‼️DILARANG ATM & PLAGIAT. KALAU MAU JADI PENULIS PIKIRKAN SAJA ALUR SENDIRI, JANGAN SUKA NYOLONG PIKIRAN PENULIS LAIN‼️
Penolakan Aster Zila Altair terhadap perjodohan antara dirinya dengan Leander membuat kedua pihak keluarga kaget. Pasalnya semua orang terutama di dunia bisnis mereka sudah tahu kalau keluarga Altair dan Ganendra akan menjalin ikatan pernikahan.
Untuk menghindari pandangan buruk dan rasa malu, Jedan Altair memaksa anak bungsunya untuk menggantikan sang kakak.
Liona Belrose terpaksa menyerahkan diri pada Leander Ganendra sebagai pengantin pengganti.
"Saya tidak menginginkan pernikahan ini, begitu juga dengan kamu, Liona. Jadi, jaga batasan kita dan saya mengharamkan cinta dalam pernikahan ini."_Leander Arsalan Ganendra.
"Saya tidak meminta hal ini, tapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih sepanjang hidup saya."_Liona Belrose Altair.
_ISTRI KANDUNG_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Rencana Menghabisi
...🥀...
Arsen maju beberapa langkah dan berdiri tepat di hadapan Leander dengan tatapan penuh intimidasi.
“Dia adikku dan aku lebih dulu mengenal dia ketimbang kamu, Leander. Kalau bicara hak, kamu memang lebih berhak tapi aku ... Aku juga memiliki hak untuk meminta waktu adikku sendiri.” Leander yang tidak mau kalah ikut maju selangkah dan menatap Arsen, kali ini tatapannya tajam namun wajahnya tenang.
“Aku tidak suka jika milikku harus disentuh oleh orang lain, kamu hanya saudara tiri bagi istriku. Walau pun kamu saudara kandungnya, aku juga tetap akan membatasi kalian karena bagiku, dia hanya untukku.” Leander menegaskan bahwa dia memiliki Liona sepenuhnya.
“Itu sangat berlebihan, kamu sangat mengekang adikku.”
“Oh ya? Katakanlah begitu, aku memang mengekang dia dan aku ... akan tetap begini.” Leander menarik Liona dan pergi dari sana.
Leander membukakan pintu mobil untuk istrinya dan mengitari mobil ke arah bangku kemudi. Baru saja masuk, wajahnya berubah menjadi tegang, mengingat bagaimana Arsen mencium kening Liona dan memeluk istrinya.
Tanpa bicara sepatah kata pun, Leander melajukan mobil dengan tenang. Liona bisa melihat bagaimana kuatnya tangan Leander menggenggam setir mobil dan betapa gelisah wajah tampan itu.
“Maaf ya, aku tidak akan pergi dengan Arsen kok. Aku janji, kamu jangan marah, ya.” Leander tidak menoleh sama sekali pada istrinya, dia paling tidak bisa melihat tatapan Liona sekarang.
“Aku benci dengan pemandangan tadi, Liona. Dia memeluk dan menciummu. Dia hanya saudara tiri, tatapan dan juga cara dia bicara denganmu, seperti orang yang sudah lama memendam rindu pada orang yang dicinta. Aku bisa melihat itu dari gestur dan tatapannya padamu. Aku benci hal itu, Liona.” Leander mengungkapkan apa yang dia rasakan tanpa ada yang ditutupi sama sekali.
Liona menghapus air matanya dan memegang tangan Leander. Seketika Leander menoleh pada Liona saat merasakan tangan istrinya sangat dingin.
“Maaf ya, aku tidak menyangka kalau kamu akan berpikir sejauh itu. Aku benar-benar minta maaf, Leand. Tolong jangan marah padaku. Aku tidak mau dibenci siapa pun, terutama kamu.” Suara Liona yang berat dan serak itu membuat Leander tak lagi bisa menahan hati.
Dia menepikan mobil dan menangkup wajah Liona yang sudah memerah karena menangis.
“Aku tidak marah, aku cemburu. Mana mungkin aku bisa marah pada wanita yang sudah menjadikan aku satu-satunya pria dalam hidupnya.” Leander mencium seluruh permukaan wajah Liona, mulai dari bibir, hidung, mata, pipi, dagu, dan kening.
“Sekarang, ciuman itu sudah terhapus dari wajahmu. Aku sudah menimpali dengan ciuman baru,” sarkas Leander.
“Ooh balas dendam ya,” balas Liona dengan sedikit kekehan kecil.
“Ya. Apa mau aku buatkan tanda seperti yang kamu buat kemarin?” Liona menjauhkan wajahnya dari Leander dan menggeleng.
“Jangan! Nanti aku diledek teman-temanku.” Leander tertawa lalu mengusap lembut wajah Liona.
“Aku akan menemani kamu seharian di kampus, untuk saat ini, kamu tidak bisa ditinggal dulu. Suasana hatimu masih belum tenang sepenuhnya.” Liona menyandarkan kepalanya di bahu Leander yang kini tengah mengemudi.
