semangat. Ia bangkit dan berjalan ke dapur dengan langkah semangat.

“Amori belum sempat masak. Baru ada croissant di oven. Kita pesan makanan aja buat hari ini.” Dani tak banyak membantah. Ia memakan croissant buatan Amori sambil memilih makanan yang sedang ia makan pagi ini di situs pesan online. Saking seriusnya, ia tidak sadar kalau Lucas sudah pergi bersama Amori ke kamar.

***

Amori bangun dengan kondisi kepala yang sangat sakit. Ia sadar kalau ia sedang tidak berada di kamarnya, tapi tubuhnya terlalu lemas untuk bangun dan keluar. Amori memandang kosong langit-langit kamar yang ia tebak milik Lucas itu. Terakhir ia ingat, pria itu memeluknya dan membisikkan kata-kata yang cukup menenangkan sebelum kantuk membawanya pergi.

Cukup lama Amori melamun, pintu kamar Lucas tiba-tiba terbuka dengan pelan, dan sosok tampat dengan tubuh tinggi kekar itu masuk. “Don’t move.” kata Lucas, mengurungkan niat Amori yang ingin beranjak.

“Maaf, saya pakai ranjang kamu.” pria itu tak menjawab apapun. Lucas menaruh sebuah baki berisi segelas air mineral, satu mangkuk sup dan sebuah wadah kecil berisi 1 pil di atas nakas.

“Makan dulu, habis itu baru minum obat.” kening Amori berkerut.

“Obat apa?” Lucas membantunya bangun dan memposisikan sebuah bantal untuk menyangga punggungnya. Setelah yakin Amori sudah nyaman, ia baru menarik diri.

“Aspirin.” tanpa sadar Amori mengelus perutnya.

“Saya nggak perlu minum obat.” kini giliran Lucas yang keningnya berkerut.

“Kamu demam.”

“Saya, punya obat sendiri di kamar. Nanti biar saya minum obat punya saya sendiri.” meski ingin mendebat, Lucas akhirnya menahan diri. Pria itu kemudian membantu Amori untuk memakan sarapannya yang sudah lewat sekali.

“Kamu, nggak berangkat latihan?” Lucas menggeleng pelan. Tangannya dengan cepat mengelap sudut bibir Amori yang terkena bubur.

“Hari ini saya izin. Nggak mungkin saya berangkat, dengan kondisi kamu yang sakit begini.” mendengarnya Amori jadi ingin menangis lagi. Ia takut rasa tertarik Lucas padanya benar-benar serius. Jika begitu, Lucas pasti akan sangat kecewa jika mengetahui, kalau gadis yang ia suka tengah hamil tanpa tahu siapa orang yang telah menghamilinya.

“Kamu, nggak perlu urus saya. Setelah minum obat nanti, kondisi saya pasti akan langsung membaik. Biar nanti saya antar makan siang kamu ke—”

“I’m okay. Bolos latihan satu hari nggak membuat kemampuan saya tiba-tiba hilang. Jadi untuk hari ini sampai kondisi kamu benar-benar sembuh, istirahat. Saya nggak butuh kamu buat makanan untuk saya. Saya butuh kamu sehat.”

“Tapi—”

“Kalau kamu mau saya berangkat latihan, sembuh yang cepat. Jangan buat saya khawatir.” dengan itu Amori bungkam. Ia tidak memiliki sanggahan atas ucapan Lucas. Rasa bersalahnya malah semakin bertumpuk karena perhatian Lucas untuknya.

Setelah makan, Amori kembali ke kamarnya. Cukup lama ia membujuk Lucas agar diperbolehkan untuk kembali ke kamar. “Istirahat, Amori. Jangan lupa minum obat dan, jangan kunci pintunya.” Amori mengangguk pelan dan berlalu.

***

Sementara Lucas menghabiskan waktu di rumah untuk membantu Amori yang ia anggap kurang sehat, Dani melaksanakan tugas demi kontrak kerja bernilai fantastis yang Lucas janjikan. Ia kini berada di cafe, dekat sebuah kantor keuangan, menunggu orang yang sudah ia hubungi sebelumnya untuk datang di jam makan siang.