“Kamu tau betul apa yang aku rasain ya. Kamu ini peramal?”
“Aku berusaha mempelajari dirimu sampai aku benar-benar tau. Katakanlah kalau aku ini peramal khusus untuk dirimu.” Liona tertawa dan menduselkan hidungnya ke bahu Leander.
...***...
Karina bersiap untuk berangkat pemotretan, kali ini dia satu lokasi dengan Aster dan kebetulan sekali hari ini dia siap untuk melabrak wanita yang sudah tega membocorkan informasi pribadi Liona.
Identitas yang mana Jedan sendiri harus menyembunyikannya.
Saat pemotretan selesai, di jam istirahat. Karina menemui Aster yang saat ini sedang bersantai di ruang ganti. Dia menatap Karina dengan tatapan sinis dan senyuman remeh.
“Menantu tertua dari keluarga Ganendra datang menemuiku? Really?” Karina tersenyum lalu melipat kedua tangannya di dada saat berhadapan dengan Aster.
“Bagaimana perasaanmu ketika keluarga Ganendra menerima sepenuh hati kehadiran Liona? Sakit? Meriang? Atau ... terpikir untuk menghabiskan malam dengan bajingan liar?” Aster membelalakkan matanya dan mengayunkan tangan, dengan cepat Karina menyambut lalu memelintir tangan Aster ke belakang tubuhnya.
“Kau salah dalam memilih lawan saat ini Aster. Dengan membuka identitas Liona, itu sama saja kau mempermalukan keluargamu sendiri. Luciana wanita yang tidak bisa dianggap seorang teman, dia sama sepertimu dan suatu saat nanti. Kau akan dijatuhkan olehnya,” ingat Karina yang berbicara tepat di belakang telinga Aster.
“Bukan urusanmu, Karin.”
“Liona adalah adikku, aku tidak mau melihat dia menangis dan bersedih karena ulah bodohmu itu. Jika kau masih mengusik dia dan suaminya, aku pastikan...”
“Aaaggrrhh!” Aster mengerang saat pinggangnya terasa ditusuk dengan benda tajam.
Dia melihat ke bawah dan benar saja, Karina menusuk pinggangnya dengan pisau kecil yang tajam.
“Aku pastikan pisau kecil ini menembus jantungmu.” Karina mendorong Aster lalu meninggalkan ruang ganti itu.
Aster melemparkan beberapa barang dengan kesal, berteriak sambil meremas rambutnya sendiri.
“Kalian benar-benar membuat aku kesal. Pertama Liona, kedua Arsen, ketiga Leander, dan keempat Karina. Kalian bersama ingin menjatuhkan aku? Tidak akan kubiarkan. Kebahagiaan Liona seharusnya milikku, aku akan merebutnya lagi. Kalau aku tidak bisa, Liona juga tidak. Aaggrrhh!!” geram Liona lalu membanting beberapa alat makeup miliknya.
Aster meraih ponselnya dan menghubungi Luciana. Kali ini dia ingin memanfaatkan Luciana untuk membalaskan rasa sakit hatinya terhadap Liona.
Karena, kalau dia sendiri yang turun tangan. Sudah dipastikan Leander akan membunuhnya, peringatan waktu itu cukup membuat Aster takut dan kapok.
Aster mengambil tas miliknya dan bergegas pergi, Karina hanya melihat kepergian itu dengan tatapan penuh selidik. Ia memberikan kode pada pengawal yang disiapkan oleh Galen untuknya dan memerintahkan sesuatu.
“Ikuti Aster, apapun yang dia lakukan, tolong beritahu aku.” Pengawal itu menunduk lalu pergi sesuai dengan perintah Karina.
Sementara itu, di sebuah kafe yang berada cukup jauh dari lokasi pemotretan. Luciana dan Aster duduk berhadapan dengan dua minuman di depan mereka.
“Habisi saja Liona, dengan begitu, kamu bisa memiliki Leander seutuhnya.” Aster memberikan ide gila pada Luciana dan itu sangat menarik.
“Kau pikir mudah mendekati dia? Bahkan Leander sangat siaga dengan istrinya itu,” sahut Luciana lalu menyalakan rokok di tangannya.
“Aku akan membantumu, tapi ingat. Aku hanya membantu, tidak ikut dalam menghabisi dia. Bagian eksekusi adalah milikmu, bagaimana?”
“Kenapa kau sangat ingin menghabisi adik tirimu itu?”
“Aku membencinya, dia mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Dia juga sudah mengambil kasih sayang Arsen dan Fabrizio. Pokoknya aku membenci Liona.”
“Kau tidak sedang memanfaatkan aku dalam hal ini, kan?” Aster tersenyum lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Luciana.
“Bukankah kita saling memanfaatkan untuk tujuan masing-masing?” bisik Liona yang membuat Luciana tersenyum.
Mata gue sembab, tissue gue abis, lagu apapun yg gue dengerrin gak bisa nenangin. Hati gue hancur lebur/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/