“Dani?” pria itu mendongak, dan mendapati seorang gadis yang penampilannya sangat rapih. Benar-benar seperti pekerja kantoran yang harus menemui banyak klien setiap hari. Wangi yang menguar dari tubuh gadis itu juga sangat harum.

“Nora, ya? Kenalkan, Dani.” mereka berjabat tangan, lalu duduk berhadapan dengan segelas minuman di hadapan masing-masing.

“Saya pesenin latte, gapapa kan? Mau makan berat nggak?” Nora terlihat tersenyum tipis. Mengangguk tapi selanjutnya mendebat.

“Nggak perlu, terima kasih. Dan sebenarnya saya lebih suka Americano, but thanks for the latte.” dari respon Nora yang terdengar sopan namun tajam itu, Dani tau kalau ia tidak akan mudah mendapatkan informasi tentang Amori.

Dan benar saja. Selama kurang lebih 20 menit mencoba mengorek informasi, Nora tidak memberikan jawaban yang berarti. Gadis itu seolah memasang pagar tinggi, seakan-akan Dani adalah orang jahat yang berniat buruk pada sahabatnya.

“Menurut saya, bos anda tidak harus begitu mencampuri urusan pribadi Amori. Dia memang sedang ada sedikit masalah, tapi saya yakin Amori akan cepat pulih dan mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Jadi kalaupun bos anda masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Amori setelah ini, bisa tanyakan langsung pada Amorinya langsung.”

Nora mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Menunjukkan bahwa ia akan segera pergi pada Dani yang tidak terlihat puas dengan hasil pembicaraan mereka. “Terima kasih kopinya dan maaf, saya tidak bisa membantu terlalu banyak.” bahkan setelah Nora pergi dari pandangannya, Dani gagu. Aura gadis itu benar-benar berbahaya sampai-sampai Dani tidak memiliki alasan untuk mencegah kepergiannya.

Jadi dengan tangan hampa, Dani kembali untuk melaporkan hasil pekerjaannya pada Lucas.

***

“Tadi asisten bos lo ke kantor gue. Dia nanyain soal lo yang nggak pulang. Terus, emang lo demam?”

“Sedikit, cuma gara-gara kebanyakan nangis.” Nora berdecak di seberang sana. Jelas sekali suara Amori masih terdengar sumbang. Seperti habis bernyanyi puluhan lagu tanpa henti dan tanpa minum.

“Gue paham, kalau masalah lo ini bukan sesuatu yang gampang. Tapi lo harus paksa badan lo buat kuat. Boleh sedih, tapi jangan sakit. Lo kan sekarang tinggal di rumah orang. Lagian, emang bos lo seperhatian itu sama karyawannya? Pertanyaannya kok detail banget sih?” Amori menghela. Pertanyaan dan perintah Nora terlalu banyak.

“Dia, kayaknya suka sama gue.”

“Hah?!” Nora tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Amori sama sekali belum cerita soal ini. “Lo kok nggak cerita apa-apa sama gue!”

“Karena gue nggak yakin. Tapi hari ini, kayaknya beneran. Dia perhatian banget. Tadi gue ketiduran gara-gara capek nangis, terus pas bangun udah ada di kamar dia.”

“Gila. Cakep nggak? Kalo cakep, ladenin aja. Siapa tau—”

“Gue lagi hamil, kalo lo lupa Ra.” Nora langsung bungkam ketika nada suara Amori terdengar bergetar lagi. Sahabtnya itu pasti benar-benar terguncang, dan raa percaya dirinya jatuh ke dasar.

“Lo hamil, bukan berarti lo nggak pantes buat dapetin cowo baik, mapan plus ganteng Ra. Yaudah, lupain dulu soal bos lo ini. Pokoknya nanti, gue pastiin lo bakal ketemu sama cowo yang pantes dapetin lo.”

“Cih, gue kali, yang harusnya nuruin standar.”

“Gue nggak suka banget kalo lo udah begini. Udah, nanti malem siap-siap. Kita makan enak di luar.”

“Tapi kan, gue lagi sakit.”

“Halah, lo cuma banyak pikiran. Pokoknya nanti gue jemput. Izin sama boslo, bilang aja lo mau ke dokter.”

***

Bersambung....

1
Lory_kk
Semangat thor, jangan males update ya.
Hazel Nolasco
Ngangenin deh ceritanya.
Luna_UwU
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!